Gambaran Umum Kewenangan Komisi Yudisial Dan DPR RI Dalam

Tjatur Sapto Edi dari PAN. Komisi III DPR dibantu oleh Sekretariat Jenderal Komisi III DPR RI dalam bidang administrasi yang dipimpin oleh Ibu Dra. Tri Budi Utami, M.Si. Hasil wawancara penulis dengan Tenaga Ahli Komisi III DPR RI Bapak Dr. Agus Budianto, SH,MH Dalam rekrutmen calon hakim agung di Komisi III DPR RI dilakukan dengan cara penugasan makalah dengan judul yang ditentukan oleh Komisi III DPR RI dan selanjutnya pengambilan nomor urut fit and propertest kemudian proses fit and propertes dilakukan dihadapan anggota Komisi III DPR RI yang ditugaskan masing-masing sesuai calon hakim agung yang bersangkutan. untuk proses administrasi calon hakim agung Komisi III DPR RI dilakukan oleh Sekretariat Jenderal Komisi III DPR RI Wawancara dengan Bapak Dr. Agus Budianto, SH,MH Tenaga Ahli Komisi III DPR RI, Selasa 2 September 2014. Selain yang tercantum dalam Pasal 24A ayat 3 UUD 1945, dasar yuridis mengenai peraturan DPR dalam rekrutmen hakim agung yaitu, Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Tata Tertib pada bagian ke tiga tentang tugas dan wewenang Pasal 6 huruf p dijelaskan bahwa DPR memiliki tugas dan wewenang “memberi persetujuan calon hakim agung yang diusulkan Komisi Yudisial untuk di tetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden”.

4.1.2 Mekanisme Rekrutmen Hakim Agung Di Komisi Yudisial Dan DPR RI

Sebagai lembaga Negara yang memiliki kewenangan untuk mengusulkan pengangkatan hakim agung Komisi Yudisial bekerja berdasarkan visi untuk mewujudkan fungsi dan kewenangan badan kekuasaan kehakiman yang bersih, merdeka, dan bertanggung jawab untuk menegakkan keadilan dengan menetapkan misi diantaranya menyiapkan calon hakim agung yang berintegritas, kompeten dan berani. Kewenangan dalam melakukan seleksi calon hakim agung Komisi Yudisial memiliki pedoman yang berdasarkan pada Peraturan Komisi Yudisial Nomor 1 Tahun 2014 pada BAB I ketentuan umum Pasal 2 yang menjelaskan “Seleksi calon hakim agung dilaksanakan secara transparan, partisipasif, objektif dan akuntabel” dan berikut bagan mekanisme seleksi hakim agung di Komisi Yudisial berdasarkan Pasal 3 Peraturan Komisi Yudisial Nomor 1 Tahun 2014. Bagan 4.1.1 : Mekanisme seleksi hakim agung di Komisi Yudisial Dari bagan tersebut dapat diketahui mekanisme apa saja yang telah dilakukan oleh Komisi Yudisial dalam seleksi calon hakim agung sebelum akhirnya calon hakim agung yang lolos tahapan seleksi di Komisi Yudisial diusulkan kepada DPR. Berikut penjelasan dari bagan mekanisme seleksi hakim agung di Komisi Yudisial Penerimaan usulan calon hakim agung Seleksi Kualitas Seleksi kesehatan dan kepribadian Wawancara Pengusulan calon hakim agung kepada DPR 1. Penerimaan usulan calon hakim agung Penerimaan usulan calon hakim agung merupakan bagian dari seleksi administrasi yang dilakukan oleh Komisi Yudisial. Pengusulan calon hakim agung dapat dilakukan oleh Pemerintah yaitu lembaga kepresidenan beserta instansinya baik instansi pusat maupun instansi daerah. Mahkamah Agung adalah lembaga Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24A UUD 1945. Masyarakat adalah organisasi atau lembaga diluar Mahkamah Agung dan Pemerintah. Untuk dapat diangkat menjadi hakim agung, calon hakim agung harus memenuhi syarat sebagaimana diatur dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Mahkamah Agung: 1 Hakim Karier a. Warga Negara Indonesia; b. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; c. Berijazah magister di bidang hukum dengan dasar sarjana hukum atau sarjana lain yang mempunyai keahlian di bidang hukum; d. Berusia sekurang-kurangnya 45empat puluh lima tahun; e. Mampu secara rohani dan jasmani untuk menjalankan tugas dan kewajiban; f. Berpengalaman paling sedikit 20 dua puluh tahun menjadi hakim, termasuk paling sedikit 3tiga tahun menjadi hakim tinggi; dan g. Tidak pernah dijatuhi sanksi pemberhentian sementara akibat melakukan pelanggaran kode etik dan pedoman perilaku hakim. 2 Nonkarier a. Warga Negara Indonesia; b. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; c. Berijazah doktor dan magister di bidang hukum dengan dasar sarjana hukum atau sarjana lainnya yang mempunya keahlian di bidang hukum; d. Berusia sekurang-kurangnya 45 empat puluh lima tahun; e. Mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban; f. Berpengalaman dalam profesi hukum dan atau akademisi hukum paling sedikit 20 dua puluh tahun; g. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 lima tahun atau lebih; h. Tidak pernah dijatuhi sanksi pelanggaran disiplin. Jumlah kekosongan hakim agung pada tahun 2014 di Mahkamah Agung membutuhkan 8 delapan orang hakim agung, karena 2 orang hakim agung memasuki purna bakti dan sebanyak 6 enam orang untuk memenuhi kekurangan hasil seleksi sebelumnya. Oleh karena itu, untuk memenuhi kekosongan hakim agung di Mahkamah Agung Komisi Yudisial melaksanaan seleksi calon hakim agung oleh Komisi Yudisial mulai tanggal 17 Februari sampai dengan 7 Maret Tahun 2014 penerimaan calon hakim agung tercatat sebanyak 72 calon terdiri dari 50 karier dan 22 non karier dan berdasarkan rapat pleno Komisi Yudisial tanggal 24 Maret 2014 diputuskan sebanyak 64 orang dinyatakan memenuhi syarat administratif 44 dari karier dan 20 dari non karier. Bagi calon hakim agung yang memenuhi syarat tersebut akan melakukan seleksi uji kelayakan pada tahap berikutnya. 2. Seleksi Kualitas Hasil wawancara dengan petugas bagian rekrutmen hakim agung Komisi Yudisial Ibu Lina Maryani,SH