dengan tahun bina yang sedang dilaksanakan pada masing-masing UPT. Berikut ini empat parameter dalam menentukan tingkat perkembangan transmigrasi dan
kesejahteraan transmigran yaitu: 1. Ekonomi, dengan indikator pendapatan, pemerataan, ketenagakerjaan,
kontribusi permukiman transmigrasi dan keberhasilan KUD. 2. Sosial dan budaya, dengan indikator tingkat kebetahan, keamanan,
pendidikan, kesehatan, KB dan partisipasi masyarakat. 3.
Integrasional, meliputi tingkat konflik, perdagangan 4.
Dinamika dan pelayanan oleh lembaga-lembaga sosial yang ada.
3.1.2 Definisi dan Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan
Kemiskinan sebagai ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, sementara batas kemiskinan absolut yang dapat
dipergunakan yakni suatu kondisi dimana tingkat pendapatan minimum untuk memenuhi kebutuhan dasar fisik untuk makan, pakaian, dan perumahan Mardinus,
1995. Sedangkan seseorang dikatakan miskin jika pendapatan per kapitanya di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan adalah besarnya nilai pengeluaran
dalam rupiah untuk memenuhi kebutuhan dasar minimum makanan batas kecukupan pangan dan non makanan batas kecukupan non pangan. Nilai garis
kemiskinan yang digunakan mengacu pada kebutuhan minimum 2.100 kkal per kapita per hari ditambah dengan kebutuhan minimum non makanan. Kebutuhan
minimum non pangan merupakan kebutuhan dasar untuk papan, sandang, sekolah, transportasi, serta kebutuhan rumahtangga dan individu yang mendasar lainnya.
Dengan kata lain, seseorang dikatakan miskin apabila tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar minimumnya Biro Pusat Statistik, 2004.
Pengukuran kemiskinan dapat dilakukan berdasarkan indikator objektif dan indikator subjektif. Indikator objektif untuk pengukuran kemiskinan
dibedakan menurut indikator moneter dan indikator bukan moneter. Indikator moneter menggunakan peubah pendapatan atau pengeluaran sebagai aproksi dan
mengukur kemiskinan absolut. Sedangkan indikator bukan moneter memberikan pengertian ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar yang diperlukan untuk
hidup layak dan indikator ini untuk mengukur kemiskinan relatif. Pengukuran kemiskinan di Indonesia dapat diukur berdasarkan garis kemiskinan poverty
line. Garis kemiskinan yang merupakan indikator moneter, dihitung berdasarkan peubah pengeluaran makanan dan non makanan Sumargo, 2002.
Pengukuran kemiskinan absolut membutuhkan pengetahuan untuk menentukan tingkat kebutuhan minimum. Oleh karena itu, harus diketahui dengan
rinci apa saja yang termasuk kebutuhan dasar dari individu atau rumahtangga. Laporan PBB yang menyebutkan terdapat 12 komponen kebutuhan dasar, yaitu:
1 Kesehatan; 2 makanan dan gizi; 3 pendidikan; 4 kondisi pekerjaan; 5 situasi kesempatan kerja; 6 konsumsi dan tabungan; 7 pengangkutan; 8
perumahan; 9 sandang; 10 rekreasi dan hiburan; 11 jaminan sosial; 12 kebebasan Guhardja, dkk, 1993 dalam Pudjirahaju, 1999.
Kemiskinan diklasifikasikan
sekurang-kurangnya dalam lima kelas, yaitu 1 Kemiskinan absolut; apabila tingkat pendapatan seseorang di bawah garis
kemiskinan atau jumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum, antara lain kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, papan dan
pendidikan yang diperlukan untuk hidup dan bekerja. 2 Kemiskinan relatif; apabila seseorang yang mempunyai penghasilan di atas garis kemiskinan, tetapi
relatif lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan masyarakat sekitarnya. 3 Kemiskinan kultural; mengacu pada sikap seseorang atau masyarakat yang
disebabkan oleh faktor budaya yang tidak mau berusaha untuk memperbaiki tingkat kehidupan meskipun ada usaha dari pihak luar yang berupaya membantu.
4 Kemiskinan kronis; disebabkan oleh beberapa hal yaitu kondisi sosial budaya yang mendorong sikap dan kebiasaan hidup masyarakat yang tidak produktif,
keterbatasan sumberdaya dan keterisolasian dan rendahnya taraf pendidikan dan derajat perawatan kesehatan, terbatasnya lapangan pekerjaan dari
ketidakberdayaan masyarakat dalam mengikuti ekonomi pasar. 5 Kemiskinan sementara; terjadi akibat adanya perubahan siklus ekonomi dari kondisi normal
menjadi krisis ekonomi, perubahan yang bersifat musiman seperti dijumpai pada kasus kemiskinan nelayan dan pertanian tanaman pangan, bencana alam atau
dampak dari suatu kebijakan tertentu yang menyebabkan menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat Sumodiningrat, 1999.
Oleh karena itu, berdasarkan pengertian kemiskinan di atas, maka untuk mengetahui seseorang atau rumahtangga miskin diperlukan beberapa faktor-faktor
yang mempengaruhi kemiskinan itu sendiri. Secara umum tingkat kemiskinan di suatu negara sangat ditentukan oleh tingkat pendapatan per kapita nasional
dan tingkat pemerataan pendapatan nasional. Maka untuk setiap tingkat pendapatan per kapita, jika semakin besar ketimpangan pendapatan akan
semakin besar pula tingkat kemiskinan. Dipihak lain untuk setiap tingkat pemerataan, makin rendah pendapatan per kapita akan semakin tinggi tingkat
kemiskinan.
Faktor-faktor kemiskinan
lainnya yang mempengaruhi kemiskinan salah
satunya yaitu jumlah anggota rumahtangga. Rumahtangga miskin pada tahun 1993 di Indonesia rata-rata mempunyai 5,9 anggota rumahtangga, sedangkan
jumlah rata-rata anggota rumahtangga tidak miskin sebesar 4,3. Hal ini menunjukkan bahwa rumahtangga miskin harus menanggung beban yang lebih
besar dibandingkan rumahtangga yang tidak miskin. Terlebih lagi rumahtangga miskin di daerah pedesaan rata-rata mempunyai 6,1 anggota rumahtangga
dibandingkan dengan
4,1 pada
rumahtangga yang
tidak miskin
Kartasasmita, 1996. Dari angka ini dapat diketahui bahwa beban rumahtangga miskin di daerah pedesaan ternyata lebih besar lagi dibandingkan dengan
rumahtangga pada umumnya. Dari segi lain dapat dilihat bahwa corak lama masyarakat yang menginginkan banyak anak untuk membantu mencari nafkah,
masih mewarnai masyarakat miskin.
Kelompok masyarakat miskin dan keterbelakangan pada dasarnya dapat dicirikan oleh rendahnya konsumsi gizi minimal per kapita, pemilikan lahan yang
sempit, pendapatan per kapita yang rendah, pemilikan lahan yang sempit, pendapatan per kapita yang rendah, kesenjangan yang lebar antara si kaya dan si
miskin, serta partisipasi rakyat yang minim di dalam pembangunan. Beberapa faktor penyebab antara lain adalah kurangnya modal bagi pengemban usaha dan
sumberdaya alam, kurangnya pengembangan usaha, langkanya lapangan kerja serta struktur masyarakat yang menghambat Mangkuprawira, 1993.
Kondisi kemiskinan dapat disebabkan oleh sekurang-kurangnya empat penyebab. 1 Rendahnya taraf pendidikan dimana taraf pendidikan yang rendah
mengakibatkan kemampuan pengembangan diri terbatas dan menyebabkan
sempitnya lapangan kerja yang dapat dimasuki. Taraf pendidikan yang rendah juga membatasi kemampuan untuk mencari dan memanfaatkan peluang. 2
Rendahnya derajat kesehatan, taraf kesehatan dan gizi yang rendah menyebabkan rendahnya daya tahan fisik, daya pikir, dan prakarsa. 3
Terbatasnya lapangan kerja. Keadaan kemiskinan karena kondisi pendidikan dan kesehatan diperberat oleh terbatasnya lapangan pekerjaan. Selama ada lapangan
kerja atau kegiatan usaha, selama itu pula ada harapan untuk memutuskan lingkaran kemiskinan itu. 4 Kondisi keterisolasian, banyak penduduk miskin
secara ekonomi tidak berdaya karena terpencil dan terisolasi. Penduduk tersebut hidup terpencil sehingga sulit atau tidak dapat terjangkau oleh
pelayanan pendidikan, kesehatan dan gerak kemajuan yang dinikmati masyarakat lainnya Kartasasmita, 1996.
3.1.3 Analisis Regresi Logit