2.1.4. Pengukuran Kadar Aktivitas Antithrombin
AT plasma dapat diukur baik secara imunologi AT antigen atau fungsional AT activity. Pada uji fungsional ditetapkan aktivitas AT
dengan metode Chromogenic menggunakan anti - Xa.
5,18,19,23,24
2.1.5. Defisiensi Antithrombin
Defisiensi AT dapat terjadi secara bawaan maupun didapat. Defisiensi AT menyebabkan faktor koagulasi yang aktif tidak dinetralkan
sehingga kecenderungan trombosis meningkat. Defisiensi AT dapat digolongkan atas 2 tipe yaitu tipe I dan Tipe II. Tipe I ditandai dengan
kadar AT yang rendah, sedang tipe II ditandai dengan kadar AT yang normal tetapi aktivitasnya rendah.
5,6,17,19,23,25,26
Nilai normal AT fungsional AT activity :
27
• Prematur infant : 26 – 61
• Full-term infant : 44 – 76
• After 6 month : 80 – 120
Defisiensi AT bawaan diturunkan secara autosomal dominan, pada individu yang heterozigot kadarnya 25 – 50 dari orang normal. Frekuensi
defisiensi AT heterozigot pada pasien trombosis sekitar 2,5-4, sedangkan pada populasi sehat sekitar 0,05-1,0. Resiko trombosis pada
individu dengan defisiensi AT heterozigot 5 kali lipat lebih tinggi dari pada individu dengan AT normal. Pada umumnya, individu dengan defisiensi
heterozigot antikoagulan alamiah akan mengalami trombosis pada usia
Universitas Sumatera Utara
muda kurang dari 40 tahun, sering kali tanpa faktor lingkungan sebagai pencetus dan kadang-kadang di tempat yang tidak biasa seperti di sinus
serebri, vena abdomen atau vena dalam lengan. Individu ini juga cenderung mengalami trombosis berulang dan sering mempunyai riwayat
trombosis dalam keluarga.
5,19,23,25
Defisiensi AT didapat dijumpai pada sirosis hati, sindroma nefrotik, pemakaian pil kontrasepsi, setelah trombosis yang luas dan setelah
pengobatan dengan heparin dosis tinggi. AT disintesis dihati sehingga pada sirosis hati produksinya menurun. Pada sindroma nefrotik terjadi
kehilangan AT melalui urin karena kebocoran membran glomeruli. Pada pemakai pil kontrasepsi yang mengandung estrogen terjadi penurunan
aktivitas AT yang bersifat reversibel. Mekanisme terjadinya hal ini belum diketahui dengan jelas. Setelah trombosis yang luas, AT banyak terpakai
untuk menetralkan faktor-faktor yang aktif, sehingga aktivitasnya berkurang.
Demikian pula setelah pengobatan dengan heparin dosis tinggi, AT banyak terpakai karena heparin tidak dapat bekerja tanpa AT.
5,17,19,21,27
Obat –obat yang meningkatkan kadar AT : anabolic steroids, androgens, oral kontrasepsi yang mengandung progesteron dan sodium warfarin.
Obat-obat yang menurunkan kadar AT : fibrinolitik, heparin, oral kontrasepsi yang mengandung estrogen dan L-asparaginase.
21
Universitas Sumatera Utara
2.2. Intervensi Koroner Perkutan IKP