Analisis Postoptimal Analisis Optimasi Penggunaan Lahan

1. luas lahan optimum yang dapat diusahakan dengan kendala-kendala yang ada pada tiap kelas lahan dengan pola tanam yang direkomendasikan du TNRAW. 2. Nilai deviasi dan besaran target yang ingin dicapai dari pengelolaan sumberdaya lahan kritis di TNRAW. 3. Jumlah sumberdaya yang terpakai dalam upaya penerapan sistem agroforestri untuk meningkatkan pendapatan dan jasa lingkungan rosot karbonnya. Hasil yang diperoleh dari analisis PTG ini diasumsikan sebagai solusi optimal basis. Solusi optimal basis dimaksudkan untuk mengetahui tingkat penggunaan sumber daya lahan kritis di TNRAW berdasarkan ketersediaan lahan dan tenaga kerja yang ada. Sementara untuk anggaran biaya pembangunan sistem agroforestri diasumsikan berasal dari 30 pembayaran atas jasa lingkungan yang dibayar dimuka atau Initial Front Payment IFP.

3.5.5.3. Analisis Postoptimal

Analisis postoptimal dilakukan untuk mengetahui dampak perubahan kebijakan proyek CDM dan kebijakan Pemerintah seperti transmigrasi untuk meningkatkan ketersediaan tenaga kerja di daerah sekitar TNRAW yang menerapkan sistem agroforestri untuk ikut dalam proyek CDM untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan jasa lingkungan rosot karbon. Tabel 5 menampilkan skenario analisis postoptimal yang dilakukan untuk alokasi optimal penggunaan sumberdaya lahan kritis dengan sistem agroforestri untuk peningkatan rosot karbon di Sulawesi Tenggara dalam penelitian ini di lahan layak Kyoto yang ada di sekitar TNRAW, Sulawesi Tenggara. Tabel 5. Analisis Postoptimal Alokasi Optimal Penggunaan Sumberdaya Lahan Kritis dengan Sistem Agroforestri untuk Peningkatan Rosot Karbon di Sulawesi Tenggara Skenario Keterangan 1 Initial Front Payment IFP 35 2 Initial Front Payment IFP 50 3 Initial Front Payment IFP 35 dan peningkatan tenaga kerja 20 4 Initial Front Payment IFP 50 dan peningkatan tenaga kerja 50 5 Initial Front Payment IFP 100 dan peningkatan tenaga kerja 100 6 Initial Front Payment IFP 200 dan peningkatan tenaga kerja 500 Skenario 1 dan skenario 2 bertujuan untuk melihat perubahan alokasi optimal penggunaan lahan kritis akibat perubahan anggaran yang tersedia untuk modal awal pembangunan sistem agroforestri untuk peningkatan rosot karbon, yaitu apabila dana yang diberikan lebih besar dari nilai normalnya 30, seperti 35 dan 50 dari nilai komersil rosot karbon pada akhir daur dengan asumsi ada tambahan dana untuk modal awal dari pemerintah daerah atau pemerintah pusat contohnya dan dana Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan GNRHL dari Departemen Kehutanan. Faktor tenaga kerja merupakan kendala yang berpengaruh selain modal awal mengingat terbatasnya jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian di propinsi Sulawesi Tenggara sebagaimana telah disampaikan di atas dan yang berada di lahan layak Kyoto di sekitar TNRAW adalah 12.33 nya yaitu 6663 orang. Oleh karena itu, pada skenario 3 sampai dengan 4 dilakukan analisis postoptimal dengan mengkombinasikan perubahan IFP dan penambahan tenaga kerja dalam penelitian ini diasumsikan pemerintah daerah bekerja sama dengan pemerintah pusat untuk pengadaan tenaga kerja melalui program transmigrasi untuk keluarga petani dari daerah Jawa yang sudah tidak memiliki lahan garapan lagi. Ada 4 skenario yaitu IFP 35 dan peningkatan tenaga kerja 20, IFP 50 dan peningkatan tenaga kerja 50, IFP 100 dan peningkatan tenaga kerja 100 dan IFP 200 dan peningkatan tenaga kerja 500.

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Kondisi Biofisik 4.1.1. Kondisi Tanah

A. Topografi

Kondisi topografi tanah daerah Sulawesi Tenggara umumnya TNRAW memiliki permukaan yang bergunung, bergelombang berbukit- bukit. Di antara gunung dan bukit-bukit, terbentang dataran-dataran yang merupakan daerah-daerah potensial untuk pengembangan sektor pertanian.

B. Geologis

Kondisi bebatuan ditinjau dari sudut geologis terdiri atas batuan sediment, batuan metamorfosis dan batuan beku. Sementara dari jenis tanah, Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki enam jenis tanah, yaitu tanah podsolik seluas 2 394 698 ha atau 62.99 dari luas tanah Sulawesi Tenggara, tanah mediteran seluas 839 078 ha 22 , tanah latosol seluas 330 182 ha 8.66, tanah organosol seluas 111.932 ha 2.92, jenis tanah alluvial seluas 117.830 ha 3.09 dan tanah grumosol seluas 20.289 ha 0.53.

4.1.2. Keadaan Iklim A. Musim

Menurut Schmidt dan Ferguson 1951 daerah penelitian termasuk tipe hujan B, yaitu tipe hujan tropis dengan perbandingan bulan kering 60 mmbulan dengan bulan basah 100 mmbulan sekitar 16.7. Keadaan musim di daerah TNRAW umumnya sama dengan daerah-daerah