q p
S M
M r
t t
p pbis
 
dilakukan tes uji coba pada kelas uji. Tes ini dilakukan agar diperoleh instrument berupa soal tes yang baik. Uji coba dilakukan dengan cara memberikan tes kepada
kelompok  yang  bukan  merupakan  sampel  penelitian,  melainkan  kelas  lain  yang masih  satu  populasi.  Uji  coba  instrumen  ini  memerlukan  analisis  perangkat  tes
yang digunakan untuk mengetahui validitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda tes.
3.7.1 Validitas
Sebuah tes dikatakan valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa  yang hendak  diukur  Arikunto,  2007:  59.  Validitas  soal  bentuk  pilihan  ganda
menggunakan rumus korelasi poin biserial. Arikunto, 2007: 79
Keterangan:
pbis
r
: Koefisien korelasi point biserial
p
M
: Rerata skor siswa yang menjawab benar
t
M
: Rerata skor siswa total
p
: Proporsi skor siswa yang menjawab benar
q
: Proporsi skor siswa yang menjawab salah 1-p
t
S
: Standar deviasi total Butir soal valid jika r
xy
r
tabel.
Perhitungan validitas dapat dilihat pada Lampiran 10. Contoh perhitungan validitas  untuk  soal  pilihan  ganda  pada  butir  soal  ke  satu  soal  paket  A  dapat
dilihat pada Lampiran 11. Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh:
a. Soal valid pada tipe soal A sebanyak 18 butir soal yang terdiri atas soal
nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 19,  20, 21, 23, 28, dan 30. Sedangkan soal valid pada tipe soal B sebanyak 19 butir soal yang terdiri
atas soal nomor 1, 3, 5, 7, 9, 10, 12, 13, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 27, 28, 29, dan 30.
b. Soal tidak valid pada tipe soal A sebanyak 12 butir soal yang terdiri atas
soal  nomor  2,  8,  13,  16,  17,  18,  22,  24,  25,  26,  27,  dan  29.  Sedangkan soal tidak valid pada ipe soal B sebanyak 11 butir soal  yang terdiri atas
soal nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 19, 20, 21, 23, 28, dan 30.
3.7.2 Taraf Kesukaran
Soal  yang  baik  adalah  soal  yang  tidak  terlalu  mudah  dan  tidak  terlalu sukar.  Bilangan  yang  menunjukkan  sukar  dan  mudahnya  sesuatu  soal  disebut
indeks  kesukaran  difficulty  index.  Tingkat  kesukaran  butir  soal  diketahui melalui analisis dengan menggunakan persamaan:
Keterangan: Arikunto, 2007: 207-208
P = Proporsi atau indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Tabel 3.1  Kriteria tingkat kesukaran soal
Interval Kriteria
0,00 P 0,30
Soal sukar
0,31 ≤ P ≤ 0,70
Soal sedang 0,71
P  1,00
Soal mudah Perhitungan  taraf  kesukaran  dapat  dilihat  pada  Lampiran  10.  Contoh
perhitungan taraf kesukaran untuk soal pilihan ganda pada butir soal ke satu soal paket A dapat dilihat pada Lampiran 13. Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh:
a. Soal dengan kriteria mudah pada tipe soal A sebanyak 3 butir soal yang
terdiri atas soal nomor 3, 5, dan 16. Sedangkan pada tipe soal B sebanyak 8 butir soal yang terdiri atas soal nomor 1, 3, 6, 14, 17, 21, 28, dan 29
b. Soal dengan kriteria sedang pada tipe soal A sebanyak 19 butir soal yang
terdiri atas soal nomor 1, 2, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 18, 19, 20, 21, 26, 27, 28, dan 29. Sedangkan pada tipe soal B sebanyak 10 butir soal yang
terdiri atas soal nomor 2, 10, 11, 12, 15, 16, 18, 22, 23, dan 27. c.
Soal dengan kriteria sukar pada tipe soal A sebanyak 8 butir soal  yang terdiri atas soal nomor 14, 15, 17, 22, 23,24, 25, dan 30. Sedangkan pada
tipe soal B sebanyak 6 butir soal yang terdiri atas soal nomor 4, 5, 13, 19, 20, dan 30.
3.7.3 Daya Pembeda Soal