masyarakat dan kesesuaian lahan dan apakah layak diusahakan secara finansial.
4. Kendala-kendala apa saja yang dapat menghambat pengembangan alternatif
sistem agroforestri yang diajukan. 5.
Bagaimana alokasi penggunaan lahan kritis optimal dengan sistem agroforestri untuk peningkatan pendapatan masyarakat dan rosot karbon dengan CDM
dengan kendala-kendala yang ada di lapangan.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk : 1.
Inventarisasi lahan kritis yang layak untuk kegiatan CDM di sekitar kawasan TNRAW, Sulawesi Tenggara.
2. Identifikasi sistem pertanian masyarakat lokal di sekitar TNRAW dan struktur
pendapatan dan pengeluaran masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup. 3.
Menentukan alternatif sistem agroforestri berdasarkan kondisi sosial ekonomi preferensi masyarakat dan kondisi fisik lahan yang mungkin dikembangkan
di sekitar TNRAW dan menganalisis kelayakan finansial terhadap alternatif sistem agroforestri.
4. Mengidentifikasi kendala-kendala dalam implementasi alternatif sistem
agroforestri . 5.
Mengalokasikan penggunaan lahan kritis optimal dengan sistem agroforestri untuk peningkatan pendapatan masyarakat dan peningkatan rosot karbon
dengan CDM dengan kendala-kendala yang ada.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan untuk Pemerintah Daerah dalam pengembangan
wilayah khususnya untuk rehabilitasi lahan kritis dan peningkatan sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan.
2. Bagi masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan apabila hasil
penelitian dapat diaplikasikan. 3.
Bagi dunia akan meningkatkan kualitas lingkungan dan mereduksi efek gas rumah kaca.
1.5. Kerangka Pemikiran
Bumi merupakan tempat makhluk-makhluk ciptaan Tuhan beraktivitas selama berabad-abad dimana manusia sebagai penguasa diberi kebebasan untuk
memanfaatkan sumberdaya demi memenuhi kebutuhannya. Tetapi akibat pemanfaatan yang berlebihan maka terjadi ekses-ekses yang merugikan manusia
itu sendiri, diantaranya pemanasan global. Pemanasan global terjadi akibat peningkatan konsentrasi gas rumah kaca GRK di lapisan atmosfer bumi yang
dihasilkan dari kegiatan manusia yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil minyak, gas, dan batubara.
Perubahan iklim merupakan sebuah ancaman serius. Kerangka pemikiran penelitian ini yang disajikan pada Gambar 1 menggambarkan salah satu usaha
menghadapi perubahan iklim yang sedang terjadi.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran : Proses Penelitian Alokasi Optimal Penggunaan Lahan Kritis dengan Sistem Agroforestri untuk Peningkatan Rosot
Karbon di Sulawesi Tenggara
Aktivitas Manusia
Pemanasan Global
UNFCCC Protokol Kyoto
JI CDM
ET
Kehutanan Energi
Inventarisasi Lahan Kritis Layak CDM
Alternatif Sistem Agroforestri untuk Lahan Kritis dan Analisis Kelayakan Finansialnya
Alokasi Optimal Penggunaan Sumberdaya Lahan Kritis dengan Sistem Agroforestri untuk Peningkatan Rosot Karbon di Sulawesi Tenggara
Identifikasi Sistem Pertanian Lokal dan Struktur Pendapatan dan Pengeluaran.
• Kondisi Sosial Ekonomi
• Kondisi Kesesuaian Lahan
Identifikasi Kendala-kendala dalam Penerapan Alternatif Sistem Agroforestri
Usaha bersama menghadapi ancaman perubahan iklim harus dilakukan oleh semua negara di seluruh dunia. Untuk itu dibentuklah sebuah konvensi yang
dikenal dengan Konvensi PBB Perserikatan Bangsa Bangsa untuk Perubahan Iklim, tahun 1992. Dikenal dengan UNFCCC United Nations Framework
Convention on Climate Change . Pertemuan tahunan ke tiga tahun 1997
menghasilkan perjanjian internasional yang disebut Protokol Kyoto. Di dalam Protokol Kyoto terdapat tiga mekanisme fleksibilitas yang dapat digunakan untuk
membantu negara-negara Annex B mengurangi emisi GRK. Selain upaya domestik. Ketiga mekanisme tersebut adalah Joint Implementation JI, Emissions
Trading ET dan Clean Development Mechanism CDM.
Secara umum, CDM merupakan kerangka yang memungkinkan negara maju berinvestasi di negara berkembang untuk mencapai target penurunan
emisinya. Ada 2 sektor yang termasuk dalam CDM yaitu sektor energi dan Kehutanan. Indonesia dengan luas hutan terbesar ketiga di dunia, bisa berperan
penting untuk mengurangi emisi dunia melalui kegiatan carbon sink. Kawasan Timur Indonesia memiliki potensi sumberdaya hutan yang dapat
berfungsi untuk peningkatan rosot karbon carbon sink namun belum banyak penelitian tentang penilaian potensi Kawasan Timur Indonesia untuk mengurangi
emisi dunia melalui kegiatan CDM di antaranya di kawasan TNRAW. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi lahan kritis yang layak untuk kegiatan
CDM di sekitar TNRAW. Agar dapat menetapkan sistem apa yang paling sesuai untuk diterapkan
untuk kegiatan CDM terlebih dahulu harus diidentifikasi sistem pertanian
masyarakat lokal dan menganalisis apakah sistem tersebut dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat.
Sistem agroforestri sebagai salah satu kegiatan CDM juga telah menjadi salah satu sistem pertanian yang telah dikenal dalam kehidupan sebagian
masyarakat sehari-hari. Oleh karena itu system agroforestri dapat dijadikan salah satu alternative dalam permasalahan ini dengan berdasarkan penilaian aspek sosial
ekonomi dan penilaian kondisi fisik lahan dapat diusulkan beberapa alternatif pola tanam dengan sistem agroforestri yang dapat dikembangkan di sekitar
TNRAW. Dalam penerapan alternatif sistem agroforestri yang diusulkan diduga
akan ada kendala-kendala seperti modal untuk investasi awal, tenaga kerja dan pemasaran produk pertanian. Oleh karena itu harus diketahui apakah alternatif
sistem agroforestri dapat diterapkan jika masyarakat menggunakan modal swadana. Apabila tidak maka kegiatan CDM dapat dijadikan salah satu sumber
dana, oleh karena itu perlu dilakukan penghitungan biomassa untuk menentukan kemampuan alternatif sistem agroforestri yang diusulkan untuk meningkatkan
rosot karbon sehingga dapat diketahui berapa besar kemampuan menyerap emisi karbon dari sistem agroforestri yang diusulkan dan dapat dihitung nilai jualnya.
Namun agar suatu kegiatan dapat diikutsertakan dalam kegiatan CDM maka ada beberapa tahap mulai dari pengajuan usulan proyek sampai dengan disetujuinya
proyek yang membutuhkan dana yang disebut dengan biaya transaksi. Dengan adanya biaya transaksi maka nilai nominal bersih yang diterima adalah nilai jual
dikurangi oleh biaya transaksi. Besarnya biaya transaksi yang dikeluarkan tetap artinya
tidak tergantung
besar kecilnya
ukuran proyek.
Oleh karena itu perlu dihitung berapa luas lahan kritis optimal yang dapat dikelola dengan alternatif sistem agroforestri yang diusulkan dengan kendala-kendala yang
ada. Sehingga masyarakat di sekitar TNRAW dapat meningkatkan kesejahteraannya.
II. TINJAUAN PUSTAKA