Kemitraan Usaha di UPT Way Terusan SP.1 dan SP.2

dapat meningkatkan kesejahteraan hidup, namun tidak berjalan sebagaimana mestinya. Keterbatasan pembinaan UPT disebabkan tidak tersedia Ka. KUPT kantor kepala UPT, karena sejak otonomi daerah diberlakukan tahun 1999. Di setiap lokasi UPT kepala UPT dari dinas transmigrasi sudah tidak ada dan digantikan oleh Kepala Desa. Jadi Kepala Desa disini berperan sebagai kepala UPT yang bertindak mengamati kemajuan lokasi UPT, dan menentukan lokasi mana yang masih memerlukan binaan dan bantuan dari pemerintah, sehingga anggaran program pembinaan transmigrasi tercukupi. Dikarenakan kurangnya pengetahuan Kepala Desa mengenai tugas kepala UPT, maka pembinaan tidak terlaksana dengan baik. Berdasarkan analisis pendapatan dan tingkat kesejahteraan di UPT Way Terusan SP.1, Way Terusan SP.2, dan Mesuji Atas SP.13 program transmigrasi dapat dikatakan belum berhasil. Sedangkan UPT Legundi yang memiliki pendapatan dan tingkat kesejahteraan di atas standar dapat dikatakan telah berhasil.

6.2.3 Kemitraan Usaha di UPT Way Terusan SP.1 dan SP.2

Program transmigrasi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan transmigran dan masyarakat sekitar yang diwujudkan melalui penyediaan kesempatan kerja dan peluang usaha. Oleh karena itu salah satu upaya dalam pembangunan transmigrasi yaitu melalui kemitraan usaha. Kemitraan usaha merupakan kerjasama antara investorswasta dan masyarakat transmigran serta penduduk asli disekitarnya yang disesuaikan dengan pola usaha yang ada. Kemitraan usaha pertanian yang dilaksanakan di Way Terusan SP.1 dan Way Terusan SP.2 adalah kemitraan dengan pola inti plasma. Pola ini dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Pola Kemitraan Usaha Transmigran UPT Way Terusan SP.1 dan SP.2 Dari pola kemitraan di atas dapat dilihat bahwa aktivitas budidaya dapat terjadi pada dua bagian, yakni terjadi di sisi transmigran dan investor. Investor atau Badan Usaha berkewajiban membantu perolehan permodalan, bertindak sebagai penjamin, meningkatkan teknis usaha, menampung dan memasarkan hasil usaha. Transmigran bertindak sebagai petani menyediakan lahan, hasil usaha, bahan baku, dan mengembalikan permodalan. Kemitraan usaha yang dibangun antara transmigran dan investor diharapkan memenuhi ketergantungan usaha yang menguntungkan satu sama lain, bukan satu pihak menggantungkan kepada pihak lain. Pembinaan manajemen petani dilakukan pada kelompok tani dan koperasi. Koperasi diarahkan sebagai lembaga perekonomian dan manajemen petani, sedangkan kelompok tani transmigran transmigran transmigran transmigran transmigran Koperasi Transmigrasi Investor Transmigran berkewajiban menyediakan: • Lahan • Hasil usaha • Bahan baku, dan • Mengembalikan modal Lembaga yang mewakili transmigran dalam perjanjian Investor berkewajiban: • Memberikan modal • Sebagai penjamin • Meningkatkan teknis usaha • Memasarkan hasil usaha diarahkan sebagai lembaga teknologi petani. Sehingga diharapkan pada saat kerjasama dimulai tidak lagi terdapat jurang perbedaan teknologi antara perusahaan dan mitra usaha. Kemitraan usaha di Way Terusan SP.1 dan Way Terusan SP.2 antara PT. IndoLampung Buana Makmur ILBM dengan transmigran melalui kelembagaan koperasi pertanian dimulai pada tahun 1998 dan akan berakhir pada tahun 2010. Namun, sebelum perjajian kerjasama ini berakhir PT. ILBM digantikan oleh PT. Garuda Panca Arka GPA, dikarenakan PT. ILBM mengalami pailit. Kerjasama ini dilakukan untuk mengupayakan pengembangan komoditi perkebunan tebu daerah transmigrasi unit permukiman transmigrasi Way Terusan Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung. Diharapkan pembangunan transmigrasi dengan kemitraan usaha pola perkebunan ini dapat meningkatkan pendapatan transmigran serta pembangunan secara keseluruhan. Namun tidak demikian kenyataannya dalam kemitraan yang dilaksanakan di UPT Way Terusan. Berdasarkan wawancara, transmigran merasa dirugikan dalam hal bagi hasil dilihat dari rendahnya harga plasma tebu petani yang diterima dari investor hanya sebesar 2.000.000 rupiah dalam setahun dan transmigran yang ingin bekerja sebagai buruh di PT. GPA terbatas yaitu hanya 100 orang tenaga kerja apabila sudah masuk musim giling dan 50 orang tenaga kerja apabila tidak musim giling.

6.3 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Rumahtangga Transmigran