Upaya meningkatkan Motivasi Belajar

a Menggairahkan Anak Didik Kegiatan rutin di kelas sehari-hari guru harus berusaha menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan. Guru harus memelihara minat anak didik dalam belajar. Untuk dapat meningktakan kegairahan anak didik, guru harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai disposisi awal setiap anak didiknya. b Memberikan Harapan Realistis Guru harus memelihara harapan-harapan anak didik yang realistis dan memodifikasi harapan-harapan yang kurang atau tidak realistis. Untuk itu guru perlu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai keberhasilan atau kegagalan akademis setiap anak didik di masa lalu. c Memberikan Insentif Bila anak didik mengalami kebrhasilan, guru diharapkan memberikan hadiah kepada anak didik dapat berupa pujian, angka yang baik, dan sebagainya atas keberhasilannya, sehingga anak didik terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujaun-tujuan pengajaran. d Mengarahkan Perilaku Anak Didik Seperti dikutip oleg Gage dan Berliner 1979,French dan Raven 1959 dalam Djamarah 2008:170-174 menyarankan sejumlah cara meningkatkan motivasi anak didik tanpa harus melakukan reorganisasi kelas secara besar- besaran diantaranya yaitu: a Pergunakan pujian verbal; b Pergunakan tes dan nilai secara bijaksana; c Membangkitkan rasa ingin tahu dan hasrat eksplorasi; d Melakukan hal yang luar biasa; e Merangsang hasrat anak didik; f Memanfaatkan apersepsi anak didik; g Terapkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam konteks yang unik dan luar biasa; h Minta kepada anak didik untuk mempergunakan hal-hal yang sudah dipelajari sebelumnya;i Pergunakan simulasi dan permainan; j Perkecil daya tarik sistem motivasi yang bertentangan; k Perkecil konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan terhadap anak didik. 2.2 Konsep Pembelajaran 2.2.1 Pengertian Belajar Menurut Gagne 1984 belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Galloway dalam Toeti Soekamto 1992:27 mengatakan belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain berdasarkan pengalaman- pengalaman sebelumnya. Pendapat dari para ilmuan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses menggali informasi berdasarkan pengalaman yang bertujuan untuk mendapatkan perubahan tingkah laku, yaitu perubahan kognitif, afektif, dan psikomotorik yang lebih baik dari sebelumnya Nurhalim, 2011:25. Menurut Fathurrohman 2010:6-7 belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Berkaitan dengan jenis belajar, perlu dibedakan antara “belajar konsep” dan “belajar proses”. belajar konsep lebih menekankan hasil belajar berupa pemahaman factual dan prinsip ilmu terhadap bahan atau isi pelajaran yang bersifat kognitif. Sedangkan belajar proses atau keterampilan proses lebih ditekankan pada masalah bagaimana bahan pelajaran dipelajari dan diorganisir secara tepat. Di samping definsi-definsi tersebut, ada beberapa pengertian lain dan cukup banyak, baik dilihat secara mikro maupun secara makro, dilihat dalam arti luas ataupun terbataskhusus. Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan Materiil maupun pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya Sardiman, 2012:20-21.

2.2.2 Hakekat Pembelajaran

Pembelajaran yang diidentikan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui diturut atau ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi “pembelajaran”, yang berartiproses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. memang pada akhirnya hasil yang dicapai oleh peserta didik dari belajarnya tergantung pada