Pertumbuhan Ekonomi Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) Tahun 2013

–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––– Pemerintah Kota Surabaya Catatan Atas Laporan Keuangan 13 Hal yang sama pun terjadi pada sisi impor, yang menjadi asal negara pengimpor barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan domestik Kota surabaya mayoritas berasal dari negara-negara di kawasan Asia. Negara-negara tersebut seperti Cina, Jepang, India, Thailand, Korea Selatan dan Negara Asia lainnya. Negara Cina dan Amerika merupakan dua negara tertinggi yang menjadi tujuan asal impor Kota Surabaya dengan nilai impor masing-masing sebesar US 3.943,45 juta atau 22,79 dan US 2.668,39 juta dari total keseluruhan impor Kota Surabaya pada tahun 2013.

b. Pertumbuhan Ekonomi

Sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian, Kota Surabaya memiliki pertumbuhan ekonomi yang berkembang pesat. Pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya mencapai nilai diatas 7 persen lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur dan Nasional. Untuk mengetahui lebih rinci mengenai perkembangan perekonomian Kota Surabaya pada tahun 2013 juga dapat dilihat dari distribusi persentase masing- masing sektor ekonomi terhadap pertumbuhan kota Surabaya. Pertumbuhan ekonomi yang dinyatakan dalam bentuk persentase menunjukkan bahwa kontribusi masing-masing sektor dalam kemampuan menciptakan nilai tambah pada pendapatan daerah Surabaya. Persentase dari masing-masing sektor lapangan usaha terangkum pada Gambar 1.2. –––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––– Pemerintah Kota Surabaya Catatan Atas Laporan Keuangan 14 Gambar 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kota Surabaya Tahun 2013 Sumber data: BPS Kota Surabaya, Januari 2014 Catatan : data sementara Rata-rata sub sektor ekonomi memiliki kontribusi yang tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya, yaitu di atas 5 persen. Sektor yang tertinggi dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi Surabaya pada tahun 2013 masih didominasi oleh sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran dengan nilai sebesar 8,49. Selain itu terdapat tiga sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan diatas pertumbuhan agregat Kota Surabaya. Sektor tersebut antara lain, yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 8,49. Kemudian disusul sektor Kontruksi sebesar 8,33 dan yang terakhir adalah sektor Angkutan dan Komunikasi sebesar 8,31. Namun dari sembilan sektor ekonomi terdapat satu sektor yang memiliki pertumbuhan kurang dari 1, yaitu sektor Pertanian. Untuk waktu yang akan datang pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya diperkirakan masih cukup menjanjikan melihat masih banyaknya sektor-sektor ekonomi yang tumbuh pesat. Pertumbuhan ekonomi yang didominasi oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran merupakan pertanda baik karena dapat meningkatkan perekonomian riil Kota Surabaya. Selain itu, tingginya peran dari sektor Kontruksi dalam menyediakan infrastruktur juga turut andil dalam mendorong perekonomian Kota –––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––– Pemerintah Kota Surabaya Catatan Atas Laporan Keuangan 15 Surabaya untuk berkembang lebih maju sehingga arus perekonomian di Kota Surabaya dapat berjalan dengan lancar. Tabel.1.4 Perbandingan Indikator Ekonomi Kota Surabaya, Jawa Timur dan Nasional Tahun 2013 Keterangan Surabaya JawaTimur Nasional PertumbuhanEkonomi 7,28 6,55 5,78 PDRB Atas Harga Berlaku JutaRp 302.756,07 1.136.326,86 4.040.317 PDRB Atas Harga KonstanJuta Rp 109.075,46 419.428,44 1.293.760,70 PendapatanPerkapita 34,44 29,62 36,5 Sumber data: BPS Kota Surabaya, Januari 2014 Catatan : data sementara Pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya pada tahun 2013 yang diukur berdasarkan nilai Produk Domestik Regional Bruto PDRB menunjukkan kinerja yang baik dengan pertumbuhan ekonomi di atas 7 persen. Namun, dibandingkan tahun sebelumya, pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya tumbuh sedikit lebih lamban. Kendati demikian, perekonomian Kota Surabaya tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur dan Nasional. Nilai total PDRB Kota Surabaya yang dihitung berdasarkan harga berlaku ADHB mencapai Rp.302.756,079 miliar, atau setara dengan Rp.109.075,46 miliar bila dihitung berdasarkan harga konstan ADHK tahun 2000, sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel 1.4. Inflasi Kriteria penilaian kinerja ekonomi makro yang mudah diukur selain tingkat PDRB wilayah adalah tingkat inflasi, dimana tingkat inflasi merupakan gambaran perekonomian disuatu wilayah tersebut dikatakan baik atau buruk. Tingkat inflasi yang terlalu tinggi dan terlalu rendah mengidentifikasi jika perekonomian wilayah tersebut dalam kondisi tidak baik atau dapat dikatakan buruk. Perkembangan laju Inflasi yang terjadi di Kota Surabaya pada tahun 2007-2013 dapat diketahui pada Gambar 1.3. –––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––– Pemerintah Kota Surabaya Catatan Atas Laporan Keuangan 16 Gambar 1.3 Perkembangan Inflasi Kota Surabaya, Jawa Timur dan Nasional Tahun 2007- Tahun 2013 Sumber data: BPS Kota Surabaya, Januari 2014 Catatan : data sementara Inflasi Kota Surabaya, Jawa Timur dan Nasional pada tahun 2013 sama- sama menujukkan pola tren yang meningkat. Kota Surabaya pada tahun 2013 mengalami inflasi sebesar 7,52 year to year atau meningkat dibandingkan inflasi pada tahun sebelumnya yang hanya 4.39. Meskipun demikian, Inflasi Kota Surabaya sampai tahun 2013 sama seperti tahun-tahun sebelumnya selalu lebih rendah dibandingkan inflasi Jawa Timur pada tahun 2013, yaitu sebesar 7,59 dan Nasional sebesar 8.38. Berdasarkan Gambar 1.3 selama 5 tahun terakhir, inflasi Kota Surabaya pada tahun 2013 merupakan inflasi tertinggi dibanding inflasi di tahun sebelumnya. Tingginya nilai inflasi Kota Surabaya akhir tahun ini salah satunya dikarenakan dampak dari adanya kebijakan pemerintah mengurangi subsidi bahan bakar minyak yang diterjadi pada tanggal 22 Juni 2013. Kebijakan tersebut menyebabkan kenaikan harga bensin dari Rp.4.500,- menjadi Rp.6.500,- atau naik sebesar 44,4 persen, dan harga solar naik dari Rp.4.500,- menjadi Rp.5.500,- atau meningkat sebesar 22,22 persen sehingga memicu meningkatnya harga barang dan jasa pada komoditas lainnya. –––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––– Pemerintah Kota Surabaya Catatan Atas Laporan Keuangan 17 Dorongan inflasi Kota Surabaya yang tinggi pada tahun 2013 juga dipicu karena meningkatnya beberapa komoditas yang tercermin dari meningkatnya nilai indeks harga konsumennya. Mayoritas komoditas-komoditas yang mengalami inflasi tersebut merupakan komoditas yang memiliki ketergantungan yang tinggi pada faktor alam sehingga harga dan ketersediaannya sangat berfluktuasi mempengaruhi harga pasar.

2.2. Kebijakan Keuangan a. Pendapatan Daerah