Analisa dan perancangan sistem informasi surveilans deman berdarah barbasis sistem informasi geografis di Kecamatan Pamulang

(1)

1 I.1. Latar Belakang

Kota Tangerang merupakan kota yang cukup besar jika dilihat dari letak sisi geografisnya. Seperti kota-kota besar lainnya, Kecamatan Pamulang Kabupaten Tangerang juga menghadapi permasalahan perkotaan seperti kepadataan penduduk, penataan kota, penyakit demam berdarah dan lain-lain. Banyaknya penderita DBD (Demam Berdarah Dengue) yang menjadi epidemik dapat menyebabkan terjadinya wabah dan itu merupakan kerugian bagi suatu daerah. Grafik penderita DBD di Kecamatan Pamulang tahun 1998-2008 ; diilustrasikan pada Gambar 1.1 berikut :

Gambar 1.1 Grafik penderita DBD Sumber (Puskesmas Pamulang)

Berdasarkan grafik diatas terlihat tingkat penderita DBD terjadi dari tahun 1998-2008 yaitu 36 orang pada tahun 1998 sedangkan 89 pada

36 44

48 46 49 51 54

73 50

143

89

0 0 1 2 2 4 3 1 3 4 7

0 20 40 60 80 100 120 140 160

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Penderita meninggal


(2)

tahun 2008, selanjutnya yang meninggal tahun 1998 sebanyak 0 orang sedangkan pada 2008 sebanyak 7 orang. Dan menurut Dinas kesehatan tangerang penderita DBD paling tinggi terjadi di Kecamatan Pamulang karena banyaknya wilayah yang menjadi daerah epidemis. Seperti di, Kelurahan Pamulang Barat, Pamulang Timur, Pondok Benda, Benda Baru, dan Bambu Apus,1 kondisi ini juga diperparah karena faktor informasi penyebaran DBD tidak merata kepada seluruh masyarakat. Ini terlihat dari hasil analisis yang dilakukan dimana 83% dari instrumen penelitian dianggap valid, jadi dapat disimpulkan bahwa faktor informasi berpengaruh dalam proses surveilans DBD (Kuesioner terlampir pada Lampiran ). karena itu dibutuhkan tool dan aplikasi untuk menangani info penyebaran DBD, karena pada saat ini pengelolahan informasi mengenai surveilans (pengumpulan data) DBD masih dikerjakan secara manual sehingga sering timbul masalah keterlambatan data, serta data yang disajikan tidak up to date dan sering sekali kurang jelas dalam mencatatan alamat, yang menyebabkan kurang akuratnya dalam menentukan daerah yang terjangkit yang akhirnya mengganggu perencanaan, pencegahan dan upaya-upaya pemberantasan DBD.

Melihat kegawatan penyakit ini maka seharusnya pendataan DBD didukung oleh sistem yang handal. Salah satu alternatif teknologi informasi yang dapat diterapkan untuk menanggulangi masalah tersebut adalah Sistem

1

http://www.dinkes-kabtangerang.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=14&Itemid=27 (06/05/09 : 10.00-11.36 wib)


(3)

Informasi Geografis (SIG) yang sangat berguna untuk menampilkan peta tematik DBD yang untuk mengetahui distribusi epidemiologi kejadian kasus DBD di kecamatan Pamulang sehingga SIG akan sangat membantu otoritas kesehatan untuk mengambil kebijakan yang cepat dan tepat. Dalam hal ini hasil-hasil dari Surveilans epidemologis dalam format SIG bisa ditampilkan secara fleksibel melalui internet, maka informasi yang di dapat menjadi lebih cepat dan beragam, serta mampu menyebarkan informasi surveilans demam berdarah secara meluas dan secara langsung dapat dilihat oleh Dinas Kesehatan, Rumah Sakit, Asuransi maupun masyarakat umum dimanapun mereka berada.

Selain itu dengan penerapan SIG dengan pemanfaatan jaringan internet diharapkan mampu untuk membantu Kecamatan Pamulang dalam mengelola dan mengolah informasi surveilans demam berdarah sehingga para Stake Holder (pihak-pihak terkait) dapat mengatasi atau pencegah wabah demam berdarah pada masa yang akan datang.

Menurut WHO, surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan.2

Metode surveilans itu sendiri adalah kumpulan data penyakit yang diobservasi untuk mengetahui tren dan mendeteksi perubahan kejadian penyakit tersebut secara dini. Pola dan distribusi penyakit juga mudah

2


(4)

diamati berdasarkan area geografis, usia, komunitas, dan sebagainya.3 Dengan itu penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Sistem Informasi Surveilans Demam Berdarah di Kecamatan Pamulang.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan pokok permasalahan, yaitu bagaimana Puskesmas (bagian Surveilans) dapat menyajikan informasi demam berdarah dengue dengan cepat, sehingga Dinas kesehatan Tangerang Selatan dapat mengambil kebijakan ?

I.3. Batasan Masalah

Penelitian ini hanya akan dibatasi pada :

1. Daerah penelitian hanya mencakup kecamatan Pamulang. 2. Membangun sarana informasi surveilans demam berdarah.

3. Untuk keperluan penelitian ini adalah data lama yaitu Data yang diperoleh pada tahun 2008.

I.4. Tujuan dan Manfaat I.4.1. Tujuan

1. Dihasilkan Sistem Informasi Geografis (SIG) yang memanfaatkan jaringan internet yang mampu digunakan secara

3


(5)

efektif dan efisien sebagai sarana penyebaran informasi surveilans demam berdarah.

2. Memberikan informasi surveilans demam berdarah berupa gambaran lokasi maupun informasi dengan memanfaatkan peta digital, sebagai bahan pertimbangan dalam menangani demam berdarah.

3. Merancang Sistem informasi surveilans demam berdarah secara interaktif yang mampu memberi kemudahan bagi para pengguna nantinya.

I.4.2. Manfaat 1. Bagi Penulis

a. Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan

b. Membandingkan teori-teori yang ada dengan permasalahan yang ada sebenarnya.

c. Menambah pengalaman, memperluas wawasan dan mengembangkan potensi diri.

d. Sebagai salah satu persyaratan guna menyelesaikan Program Studi Strata Satu (S1) Teknik Informatika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bagi Universitas


(6)

b. Dapat menjadi sumbangan karya ilmiah dalam disiplin ilmu Teknologi Informasi.

c. Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan atau acuan bagi peneliti lain yang berniat mengkaji permasalahan atau topik yang sama.

3. Bagi Kecamatan Pamulang

a. Dapat menyediakan informasi untuk Stake Holder dalam pencarian data-data surveilans demam berdarah di Kecamatan Pamulang. b. Sebagai wujud pendekatan pelayanan kepada masyarakat dengan

memperhatikan faktor efesiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan.

4. Bagi Umum

Dapat memberi kemudahan untuk mengakses informasi surveilans demam berdarah yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi pencegahan dan penangananya.

I.5. Metode Penelitian

Dalam rangka penulisan skripsi ini tahapan metode penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah :

1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang penulis gunakan dalam pembahasan masalah skripsi ini adalah :


(7)

Metode yang dilakukan dengan cara pengumpulan data secara teoritis sebagai bahan perbandingan dengan jalan mengadakan pengumpulan data yang diperoleh dari berbagai literature baik dari buku maupun internet.

b. Wawancara

Metode ini dilakukan dengan mengajukan tanya jawab secara langsung dengan pihak yang bersangkutan di dalam penulisan skripsi ini.

c. Observasi

Metode ini dilakukan dengan menggunakan pengamatan secara langsung terhadap proses kerja yang ada dalam permaslahan yang sedang diamati.

2. Metode Pengembangan Sistem

Pengembangan sistem yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah siklus pengembangan model System Development Life Cycle (SDLC) adalah suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk menyelesaikan suatu masalah sistem. Meskipun pendekatan untuk menyelesaikan masalah dapat berbeda-beda, namun biasanya pendekatan tersebut memiliki tahapan-tahapan umum sebagai berikut: {Whitten, Jeffrey L. dkk. 1998}


(8)

Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap ruang lingkup dan batasan dari permasalahan, dan merencanakan strategi dan tujuan akhir dari pengembangan sistem.

b. Analysis (Analisis)

Pada tahapan ini dilakukan studi dan analisis terhadap permasalahan, penyebapnya, serta dampaknya. Kegiatan ini ditindak lanjuti dengan identifikasi dan analisa terhadap kebutuhan yang harus dipenuhi oleh solusi sistem yang akan dipilih.

c. Design (Perancangan)

Pada tahapan ini dilakukan peracangan solusi sistem. Tidak semua solusi membutuhkan perancangan.

d. Construction (Konstruksi)

Pada tahapan ini dilakukan pengkodean dan debugging. e. Implementation (Implementasi)

Pada tahapan ini dilakukan implementasi dan pengujian terhadap solusi yang dipilih dan telah direncanakan.

f. Support (Pendukung/Pemeliharaan)

Pada tahap ini dilakukan analisa terhadap solusi yang telah diimplementasikan, memperbaiki rancangan, dan bila diperlu mengimplementasikan kembali perbaikan solusi. Pada situasi tertentu, tahap ini mengharuskan pengembangan sistem kembali ke beberapa tahapan sebelumnya.


(9)

I.6. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis membaginya dalam lima bab pembahasan. Rincian pembahasan setiap bab yaitu sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang penulisan, ruang lingkup masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan teori-teori tentang analisa dan perancangan sistem, serta teori-teori dan pustaka yang relevan dengan permasalahan dari penelitian yang dilakukan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini membahas metode yang digunakan penulis dalam melakukan pencarian data maupun pengembangan sistem yang dilakukan pada penelitian ini.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang perencanaan, perancangan, kontruksi, implementasi serta pengujian sistem yang dibangun,


(10)

dengan mengacu pada model pengembangan sistem System Development Life Cycle (SDLC).

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bab akhir yang memuat kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dibuat.


(11)

10 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi 2.1.1 Pengertian Sistem

Apa itu Sistem? Sistem kebanyakan dapat didefinisikan secara sederhana sebagai sekelompok elemen yang saling berhubungan atau berinteraksi hingga membentuk satu kesatuan. Akan tetapi, konsep umum sistem berikut ini memberikan konsep dasar yang lebih tepat untuk bidang Sistem Informasi. Sistem adalah sekelompok komponen yang saling berhubungan, bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang

teratur. (O’brien, 2006:29)

Suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu, antara lain sebagai berikut :

1) Komponen Sistem (components)

Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen atau elemen yang saling berinteraksi, artinya komponen atau elemen yang saling bekerja sama dalam bentuk satu kesatuan. Komponen atau elemen sistem dapat berupa subsistem atau bagian dari sistem. Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dari sistem. Untuk menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan.


(12)

2) Batas Sistem (boundary)

Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luar. Batas suatu sistem menunjukkan lingkup (scope) dari sistem tersebut.

3) Lingkungan luar (environtments)

Lingkungan luar dari suatu sistem adalah apapun diluar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi dari sistem.

4) Penghubung (interface)

Penghubung sistem merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem yang lain untuk dapat berinteraksi membentuk suatu kesatuan.

5) Masukan (input)

Masukan sistem merupakan energi yang dimasukan ke dalam sistem yang berupa masukan perawatan (maintenance input) dan keluaran sinyal (signal output). Maintenance input adalah energi yang dimasukan supaya sistem tersebut dapat beroperasi. Signal output adalah energi yang diproses untuk mendapatkan keluaran.

6) Keluaran (output)

Keluaran sistem adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan.


(13)

7) Pengolahan ( process )

Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolahan yang akan merubah masukan menjadi keluaran.

8) Sasaran ( objective )

Suatu sistem harus mempunyai sasaran, karena sasaran sangat menentukan sekali masukan yang dibutuhkan oleh sistem dan keluaran yang akan dihasilkan sistem. Suatu sistem dikatakan berhasil apabila mengenai sasaran atau tujuan.

2.1.2 Pengertian Infomasi

Informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini dan mendatang, akan tetapi informasi dapat menjadi data mentah bagi tingkat manajemen tertentu.

Sistem informasi menerima masukan data dan instruksi, mengolah data tersebut sesuai instruksi dan mengeluarkan hasilnya. Model data sistem yaitu masukan, pengolahan dan keluaran adalah cocok bagi kasus pengolahan sistem informasi yang paling sederhana dimana semua masukan tiba pada saat bersamaan.

Definisi lain mengenai informasi menurut Raymond Mc. Leod, Jr

adalah “suatu sumber daya yang penting secara strategis, yang kemudian

diolah komputer.


(14)

1) Akurat

Akurat berarti informasi harus bebas dari suatu kesalahan dan tidak menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan maksudnya. Informasi harus akurat karena dari sumber informasi sampai ke penerima informasi kemungkinan banyak terjadi gangguan (noise) yang dapat merubah atau merusak informasi tersebut.

2) Tepat pada waktunya

Tepat pada waktunya berarti informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat, karena informasi merupakan landasan didalam mengambil keputusan.

3) Relevan

Relevan berarti informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya. Relevansi nformasi untuk tiap-tiap orang satu dengan lainnya berbeda. Misalnya informasi mengenai sebab terjadinya kerusakan mesin produksi kepada akuntan perusahaan adalah kurang relevan dan akan lebih relevan bila ditunjukkan kepada ahli teknik perusahaan

2.1.3 Pengertian Sistem Informasi

Sistem Informasi dapat didefinisikan sebagai suatu susunan dari orang, data, proses, dan teknologi informasi yang saling berhubungan untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyediakan keluaran informasi yang diperlukan untuk mendukung suatu organisasi.


(15)

Sistem informasi dapat digolongkan menurut fungsinya, antara lain adalah sebagai berikut ini:(Whitten, 2004:12)

1) Transaction Processing System (TPS), suatu sistem informasi yang menangkap dan memproses data tentang transaksi bisnis. seperti pesanan(order), kartu catatan waktu, pembayaran, reservasi, dan sebagainya.(Whitten, 2004:12)

2) Management Information System (MIS), suatu sistem informasi yang disediakan untuk menghasilkan laporan yang berorientasi pada manajemen yang berdasarkan pada proses transaksi dan operasi dari organisasi. Atau dengan kata lain menggunakan data transaksi untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh manajer untuk menjalankan bisnis.(Whitten, 2004:12)

3) Decision Support System (DSS), suatu sistem informasi yang membantu mengidentifikasi pengambilan keputusan yang mungkin atau menyediakan informasi untuk membantu pengambilan keputusan manajemen.(Whitten, 2004:12)

4) Executive Information System (EIS), suatu sistem informasi yang mendukung perencanaan dan kebutuhan penilaian dari manajer eksekutif. EIS dikhususkan untuk kebutuhan informasi yang unik dari para eksekutif yang merencanakan bisnis dan menilai capaian rencana bisnis tersebut. (Whitten, 2004:13)


(16)

5) Expert System(ES), suatu sistem informasi yang menangkap keahlian dari para pekerja dan kemudian menirukan keahlian tersebut untuk dimanfaatkan oleh orang yang tidak ahli.(Whitten, 2004:14)

6) Communications and Collaboration System, suatu sistem informasi yang memberikan peluang komunikasi yang lebih efektif antara para pekerja, mitra, pelanggan, dan para penyalur untuk meningkatkan kemampuan mereka untuk bekerja sama. (Whitten, 2004:14)

7) Office Automation System, suatu sistem informasi yang mendukung cakupan luas dari aktivitas kantor yang disediakan untuk meningkatkan alur kerja(work flow) antara para pekerja dan membantu karyawan membuat dan membagi dokumen yang dapat mendukung aktivitas kantor sehari-hari. (Whitten, 2004:14)

Komponen Sistem Informasi adalah sebagai berikut:

1) Perangkat Keras (Hardware), Terdiri dari komputer, peripheral, jaringan, dsb.

2) Perangkat Lunak (Software), Merupakan kumpulan dari perintah/fungsi yang ditulis dengan aturan tertentu untuk memerintahkan komputer melaksanakan tugas tertentu. Software dapat digolongkan menjadi Sistem Operasi (Windows 2000, Linux, Unix, dll), Aplikasi (Akuntansi, database, dll), Utilitas (Anti Virus, Speed Disk, dll), serta Bahasa (Java, VB, Delphi, C++, dll).

3) Data, Merupakan komponen dasar dari informasi yang akan diproses lebih lanjut untuk menghasilkan informasi.


(17)

4) Prosedur, Dokumentasi prosedur / proses sistem, buku penuntun operasional (aplikasi) dan teknis.

5) Manusia (Human), Yang terlibat dalam komponen manusia seperti operator, pemimpin sistem informasi dan sebagainya. Oleh sebab itu perlu suatu rincian tugas yang jelas.

Kegiatan dari sistem informasi antara lain adalah:

1) Input, Menggambarkan suatu kegiatan untuk menyediakan data untuk diproses.

2) Proses, Menggambarkan bagaimana suatu data di proses untuk menghasilkan suatu informasi yang bernilai tambah.

3) Output, Suatu kegiatan untuk menghasilkan laporan dari proses di atas tersebut.

4) Penyimpanan, Suatu kegiatan untuk memelihara dan menyimpan data.

5) Control, Suatu aktivitas untuk menjamin bahwa sistem informasi tersebut berjalan sesuai dengan yang diharapkan.1

2.2 Pengertian Perancangan Sistem

Perancangan sistem adalah tahap dalam pengembangan sistem yang dilakukan setelah tahap analisa sistem, dimana dalam tahap ini seorang analis sistem akan merancang atau membentuk sistem tersebut.

1


(18)

Seperti yang dikemukakan oleh Scott (1989:158) didalam bukunya, seperti berikut:

”Perancangan sistem menentukan bagaimana suatu sistem mencapai apa

yang harus dicapai. Tahap ini melibatkan konfigurasi komponen- komponen perangkat keras lunak dari suatu sistem, sehingga setelah instalasi akan benar-benar memuaskan seperti telah ditetapkan pada akhir

tahap analisa sistem”.

Menurut John Burch (1992:461) perancang atau disain sistem dapat didefinisikan sebagai penggambaran, perencanaan dan pembuatan sketsa atau pengurutan dalam beberapa elemen terpisah kedalam satu kesatuan yang utuh dan berfungsi.

1) Diagram Hubungan Data (Entity Relationship Diagram)

Diagram Hubungan Data digunakan untuk menggambarkan hubungan antara data store yang ada didalam diagram aliran data.

Komponen-komponen yang digunakan didalam diagram hubungan data antara lain:

1) Entitas (Entity)

Digambarkan dengan kotak segi empat dan digunakan untuk menunjukkan orang, tempat, objek atau konsep dan sebagainya yang menunjukkan dimana data dicatat atau disimpan. Ada 2 macam entitas yaitu:

(a) Strong Entity Set


(19)

(b) Weak Entity Set

Yaitu entity set yang tidak memiliki atribut yang dapat dijadikan kunci, sehingga membutuhkan atribut dari entitas lain. Dengan kata lain entitas yang bergantung pada entitas lain (strong entity).

Contoh:

Entity Set

2) Hubungan atau Relasi

Digambarkan dengan kotak berbentuk diamon dengan garis yang menghubungkan ke entity yang terkait. Hubungan atau relasi menunjukkan abstraksi dari sekumpulan hubungan yang mengkaitkan antara entity yang berbeda.

Contoh:

Divisi buat Surat Permohonan

3) Atribut

Menunjukkkan karakteristik dari tiap entitas atau sesuatu yang menjelaskan entitas atau hubungan. Dari setiap atribut-atribut entitas terdapat satu atribut yang dijadikan sebagai kunci (key).

Ada beberapa jenis key yaitu:

 Primary key

 Secondary key

 Candidate key


(20)

 Composite key

 Foreign key 4) Cardinality

Diagram ER juga menunjukkan tingkat hubungan yang terjadi, dilihat dari segi kejadian atau banyak tidaknya hubungan antar entitas tersebut. Ada 3 kemungkinan hubungan yang ada yaitu:

1) Satu ke satu (one to one atau 1:1)

Tingkat hubungan dinyatakan satu ke satu jika suatu kejadian pada entitas pertama hanya mempunyai satu hubungan dengan satu kejadian pada entitas kedua. Demikian juga sebaliknya, satu kejadian pada entitas yang kedua hanya bisa mempunyai satu hubungan dengan satu kejadian pada entitas yang pertama.

Contoh:

Nota 1 dapat 1 Kwitansi

2) Satu ke Banyak (one to many atau 1:M)

Tingkat hubungan satu ke banyak (1:M) adalah sama dengan banyak ke satu (M:1), tergantung dari arah mana hubungan-hubungan tersebut dilihat. Untuk satu kejadian pada entitas yang pertama dapat mempunyai banyak hubungan dengan kejadian pada entitas yang kedua. Sebaliknya satu kejadian pada entitas yang kedua hanya bisa


(21)

mempunyai satu hubungan dengan satu kejadian pada entitas yang pertama

Contoh:

Divisi buat Surat Permohonan

1 M

3) Banyak ke Banyak (Many to Many atau M:N)

Tingkat hubungan banyak ke banyak terjadi jika tiap kejadian pada sebuah entitas akan mempunyai banyak hubungan dengan kejadian pada entitas lainnya. Baik dilihat dari sisi entitas yang pertama maupun yang kedua.

Contoh:

Barang kembali Retur

M N

2) LRS (Logical Record Structure)

Logical Record Structure dibentuk dengan nomor dari tipe record. Beberapa tipe record digambarkan oleh kotak empat persegi panjang dan dengan nama yang unik. Beda LRS dengan ER-diagram nama tipe record berada diluar kotak field tipe record ditempatkan.

Logical Record Structure terdiri dari link-link diantara tipe record. Link ini menunjukkan arah dari satu tipe record lainnya. Banyak link dari LRS yang diberi tanda field-field yang kelihatan pada kedua link tipe record. Penggambaran LRS mulai dengan menggunakan model yang dimengerti. Dua metode yang dapat


(22)

digunakan, dimulai dengan hubungan kedua model yang dapat dikonversikan ke LRS. Metode yang lain dimulai dengan ER-diagram dan langsung dikonversikan ke LRS.

3) Transformasi ERD ke LRS (Logical Record Structure)

Sebuah model sistem yang digambarkan dengan sebuah Diagram-ER akan mengikuti pola/aturan pemodelan tertentu. Dalam kaitannya dengan konversi ke LRS, maka perubahan yang terjadi adalah mengikuti aturan-aturan berikut ini: 1. Setiap entitas akan diubah ke bentuk kotak.

2. Sebuah atribut relasi disatukan dalam sebuah kotak bersama entitas jika hubungan yang terjadi pada diagram-ER 1:M (relasi bersatu dengan cardinality M) atau tingkat hubungan 1:1 (relasi bersatu dengan cardinality yang paling membutuhkan referensi), sebuah relasi dipisah dalam sebuah kotak tersendiri (menjadi entitas baru) jika tingkat hubungannya M:M (many to many) dan memiliki foreign key sebagai primary key yang diambil dari kedua entitas yang sebelumnya saling berhubungan.

4) Normalisasi

Suatu file yang terdiri dari beberapa group elemen yang berulang – ulang perlu diorganisasikan kembali. Proses untuk mengorganisasikan file dengan menghilangkan group elemen yang berulang atau sebuah langkah atau proses untuk menyederhanakan sebuah relationship antar elemen data didalam tuple (record) ini disebut dengan normalisasi. Normalisasi juga banyak dilakukan dalam merubah bentuk database dari suatu struktur pohon atau struktur jaringan menjadi struktur hubungan.


(23)

Pengertian Normalisasi adalah suatu teknik analisa data yang mengorganisir data ke dalam suatu kelompok untuk membentuk kesatuan data yang nonredundant, stabil, fleksibel, dan adaptif.(Whitten 2004:322) Adapun beberapa jenis/tipe normalisasi yaitu:

(1) Normalisasi bentuk pertama (1NF/First Normal Form), suatu tabel adalah 1NF jika tidak ada atribut yang dapat mempunyai nilai lebih dari satu(repeating group) untuk kejadian yang tunggal dari entitas itu.(Whitten 2004:323)

(2) Normalisasi bentuk kedua (2NF/Second Normal Form), suatu tabel adalah 2NF apabila tabel tersebut sudah berada pada 1NF dan setiap atribut yang bukan key bergantung penuh pada primary key (tidak terjadi partial dependencies). (Whitten 2004:323)

(3) Normalisasi bentuk ketiga (3NF/Third Normal Form), suatu tabel adalah 3NF apabila sudah berada dalam 2NF dan setiap atribut yang bukan key tidak bergantung terhadap atribut lain kecuali terhadap primary key (non transitive dependencies). (Whitten 2004:323)

(4) Boyce Code Normal Form (BCNF)

Pada tahap ini dilakukan penghilangan beberapa sisa keganjilan dari normalisasi bentuk kedua atau apabila setiap determinant adalah merupakan candidate key.

(5) Fourth Normal Form (4NF)

Pada tahap ini dilakukan penghilangan beberapa ketergantungan pada banyak harga (multivalued dependency).


(24)

(6) Fifth Normal Form (5NF)

Pada tahap kelima ini dirancang untuk mengatasi jenis ketergantungan yang disebut join dependency.

Cara Normalisasi yaitu dengan melakukan penelitian terhadap suatu relasi dengan melihat ketergantungan antar atribut didalam relasi. Normalisasi berfungsi untuk menghindari kemungkinan terdapatnya anomaly pada saat penempatan basis data tersebut. Anomaly adalah error atau inkonsistensi data. Anomaly ada tiga jenis, yaitu :

(1) Insertion Anomaly

Merupakan error yang terjadi sebagai akibat operasi insert record pada sebuah relasi.

(2) Deletion Anomaly

Merupakan error yang terjadi sebagai akibat operasi delete record pada sebuah relasi.

(3) Update Anomaly

Merupakan error yang terjadi sebagai akibat operasi Update record pada sebuah relasi.

2.3 Sistem Informasi Geografis 2.3.1 Geografi

Geografi adalah studi tentang lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas bumi. Kata geografi berasal dari bahasa Yunani yaitu g? ("Bumi") dan graphein ("menulis", atau


(25)

"menjelaskan"). Geografi juga merupakan nama judul buku bersejarah pada subyek ini, yang terkenal adalah Geographia tulisan Klaudios Ptolemaios (abad kedua). Geografi lebih dari sekedar kartografi, studi tentang peta. Geografi tidak hanya menjawab apa dan dimana di atas muka bumi, tapi juga mengapa di situ dan tidak di tempat lainnya, kadang diartikan dengan "lokasi pada ruang." Geografi mempelajari hal ini, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia. Juga mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.2

2.3.2 Konsep Dasar SIG

Menurut Eddy Prahasta (2005:51), era komputerisasi telah membuka wawasan dan paradigma baru dalam proses pengambilan

keputusan dan penyebaran informasi. Data yang mempresentasikan “dunia nyata” dapat disimpan dan diproses sedemikian rupa sehingga dapat

disajikan dalam bentuk-bentuk yang lebih sederhana dan sesuai

kebutuhan. Pemahaman mengenai “dunia nyata” akan semakin baik jika

proses-proses manipulasi dan presentasi data yang direlasikan dengan lokasi-lokasi geografi di permukaan bumi telah dimengerti. Sejak pertengahan 1970-an, telah dikembangkan sistem-sistem yang secara khusus dibuat untuk menangani masalah informasi yang bereferensi geografis dalam berbagai cara dan bentuk. Masalah-malah ini mencakup : 1) Pengorganisasian data dan informasi.

2


(26)

2) Menempatkan informasi pada lokasi tertentu.

3) Melakukan komputasi, memberikan ilustrasi keterhubungan satu sama lainnya (koneksi), beserta analisa-analisa lainnya.

Sebutan untuk sistem-sistem yang menangani masalah-masalah diatas adalah SIG, sistem informasi geografis.

2.3.3 Pengertian SIG

Definisi SIG selalu berkembang, bertambah dan bervariasi terlihat dari banyaknya definisi SIG yang telah beredar. Selain itu, SIG juga merupakan suatu bidang kajian ilmu dan teknologi yang relatif baru, digunakan oleh berbagai bidang disiplin ilmu, dan berkembang dengan cepat. Berikut sebagian kecil dari definisi-definisi yang telah beredar di berbagai (Eddy Prahasta, 2005:54), pustaka:

1) SIG adalah sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografis. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis objek-objek dan fenomena dmana lokasi geografi merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Dengan demikian, SIG merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan berikut dalam menangani data yang bereferensi geografi: (a) masukan, (b) manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data), (c) analisis dan manipulasi dat, (d) keluaran [Aronoff89].


(27)

2) SIG adalah sistem yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data manusia (brainware), organisasi atau lembaga yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisa dan menyebarkan informasi-informasi mengenai daerah-daerah di permukaan bumi [Chrisman97]

3) SIG adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, mengupdate, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografi [Esri90]

2.3.4 Data SIG

Data dalam Sistem Informasi Geografis (SIG) dibagi atas dua bentuk (Charter, 2004:10), yaitu :

1) Geoghraphical atau Data Spasial, merupakan data yang terdiri atas lokasi eksplisit suatu geografi yang diset ke dalam bentuk koordinat.

2) Attribut atau Data aspasial, adalah gambaran data yang terdiri atas informasi yang relevan terhadap suatu lokasi, seperti kedalaman, ketinggian, lokasi penjualan, dan bisa dihubungkan dengan lokasi tertentu dengan maksud untuk memberikan identifikasi seperti alamat, kode pin dan lain-lain.

Selanjutnya kedua jenis data diatas disimpan dalam bentuk layer-layer yang dihubungkan melalui frame geografi. Setiap fitur pada layer


(28)

memiliki pengidentifikasi yang unik sehingga memungkinkan kita untuk mengubah informasi relevan yang disimpan pada database external. SIG juga memiliki mode abtraksi yang sederhana, yang memungkinkan kita untuk menangkap elemen yang diinginkan.

2.3.5 Komponen SIG

SIG merupakan sistem kompleks yang biasanya terintegerasi dengan lingkungan sistem-sistem kmputer yang lain ditingkat fungsional dan jaringan. Sistem SIG terdiri dari beberapa komponen (Eddy Prahasta, 2005:58), berikut :

1) Perangkat keras : Pada saat ini SIG tersedia untuk berbagai platform perangkat keras mulai dari PC destop, workstations, hingga multiuser host yang dapat digunakan oleh banyak orang secara bersamaan dalam jaringan komputer yang luas, berkemampuan tinggi, memiliki ruang penyimpanan (harddisc) yang besar, dan mempunyai kapasitas memori (RAM) yang besar. Walaupun demikian, fungsional GIS tidak terkait secara ketat terhadap karakteristik- karakteristik fisik perangkat keras ini sehingga keterbatasan memori pada PC-pun dapat diatasi. Adapun perankat keras yang sering digunakan SIG adalah komputer (PC), mouse, digitizer, printer, plotter, dan scanner.

2) Perangkat lunak : Bila dipandang dari sisi lain, SIG juga merupakan sistem perangkat lunak yang tersusun secara modular


(29)

dimana basisdata memegang peranan kunci. Setiap subsistem diiplementasikan dengan menggunakan perangkat lunak yang terdiri dari beberapa modul, hingga tidak mengherankan jika ada perangkat SIG yang terdiri dari ratusan modul program (*.exe) yang masing-masing dapat dieksekusi sendiri.

3) Data & Informasi geografi : SIG dapat mengumpulkan da menyimpan data dan informasi yang diperlukan baik secara langsung dengan cara dijitasi data spasialnnya dari peta dan memasukan data atributnya dari tabel-tabel dan laporan dengan menggunakan keyboard.

4) Manajemen : Suatu proyek SIG akan berhasil jika di-manage dengan baik dan dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki keahlian yang tepat pada semua tingkatan.

2.3.6 Arsitektur SIG Berbasis Web

Sistem informasi geografis berbasis web adalah suatu aplikasi berbasis SIG yang dapat dijalankan dan diaplikasikan pada suatu web browser baik dalam suatu jaringan global yaitu internet maupun dalam jaringan komputer berbasis lokal yaitu intranet. Untuk dapat melakukan komunikasi dengan komponen yang berbeda-beda di lingkungan web maka dibutuhkan sebuah web server, yang pengembangan arsitektur sistemnya mengikuti arsitektur client server.


(30)

Gambar 2.1. ArsitekturSIG berbasis Web

(Nuryadin, 2005:8)

Pada gambar diatas, interaksi antara klien dengan server berdasarkan skenario request dan respon. Web browser disisi klien mengirim request ke server web. Karena server web tidak memiliki kemampuan pemrosesan peta, maka request berkaitan dengan pemrosesan peta akan diteruskan oleh server web ke server aplikasi dan Map Server. Hasil pemrosesan akan dikembalikan lagi melalui server web, terbungkus dalam bentuk file HTML atau applet.

Arsitektur Sistem Informasi Geografis (SIG) di web dibagi menjadi dua pendekatan, yaitu :

a. Pendekatan Thin Client

Pendekatan ini memfokuskan diri pada sisi server. Hampir semua proses dan analisis data dilakukan berdasarkan request dari sisi server. Data hasil pemrosesan kemudian dikirimkan ke klien dalam format standard HTML, yang didalamnya terdapat


(31)

file gambar dalam format standar (GIF, PNG atau JPG) sehingga dapat dilihat menggunakan sembarang web browser. Kelemahan utama pendekatan ini menyangkut keterbatasan opsi interaktif dengan user yang kurang fleksibel.

b. Pendekatan Thick Client

Pada pendekatan ini, pemrosesan data dilakukan di sisi klien menggunakan beberapa teknologi seperti ActiveX atau applet. Kontrol ActiveX atau applet akan dijalankan di klien untuk memungkinkan web browser menangani format data yang tidak dapat ditangani oleh web browser dengan kemampuan standard. Dengan adanya pemrosesan klien, maka transfer data antara klien dengan web server akan berkurang. Tidak seperti pada pendekatan thin client, data akan dikirim ke klien dalam bentuk data vektor yang disederhanakan. Pemrosesan dan penggambaran kembali akan dilakukan disisi klien. Kelemahan dari pendekatan ini, harus ada tambahan aplikasi yang dipasang di komputer klien.

2.4 Model Dunia Nyata

Dunia nyata hanya bisa dideskripsikan didalam pengertian model-model yang membatasi konsep-konsep dan prosedur-prosedur yang diperlukan untuk mentranslasikan pengamatan-pengamatan (pengukuran) kedalam data yang dimengerti dan dibutuhkan (berguna) didalam SIG.


(32)

Proses-proses yang diterlibat didalam menginterpresentasikan realitas dengan menggunakan model dunia nyata dan model data disebut dengan sebagai pemodelan data (data modelling). Dengan demikian, kita membuat suatu mdel realitas yang merupakan penyederhanaan dari asek-aspek dunia nyata. Adapun prinsip-prinsip yang digunakan didalam masalah ini dapat digambarkan (Eddy Prahasta, 2005:98), sebagai berikut :

Gambar 2.2. Realitas Fisik, Model Dunia Nyata,..., dan Basis Data Untuk membawa dunia nyata kedalam SIG, harus menggunakan model dunia nyata yang telah disederhanakan. Fenomena-fenomena yang serupa dan mirip dapat diklasifikasikan dan dideskripsikan dalam bentuk model dunia nyata. Model dunia nyata ini kemudian dikonversikan ke Realitas Fisik Model Dunia Nyata Model Data Basis Data Peta/ Report Fenomena Aktual : 1.Properties 2. Connections Entity: 1. Tipe 2. Atribut 3. Relasi Objek: 1. Tipe 2. Atribut 3. Relasi 4. Geometri 5. Kualitas

Objek: 1. Tipe 2. Atribut 3. Relasi 4. Geometri 5. Kualitas Simbol,

garis, titik, teks, anotasi, dll.


(33)

dalam bentuk model data dengan menggunakan elemen-elemen geometri dan kualitas. Kemudian, model dunia data ini juga ditranster ke dalam bentuk basis data yang dapat menangani data-data dijital yang dapat dipresentasikan ke dalam bentuk peta-peta dan laporan, baik secara softcopy maupun hardcopy.

2.5 Surveilans Demam Berdarah 2.5.1 Pengertian Surveilans

Menurut WHO, surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data secara sistematik dan terus

menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan.3 Data dalam hal ini dapat merupakan bencana alam, penyebararan penyakit, dan lain-lain.

Menurut Dr. Hari Santoso, SKM, M.Epid Subdit Surveilans, Ditjen PP & PL. Surveilans adalah kegiatan “analisis” yang sistematis dan berkesinambungan melalui kegiatan pengumpulan dan pengolahan data serta penyebar luasan informasi untuk pengambilan keputusan dan tindakan segera. Melakukan Analisis yaitu Orientasi tidak cukup hanya penyakit, Pertimbangkan faktor resiko di luar sektor kesehatan, Ketajaman analisis, dan Pertimbangkan lintas batas wilayah, tidak cukup hanya

3


(34)

pertimbangan wilayah administrasi pemerintahan.4 Contoh surveilans DBD menurut satuannya masing-masing :

Gambar 2.3 : Penderita berdasarkan Jenis Kelamin

4

http://125.160.76.194/data/materi/pelatihansibencana/Surveilans%20Situasi%20Bencana.ppt. (10/01/09 : 09.00-10.10 wib)


(35)

Tabel 2.1. Penderita berdasarkan Bulan dan Jenis Kelamin

NO. BULAN

JUMLAH

L P T laki-laki 620

1 Januari 40 30 70 Perempuan 622

2 Pebruari 39 34 73

3 Maret 73 62 135

4 April 13 18 31

5 Mei 65 51 116

6 Juni 53 45 98

7 Juli 9 4 13

8 Agustus 80 103 183

9 September 63 106 169

10 Oktober 40 56 96

11 Nopember 75 59 134

12 Desember 70 54 124

620 622 1242

2.5.2 Sejarah Surveilans

Dimulai ketika William Farr, mengembangkan sistem pengumpulan data rutin tentang jumlah dan penyebab kematian dibandingkan pola kematian antara orang-orang yang menikah dan tidak, dan antara pekerja yang berbeda jenis pekerjaannya. Upaya yang telah dilakukan untuk mengembangkan sistem pengamatan penyakit secara terus menerus dan menggunakan informasi itu untuk perencanaan dan


(36)

evaluasi program telah mengangkat nama William Farr sebagai the founder of modern epidemiology.5

2.5.3 Sistem Surveilans Penyakit DBD

Pengamatan penyakit DBD di Pukesmas meliputi kegiatan pencatatan, pengolahan dan penyajian data penderitan DBD untuk pantauan mingguan, laporan mingguan wabah, laporan bulanan P2DBD, penentuan desa atau kelurahaan yang rawan. Mengetahui ditribusi kasus DBD atau kasus tersangka DBD per RW atau dusun, menentukan musim penularaan dan mengetahui kecenderungan penyakit. ( Ditjen P2M dan PLP,1992)

2.5.4 Pengertian Demam Berdarah Dengue

Demam dengue (dengue fever, selanjutnya di singkat DF) adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak remaja atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai leukopenia (berkurangnya jumlah leukosit didalam darah, jumlahnya sama dengan 5000 per millimeter kubik atau kurang), sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakan bola mata, rasa pengecap yang terganggu dan biasanya akan sembuh setelah 5 hari. (FKUI, 1996:417)

Demam berdarah dengue (dengue haemorrhagic fever, selanjutnya disingkat DHF), ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasa memburuk

5

http://www.fkm.unair.ac.id/files/matkul/KME131/Konsep_Surveilans.pdf. (10/01/09 : 09.00-10.10 wib)


(37)

setelah dua hari pertama. Uji tourniquet (pita yang ditarik dengan ketat mengelilingi anggota gerak untuk menahan sirkulasi disebelah distal untuk sementara waktu) disertai beberapa atau semua gejala pendarahan seperti petekie spontan (bintik merah kecil akibat keluarnya sejumlah darah) yang timbul serentak, purpura (pendarahan kecil dalam kulit), epitaksis (pendarahan hidung), hematemesis (muntah darah), melena (keluarnya feses hitam yang diwarnai oleh darah yang berubah), trombositopenia (menurunnya jumlah trombosit dalam siklus darah), hematokrit (persentase volume eritrosit dalam darah) meningkat dan gangguan maturasi megakariosit ( proses pematangan trombosit pada sel raksasa di sumsum tulang belakang). (FKUI, 1996:417)

2.5.5 Sejarah dan Penyebaran Demam Berdarah

Epidemik dengue dilaporkan pertama kali di Batavia oleh David Bylon pada tahun 1779, sedangkan DHF pertama kali dikemukakan oleh Quintos dan kawan-kawan di Manila pada anak-anak pada tahun 1945. penyakit dengue merupakan penyakit epidemik di Indonesia, tetapi dalam jarak 5 sampai 20 tahun dapat timbul letusan epidemik. (FKUI, 1996:417).

Demam berdarah dengue di Indonesia, pertama kali dicurigai berjangkit di Surabaya pada tahun 1968, tetapi kepastian secara medis baru diperoleh pada tahun 1970. DBD pada orang dewasa pertama kali dilaporkan oleh Swandana (1970) yang kemudian secara drastis meningkat dan menyebar keseluruh Dati I di Indonesia. (FKUI, 1996:417).


(38)

Vektor utama dengue di Indonesia adalah Aedes aegypti, di samping pula Aedes albopictus. Vektor ini bersarang di bejana-bejana yang berisi air jernih dan tawar seperti bak mandi, drum penampung air, kaleng bekas dan lain-lainnya. Adanya vektor tersebut berhubungan erat dengan beberapa faktor (FKUI, 1996:418), antara lain:

1) Kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperluan sehari-hari.

2) Sanitasi lingkungan yang kurang baik. 3) Penyediaan air bersih yang langka.

Daerah yang terjangkit DHF adalah wilayah yang berpenduduk, karena: 1) Antar rumah jaraknya berdekatan, yang memungkinkan penularan

karena jarak terbang Aedes aegypti 40-100 meter.

2) Aedes aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang-ulang (multiple biter), yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian

dalam waktu yang singkat.

Dengan semakin lancarnya hubungan lalu lintas, kota-kota kecil atau daerah semiurban dekat kota besar pun saat ini menjadi mudah terserang akibat penjalaran penyakit dari satu sumber di kota besar. Kasus DHF cenderung meningkat pada musim hujan, kemungkinan disebabkan: 1) Kebiasaan musim mempengaruhi frekuensi gigitan nyamuk; karena

pengaruh musim hujan , puncak jumlah gigitan terjadi pada siang dan sore hari.


(39)

2) Perubahan musim mempengaruhi manusia sendiri dalam sikapnya terhadap gigitan nyamuk, misalnya dengan lebih banyak berdiam dirumah selama musim hujan.

2.5.6 Pencegahan Demam Berdarah

Untuk memutuskan mata rantai penularan, pemberantasan vektor merupakan cara yang paling memadai, vektor dengue khususnya A. aegypti sebenarnya mudah diberantas karena

sarang-sarangnya terbatas ditempat yang berisi air bersih dan jarak terbangnya maksimum 100 meter. Tetapi karena vektor terbesar luas, untuk keberhasilan pemberantasan dilakukan total converage ( meliputi seluruh wilayah) agar nyamuk tidak dapat berkembang biak lagi. Ada 2 cara pemberantasan (FKUI, 1996:425), vektor :

1) Menggunakan insektisida

Yang lazim dipakai dalam program pemberantasan demam berdarah dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa (adultsida) dan themepos (abate) untuk membunuh jentik nyamuk (larvasida). Cara menggunakan malathion ialah dengan pengasapan (thermal fogging) atau pengabutan (cold fogging).

Untuk pemakaian rumah tangga dapat digunakan berbagai jenis insektisida yang disemprotkan didalam kamar/ruangan, misalnya golongan organofosfat, karbamat dan lain-lain.


(40)

Cara penggunaan themos (abate) ialah dengan pasir abate (sand granules) kedalam sarang-sarang nyamuk aedes, yaitu penampungan air bersih. Dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1% per 10 liter air.

2) Tanpa insektisida Caranya adalah :

- Menguras bak air, tempayan, dan tempat penampungan air minimal 1X seminggu (perkembangan telur ke nyamuk lamanya 7-10 hari).

- Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.

- Membersihkan halaman rumah dari kaleng-kaleng bekas, botol-botol pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.

- Isolasi pasien agar pasien tidak digigit vektor untuk menularkan pada orang lain, ini sulit dilaksanakan lebih awal dari perawatan di rumah sakit karena kesulitan praktis.

- Mencegah gigitan nyamuk dengan cara memakai obat gosok maupun pemakaian kelambu memang dapat mencegah gigitan nyamuk, tetapi cara ini dianggap kurang praktis.

- Imunisasi maupun pemberian anti virus dalam usaha memutuskan rantai penularan, saat ini baru dalam tahap penelitian.


(41)

2.6 Perangkat Lunak Yang Digunakan Dalam Sistem 2.6.1 ArcView

ArcView merupakan salah satu perangkat lunak desktop Sistem Informasi Geografis (SIG) dan pemetaan yang telah dikembangkan oleh ESRI (Environmental System Research Institute) (Prahasta, 2007:1). Dengan ArcView kita dapat melakukan visualisasi, mengexplore, menjawab query, menganalisis data secara geografis dan sebagainya. Kemampuan – kemampuan yang dimiliki oleh ArcView adalah :

1) Pertukaran data, membaca dan menuliskan data dari dan ke format perangkat lunak SIG lainnya.

2) Melakukan analisis statistic dan operasi-operasi matematis 3) Menampilkan informasi (basisdata) spasial maupun atribut. 4) Menjawab query spasial maupun atribut

5) Melakukan fungsi-fungsi dasar SIG 6) Membuat peta tematik

7) Mengcostumize aplikasi dengan menggunakan bahasa skrip.

2.6.2 Mapserver

Menurut Eddy Prahasta (2007:36) mapserver merupakan salah satu lingkungan pengembangan perangkat lunak open source yang dapat digunakan untuk mengembangkan aplikasi-aplikasi internet-based yang melibatkan data spasial (peta dijital). Mapserver mempunyai cukup fungsionalitas inti SIG yang dapat mendukung berbagai aplikasi web yang


(42)

terkait spasial. Selain itu juga mapserver sangat unggul didalam me-render data spasial (citra, data vektor, dan peta dijital lainnya) untuk aplikasi web.

2.6.3 PHP

PHP singkatan dari Hypertext Preprocessor yang digunakan sebagai bahasa script server-side dalam pengembangan web yang disisipkan pada dokumen HTML. Penggunaan PHP memungkinkan web dapat dibuat dinamis sehingga maintenance situs web tersebut akan menjadi lebih mudah dan efisien. PHP merupakan software open-source yang disebarkan dan dilisensikan secara gratis serta dapat di-download secara bebas disitus resminya htpp://www.php.net.

PHP memiliki banyak kelebihan yang tidak dimiliki oleh bahasa script sejenis. PHP difokuskan pada pembuatan script server-side, yang bisa melakukan apa saja yang dapat dilakukan oleh CGI, seperti mengumpulkan data dari form, menghasilkan isi halaman web dinamis, dan kemampuan mengirim serta menerima cookies, bahkan lebih dari pada kemampuan CGI. (Andi, 2006:2)


(43)

42 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada penyusunan skripsi ini diperlukan data-data informasi sebagai bahan yang dapat mendukung kebenaran materi uraian pembahasan. Selain itu untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam sebuah perancangan perangkat lunak ada beberapa tahap yang harus dilakukan, dalam bab ini dijelaskan mengenai tempat dan waktu penelitian, bahan dan alat serta metodologi penelitian yang digunakan penulis, alasan pemilihan metodologi dan tahapan-tahapan pada metode pengembangan sistem.

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Dalam pembangunan aplikasi sistem informasi spasial ruang pembangunan penulis melakukan penelitian ke instansi pemerintah yang terkait dengan surveilans demam berdarah untuk mengambil dan mengobservasi data-data penderita demam berdarah. Dimana pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Pamulang yang beralamat di Jl. Surya Kencana No.1 Pamulang Barat, dan di laksanakan mulai Oktober 2009 – 2010.

3.2. Peralatan dan Bahan

Bahan dan alat yang di kumpulkan untuk digunakan dalam pembuatan aplikasi Perancangan Sistem Informasi Geografis Surveilans Demam Berdarah terdiri atas peta-peta dan hardware serta software. Bahan


(44)

43

berupa peta yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.1. berikut ini : (Terlampir Dalam Lampiran B).

Tabel 3.1. Daftar Bahan Penelitian

No. Bahan Sumber Keterangan

1. Citra Landsat Th. 2008 Bakosurtanal Referensi batas-batas administratif 2. Peta kependudukan di

Kecamatan Pamulang skala 1 : 80.000

Kecamatan Pamulang

Referensi kependudukan 3. Peta Megapolitan map &

street guide

Dr. Riadika Mastra

Sebagai Peta dasar

4. Buku Panduan P2PL (Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan ) Bidang P2PL Kecamatan Pamulang Referensi Peningkatan menyiapkan rencana, pelaksanaan, monitoring / evaluasi kegiatan pengamatan penyakit dan imunisasi, mengendalikan penyakit serta penyehatan Sedangkan alat yang digunakan untuk membangun aplikasi dan test koneksi jaringan adalah satu buah PC (Personal Computer). Berikut merupakan spesifikasi dari alat yang digunakan :

a. Perangkat Lunak

Windows XP Service Pack 2, Macromedia Dreamweaver 8, Arcview 3.3, Quantum GIS, MapServer 4 Windows (MS4W) version 1.6, Data-data peta dijital.


(45)

44 b. Perangkat Keras

Processor Dual Core 1.86 GHz, Harddisk 160 GB, Memory 512 MB, VGA 128 MB, LAN Card, DVD – RW, Keyboard dan Mouse.

3.3. Tahapan Penelitian

Pada Gambar 3.1. merupakan gambar tahapan penelitian yang dilakukan oleh penulis :


(46)

45 3.4. Metode Pengumpulan Data

Dalam rangka menyusun skripsi ini dilakukan riset atau penelitian untuk menjaring data-data atau bahan materi yang diperlukan. Adapun metode pengumpulan data-data yang diperlukan adalah sebagai berikut:

3.4.1. Studi Pustaka

Dalam metode ini dilakukan pencarian buku-buku maupun website yang membahas Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan kaitannya dengan surveilans demam berdarah.

3.4.2. Wawancara

Dalam tahapan ini penulis melakukan wawancara dengan beberapa pihak yang terkait dalam surveilans demam berdarah di Puskesmas Pamulang. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui sistem yang berjalan saat ini dan kebutuhan user untuk aplikasi yang akan dibangun nantinya. (Terlampir dalam Lampiran A).

3.4.3. Observasi

Pada metode ini penulis mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap Sistem yang berjalan dalam perancangan surveilans demam berdarah Kecamatan Pamulang yang dilaksanakan oleh Puskesmas Kecamatan Pamulang


(47)

46

Bidang surveilans dan penyebaran penyakit, yang berkoordinasi dengan Dinas kesahatan Tangerang dan Departeman kesehatan.

Untuk lebih jelasnya sistem yang berjalan akan di bahas pada DFD Sistem yang berjalan, beserta kelebihan dan kelemahannya.

Sementara data-data yang diperoleh dari observasi yang telah dilakukan adalah : (Terlampir dalam Lampiran B)

a. Data penderita demam berdarah tahun 2008

b. Peta kependudukan di Kecamatan Pamulang skala 1 : 80.000

3.5. Metode Pengembangan Sistem

Metodologi yang digunakan untuk membangun sistem ini adalah konsep siklus hidup pengembangan sistem atau System Development Life Cycle (SDLC) yang dikembangkan oleh Hosier (Prahasta, 2005: 223). Berikut ini merupakan tahapan-tahapan dalam SDLC yaitu: Perencanaan Sistem, Analisis Sistem, Perancangan Sistem, Implementasi, Operasi dan Pemeliharaan.


(48)

47

Gambar 3.2. Tahapan Pengembangan Metode SDLC

Berikut ini merupakan beberapa alasan penulis menggunakan metode pengembangan SDLC:

1. Melihat aplikasi yang dikembangkan penulis, merupakan aplikasi yang membutuhkan perawatan dalam pembaharuan data. Pada metode SDLC terdapat tahap pemeliharaan, sehingga metode ini sangat cocok digunakan pada pengembangan aplikasi ini.

2. Dalam pengembangan sistem yang ada dengan metode SDLC dapat dilakukan perencanaan yang sistematis sehingga dapat memperkecil kesalahan dalam pembuatan program aplikasi. Karena sistem yang nantinya dibuat sesuai dengan perencanaan yang dibuat sebelumnya. 3. Sistem yang dibangun merupakan sistem yang amat kompleks karena

menggunakan sistem client server bukan standalone sehingga harus menggunakan model sekuensial linear (SDLC).


(49)

48

4. Menurut Prahasta (2005: 228), metode RAD memiliki kelemahan dalam proses perbaikan, sehingga menyebakan pada proses iterasi menghasilkan satu versi perangkat lunak. Dengan demikian pada saat hasil akhirnya diterima oleh pengguna, terdapat beberapa versi perangkat lunak.

5. Metode SDLC merupakan metode yang digunakan secara umum dalam pengembangan aplikasi Sistem Informasi Geografis. Dalam berbagai aplikasi web GIS yang telah dikembangkan sebagian besar menggunakan metode SDLC karena mudah dimengerti.

3.5.1. Perencanaan Sistem

Tahap perencanaan sistem merupakan tahap awal dalam pengembangan sistem informasi yang bertujuan mencari inti permasalahan dan kendala-kendala yang ada pada sistem yang berjalan serta merumuskan tujuan dibangunnya Perancangan Sistem Informasi Geografis Surveilans Demam Berdarah

Pada tahapan ini penulis melakukan penelitian awal atau studi kelayakan (feasibility study) untuk mengidentifikasi masalah awal yang ada pada sistem yang ada kemudian menentukan faktor penyebabnya, selain itu penulis mengidentifikasikan kebutuhan user terhadap sistem yang akan dikembangkan, dengan cara melakukan wawancara, kuesioner maupun pengamatan langsung pada bagian surveilans di Puskesmas Pamulang.


(50)

49 3.5.2. Analisis Sistem

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis sistem yang berjalan untuk kemudian menyimpulkan permasalahan yang terjadi khususnya dalam prosedur penyampaian informasi surveilans demam berdarah yang selama ini dilakukan Puskesmas Pamulang. Tahap ini merupakan dasar bagi tahapan perencanaan sistem baru yang dapat memaksimalkan pengolahan data dan penyampaian informasi.

Hasil dari analisis sistem diperoleh, sistem yang ada pada Puskesmas sudah baik, akan tetapi memiliki kekurangan dalam penyampaian informasi yang masih dilakukan secara manual dan hanya terdokumentasi dalam bentuk buku atau media fisik lainnya. Kegiatan analisis kebutuhan dan kondisi meliputi :

1. Gambaran Umum daerah penelitian

Tujuannya adalah memberikan gambaran tentang kondisi geografis Kecamatan Pamulang yang bermanfaat sebagai informasi tambahan dalam analisis yang menyangkut pembangunan berbasis SIG (Sistem Informasi Geografis). 2. Diagram Alir Data Sistem yang berjalan pada Puskesmas

Tujuannya adalah untuk mengetahui prosedur penyampaian informasi perencanaan pembangunan yang sedang berjalan sehingga dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan dari sistem yang ada.


(51)

50 3. Usulan Pemecahan Masalah

Memberikan usulan pemecahan masalah pada Puskesmas Kecamatan Pamulang dalam meningkatkan efektivitas sistem penyampaian penyebaran DBD dengan membuat usulan sistem baru yang berbasis SIG, yang mampu memberikan informasi suveilans demam berdarah.

3.5.3. Perancangan Sistem

Tahap ini bertujuan untuk mencari bentuk yang optimal dari aplikasi yang akan dibangun dengan mempertimbangkan berbagai faktor-faktor permasalahan dan kebutuhan yang ada pada sistem seperti yang telah ditetapkan pada analisis kebutuhan dan kondisi.

Tahap perancangan adalah tahapan yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan yang ada. Dalam tahap ini penulis menggunakan beberapa tools (alat) untuk membuat rancangan sistem, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Perancangan Proses

Dalam melakukan perancangan sistem, penulis menggunakan alat Data Flow Diagram (DFD) untuk menggambarkan suatu sistem yang diusulkan berikut kamus datanya (Data Dictionary) untuk menjelaskan data yang ada pada DFD. 2. Perancangan Basis Data

Setelah perancangan sistem dilakukan kemudian penulis merancang basis datanya dengan menggunakan alat bantu


(52)

51

Entity Relationship Diagram (ERD) yang menggambarkan hubungan antar entitas yang ada pada DFD. Untuk mengefisienkan dan mengefektifkan serta menghindari data yang sama, dalam basis data penulis juga melakukan normalisasi.

3. Perancangan Struktur Menu Aplikasi

Perancangan Struktur Menu Aplikasi bertujuan untuk menentukan menu-menu yang diperlukan pada aplikasi yang akan dikembangkan.

4. Perancangan Antarmuka (interface) Aplikasi

Perancangan antarmuka aplikasi bertujuan untuk menemukan bentuk yang optimal dari tampilan aplikasi, sehingga dapat mempermudah user dalam berkomunikasi dengan sistem.

3.5.4. Implementasi Sistem

Tahapan ini merupakan tahap lanjutan dari desain aplikasi sistem, yaitu menafsirkan atau menterjemahkan desain aplikasi sistem ke dalam bahasa pemograman yang dapat dimengerti oleh sistem komputer. Dalam tahapan ini dijelaskan secara detail penggunaan sistem dari proses memperbaharui informasi yang ada hingga proses preview peta.

Selain itu pada tahapan ini dilakukan pengetesan aplikasi oleh pengguna dengan menggunakan beberapa metode diantaranya metode purposive random sampling, yaitu melakukan pembagian


(53)

52

kuesioner dan pengambilan sampel secara acak untuk menilai aplikasi yang dikembangkan oleh penulis. Selain itu penulis juga melakukan pengetesan aplikasi dengan menggunakan white box dan black box. (Hasil Terlampir Dalam Lampiran C)

3.5.5. Pemeliharaan

Tahapan ini merupakan tahapan akhir jika sistem yang telah dibuat telah diimplementasikan dengan baik. Untuk itu sistem yang ada harus benar-benar diimplementasikan dengan baik, agar user yang akan menggunakan dalam hal ini Puskesmas Kecamatan Pamulang Bidang surveilans, dapat mempergunakan sistem dengan baik dan mampu memperbaharui data surveilans demam berdarah Kecamatan Pamulang.

3.6. Sistem Yang Berjalan

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh penulis di ketahui bahwasannya dalam perancangan surveilans demam berdarah di Kecamatan Pamulang, Puskesmas Pamulang melakukan koordinasi dengan instansi lain yaitu Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang untuk selanjutnya menyampaikan data surveilans kepada Departemen Kesehatan.

Berikut merupakan uraian sistem yang berjalan dalam perancangan surveilans demam berdarah selama ini di Puskesmas :

a. Alur pelaporan DBD mulai dari masyarakat dan dari petugas kesehatan, rumah sakit ataupun klinik lainnya, kemudian pelaporan dilanjutkan ke


(54)

53

Kelurahan atau langsung ke Puskesmas dengan bukti surat keterangaan dokter dan hasil laboraorium.

b. Bagian P2PL bagian surveilans seminggu sekali mengambil data penyakit menular secara keseluruhan pada setiap Kelurahan di Kecamatan Pamulang dan melakukan penyelidikan epidemologi (PE) untuk mengetahui sumber kasus atau penderita dan radius penyebaran. c. Setelah itu data penyakit DBD yang telah terkumpul di ditribusikan ke

bagian DBD di P2PL Puskesmas Pamulang.

d. Pendistribusian data penyakit DBD kemudian di lanjutkan ke bagian P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang setiap bulan sekali, yang kemudian P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang menyusun perencanaan dan pencegahan penyebaran penyakit DBD berdasarkan data dan penyelidikan epidemologi (PE) yang sudah di terima dari P2PL Pukesmas Pamulang.

e. Selanjutnya tindak lanjut pencegahan penyebaran penyakit DBD dan penyelidikan PE yaitu fogging atau pemberantasan sarang nyamuk (PSN) jika terjadi epidemic, dan melakukan penyuluhan jika daerah tersebut berpotensi epidemik.

Dari uraian di atas, maka dapat di gambarkan Document Flow Diagram dari sistem yang berjalan pada Gambar 3.3, berikut ini :


(55)

54

Gambar 3.3. DFD Sistem Berjalan

Selanjutnya untuk tugas, fungsi, visi, misi dan struktur organisasi dari Dinas/Instansi yang terkait dalam surveilans demam berdarah ini, akan diuraikan secara lebih mendalam pada bab selanjutnya.


(56)

55

3.6.1. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Yang Berjalan

Berikut ini merupakan kelebihan dan kekurangan dari sistem yang berjalan dalam perancangan surveilans demam berdarah ini adalah:

a. Kelebihan Sistem yang berjalan

1) Koordinasi yang baik antara masing-masing Instansi dalam mendistribukan data surveilans DBD di Kecamatan Pamulang yang bertujuan untuk mengambil keputusan untuk memeberantas wabah DBD.

2) Penggunaan sistem komputer secara terbatas dalam pengolahan data-data surveilans DBD.

3) Masyarakat terlibat dalam Alur mendistribusian data DBD.

b. Kekurangan Sistem yang berjalan

1) Informasi yang dihasilkan masih hanya terbatas pada data tekstual saja.

2) Penggunaan sistem komputer hanya terbatas pada penyusunan laporan surveilans DBD.

3) Sering terjadi keterlambatan pelaporan data surveilans DBD serta data yang disajikan tidak up to date karena sistem surveilans masih dilakukan secara manual. Karena seharusnya laporan kasus DBD di tindak lanjuti dalam kurun waktu 1 X 24 jam.


(57)

56

4) Masyarakat hanya terlibat pada saat pelaporan DBD masing kelurahan.


(58)

57 4.1. Perencanaan Sistem

Kesehatan nasional Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan dan ujung tombak bagi pelayanan terhadap masyarakat. Meskipun Puskesmas telah memberikan kotribusi dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Namun masih kurangnya pelayanan yang bermutu, menyeluruh dan terpadu diseluruh Puskesmas yang ada di Tangerang.

Kegiatan sudah berjalan di Puskesmas Kecamatan Pamulang cukup baik namun Informasi yang diberikan masih sangat terbatas pada informasi yang bersifat tekstual dan cara penyajiannya masih kurang maksimal, terutama pada pencegahan penyakit menular seperti demam berdarah dengue.

Untuk memudahkan masyarakat mendapatkan informasi serta membantu Puskesmas dalam mengelola data-data surveilans demam berdarah dengue (DBD) maka sistem yang dibuat harus dapat berinteraksi dengan baik kepada user, baik user yang mengelola sistem maupun yang menggunakan sistem. Dalam membangun aplikasi ini terdapat beberapa proses yang dilakukan yaitu mengidentifikasi kebutuhan user, baik secara software, hardware maupun brainware yang menggunakan dan identifikasi masalah yang terjadi pada pengelolaan sistem sebelumnya. Sehingga aplikasi yang dibangun dapat digunakan secara efisien.


(59)

yang telah berjalan sebelumnya, akan tetapi sistem yang dibangun ditujukan untuk membantu sistem yang sebelumnya telah berjalan.

4.1.1. Identifikasi Kebutuhan (User Need Assisment)

Mengidentifikasikan kebutuhan merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam tahap perencanaan sistem. Kebutuhan dapat juga diartikan sebagai suatu keinginan atau suatu hal. Untuk itu dibuat suatu sistem yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat mengenai informasi surveilans demam berdarah dengue di Kecamatan Pamulang. Dari hasil penelitian dan pengumpulan data melalui observasi maupun wawancara ke Puskesmas Pamulang, diperoleh berbagai kebutuhan yang diharapkan oleh Puskesmas beserta dinas terkait lainnya sebagai pelaksana sistem dan masyarakat/pengembang sebagai pengguna sistem, antara lain: 1. Kebutuhan akan suatu sistem yang dapat memberikan

informasi surveilans DBD dalam satu kecamatan kepada masyarakat yang dapat diakses dan digunakan dimana dan kapan saja dengan mudah sehingga masyarakat dapat mengantipasi penyebaran DBD.

2. Dibutuhkan sistem yang dapat menghasilkan informasi yang tidak terbatas hanya pada data tekstual.

3. Dibutuhkan sistem yang dapat mengoptimalkan pemanfaatan komputer guna mendukung kinerja dari Puskesmas Pamulang.


(60)

Adapun permasalahan yang terjadi dalam sistem yang telah berjalan antara lain :

1. Informasi yang dihasilkan oleh bagian P2PL Puskesmas Pamulang tentang DBD masih bersifat tekstual sehingga perlu dilengkapi dengan data yang berupa data tekstual.

2. Pendokumentasian yang belum terkomputerisasi secara baik dan benar terhadap data surveilans DBD.

3. Sistem yang diterapkan masih manual dan terbatas pada informasi yang bersifat tekstual sehingga dirasa kurang efektif lagi, selain itu masyarakat sulit memperoleh informasi mengenai surveilans demam berdarah.

4.1.3. Tujuan Pengembangan Sistem

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ada di atas maka dapat dirumuskan tujuan dari pengembangan Sistem Informasi Surveilans DBD (demam berdarah dengue) ini adalah sebagai berikut :

1. Mampu menghasilkan sistem yang dapat memberikan informasi penyebaran penyakit pada orang yang terjangkit DBD di seluruh Kecamatan Pamulang kepada masyarakat yang dapat diakses dimana dan kapan saja dengan mudah oleh masyarakat.


(61)

hanya terbatas pada data tekstual saja, tetapi juga menghasilkan data spasial dalam bentuk tampilan peta yang representatif dan mudah dimengerti.

3. Penggunaan sistem komputer yang lebih optimal, karena memanfaatkan web yang memudahkan masyarakat /pengembang untuk berinteraksi dalam pencegahan dan pemberantasan penularan DBD tanpa batasan tempat dan waktu.

4.2. Analisis Sistem

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis sistem yang berjalan untuk kemudian menyimpulkan permasalahan yang terjadi khususnya dalam prosedur penyampaian informasi surveilans DBD yang selama ini dilakukan Puskesmas (Pusat kesehatan masyarakat). Tahap ini merupakan dasar bagi tahapan perencanaan sistem baru yang dapat memaksimalkan pengolahan data dan penyampaian informasi.

4.2.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Pamulang adalah sebuah kecamatan di Kota Tangerang Selatan. Sebelum Kota Tangerang Selatan menjadi kota otonom, Pamulang merupakan salah satu kecamatan dari Kabupaten Tangerang.


(62)

Reni Jaya, Pamulang Vila, Gria Jakarta, Vila Pamulang Mas, Pamulang Estate(MA),BPI (Bukit Pamulang Indah, Puri Pamulang. Komplek-komplek perumahan ini mulai berdiri tahun 1983. Di Pamulang juga berdiri Giant Department Store, Superindo, Carrefour yang menandakan pertumbuhan ekonomi di kecamatan ini sangat pesat. Dahulu sempat pula didirikan Alfa Toko Gudang Rabat, Dwima, serta Cinema 21.

Kecamatan Pamulang terbagi atas 8 kelurahan yaitu: 1. Kelurahan Pondok Benda

2. Kelurahan Benda Baru 3. Kelurahan Bambu Apus 4. Kelurahan Kedaung 5. Kelurahan Pamulang Barat 6. Kelurahan Pamulang Timur 7. Kelurahan Pondok Cabe Udik 8. Kelurahan Pondok Cabe Ilir

Tabel 4.1 merupakan data kepadatan penduduk perkilometer per Km2 diKecamatan Pamulang.

Tabel 4.1 Kepadatan Penduduk Per Km2 menurut kelurahan

No. Kelurahan Luas ( Km2) Banyaknya Penduduk

Kepadatan Per Km2

1. Pondok Benda 4.1291 36.406 8.816

2. Pamulang Barat 4.4423 40.324 9.077


(63)

5. Pondok Cabe Ilir 4.2100 28.932 6.872

6. Kedaung 2.7867 41.894 15.033

7. Bambu Apus 2.4045 17.327 7.206

8. Benda Baru 2.8800 31.276 10.859

Jumlah : 28.8006 236.588

4.2.2. Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Pamulang.

Gambar 4.1. merupakan gambar struktur organisasi Puskesmas yang terkait dalam melakukan Surveilans DBD.


(64)

Gambar 4.1. Struktur Puskesmas Kecamatan Pamulang

4.2.3. Profil Puskesmas Kecamatan Pamulang

Puskesmas adalah unit pelaksana pembangunan kesehatan di wilayah kecamatan. Yang dimaksud dengan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yakni organisasi di lingkungan Dinas Kabupaten/kota yang melaksanakan tugas Teknis Operasional. Dalam melaksanakan


(65)

gedung, Pustu, Pusling dan pelayanan rujukan. Kriteria UPTD terdiri dari :

1. Tidak melaksanakan fungsi pengaturan, pembinaan, perijinan. 2. Mempunyai misi/tugas pokok yang jelas dan tidak berduplikasi

atau tumpang tindih dengan unit organisasi yang lain.

3. Didukung oleh 3 (tiga) faktor : SDM, anggaran, sarana/prasarana kerja.

4. Memiliki rencana program dan kegiatan pengembangan yang berkelanjutan.

Selama ini pandang orang tentang Puskesmas masih kurang baik terutama berkaitan dengan penampilan fisik yang kurang bersih dan nyaman serta keramahan petugas dalam pelayanan kesehatan masih masih kurang, serta tidak seluruh upaya kegiatan pokok Puskesmas dapat diselenggarakan dengan baik oleh setiap Puskesmas disamping kemampuan tiap Puskesmas berbeda-beda.

Dalam sistem kesehatan nasional Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan dan ujung tombak bagi pelayanan terhadap masyarakat. Meskipun Puskesmas telah memberikan kotribusi dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat namun masih kurangnya pelayanan yang bermutu, menyeluruh dan terpadu diseluruh Puskesmas yang ada di Tangerang.


(66)

program kesehatan dasar, pengembangan wajib dan pengembangan pilihan.

1) Pengembangan kesehatan dasar meliputi : 1. Promosi kesehatan

2. Penyehatan lingkungan

3. Kesehatan ibu dan anak dan KB 4. Perbaikan gizi

5. Pencegahan penyakit menular 6. Pengobatan

2) Pengembangan wajib meliputi : 1. Lansia

2. UKS / UKGS 3. Anti Napza

3) Pengembangan pilihan meliputi : 1. Laboratorium

2. UKGMD

3. JPKMM

Dalam menyelenggarakan program kerja nya Puskesmas Kecamatan Pamulang memiliki Visi, misi dan tujuan sebagai berikut:


(67)

Terwujudnya Puskesmas Pamulang dengan pelayanan kesehatan yang bermutu, menyeluruh dan terpadu.

Misi :

1. Memberikan pelayanan prima di semua sektor. 2. Pusat pelayanan kesehatan tingkat dasar. 3. pusat pemberdayaan kesehatan dan keluarga. 4. meningkatkan kemitraan dengan berbagai sektor. Moto :

Berhasil Prima

Bersih, Harmonis, Silaturahmi,dan pelayanan prima. Nilai :

1. Disiplin.

2. Tanggung Jawab. 3. Kejujuran.

Berikut ini merupakan tugas dan fungsi dari masing-masing bagian yang ada dalam Struktur Organisasi Puskesmas Pamulang. A. Kepala Puskesmas Pamulang

Tugas :

1. Mengkoordinir penyusunan perencanaan tingkat Puskesmas berdasarkan data program Kepala Dinas Kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(68)

bidang pelayanan kesehatan masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Memberikan tugas kepada para bawahan dan unit-unit serta Puskesmas Pembantu sesuai dengan bidang tugas masing-masing.

4. Memimpin Urusan Tata Usaha, Unit-unit pelayanan, Puskesmas Pembantu / bidan dan para bawahan dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat agar pelaksanaan tugas berjalan sesuai dengan rencana kerja yang telah ditetapkan.

5. Memberikan petunjuk dan bimbingan teknis kepada para bawahan agar pelaksanaan tugas berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

6. Menilai prestasi kerja para bawahan sebagai bahan pertimbangan dalam peningkatan karier.

7. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan Puskesmas berdasarkan realisasi program kerja dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku sebagai bahan dalam menyusun program kerja berikutnya.

8. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan sebagai bahan informasi dan pertanggungjawaban kepada Kepala Dinas Kesehatan.


(69)

10. Kepala Puskesmas dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas Kesehatan.

B. Bagian Tata Usaha Tugas :

1. Menyusun rencana kegiatan Urusan Tata Usaha berdasarkan data Program Puskesmas dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja.

2. Membagi tugas kepada bawahan agar pelaksanaan tugas dapat dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Mengkoordinasikan para bawahan dalam menyusun program kerja Puskesmas agar terjalin kerjasama yang baik.

4. Memberi petunjuk kepada bawahan dengan cara mencocokan dengan petunjuk kerja yang diberikan dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku agar tercapai keserasian dan kebenaran kerja.

5. Menilai prestasi kerja bawahan berdasarkan hasil yang dicapai agar sesuai dengan rencana dan ketentuan


(70)

bahan dalam peningkatan karier.

6. Melaksanakan pengelolaan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, surat menyurat, hubungan masyarakat dan urusan-urusan umum, perencanaan serta pencatatan dan pelaporan.

7. Mengevaluasi hasil kegiatan Urusan Tata Usaha secara keseluruhan.

8. Membuat laporan kegiatan dibidang tugasnya sebagai bahan informasi dan pertanggungjawaban kepada atasan.

9. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan. 10. Urusan Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala

Urusan yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskesmas.

C. Bendahara Tugas :

1. Menyusun rencana kegiatan Bendahara berdasarkan data Program Puskesmas dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja.

2. Melaksanakan pengelolaan Keuangan sesuai dengan prosedur dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(71)

keseluruhan.

4. Membuat catatan dan laporan kegiatan dibidang tugasnya sebagai bahan informasi dan pertanggungjawaban kepada atasan.

5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan. Dalam melaksanakan tugasnya Benda Hara di bantu oleh : a. Benda Hara Logistik

Tugas :

1. Menyusun rencana kegiatan Logistik berdasarkan data Program Puskesmas dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja.

2. Melaksanakan pengelolaan Logistik sesuai dengan prosedur dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Mengevaluasi hasil kegiatan Logistik secara keseluruhan.

4. Membuat catatan dan laporan kegiatan dibidang tugasnya sebagai bahan informasi dan pertanggungjawaban kepada atasan.


(72)

Tugas :

1. Menyusun rencana kegiatan Logistik berdasarkan data Program Puskesmas dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja.

2. Melaksanakan pengelolaan Retribusi sesuai dengan prosedur dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Mengevaluasi hasil kegiatan Retribusi secara keseluruhan.

c. Bendahara Operasional Tugas :

1. Membantu tugas bendahara umum

2. Mengelola, mengadministrasikan dan membuat pertanggungjawaban atas operasional Puskesmas. 3. Bekerja di bawah koordinasi bendahara umum. d. Bendahara JPKMM ( Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Masyarakat Miskin) Tugas :

1. Mendata dan menjaring masyakarat miskin dan tidak mampu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.


(73)

secara keseluruhan.

3. Membuat catatan dan laporan kegiatan dibidang tugasnya sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban bendahara umum.

e. Petugas Loket Tugas :

1. Melaksanakan kegiatan Pelayanan di Loket dan koordinasi lintas program terkait sesuai dengan prosedur dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Mengevaluasi hasil kegiatan Pelayanan di Loket secara keseluruhan.

3. Membuat catatan dan laporan kegiatan dibidang tugasnya sebagai bahan informasi dan pertanggungjawaban benda hara umum.

D. YANKES (Pelayanan Kesehatan) Tugas :

Menyiapkan bahan perumusan kebijakan, serta melaksanakan pembinaan dan pengembangan pelayanan Puskesmas.

Dalam melaksanakan tugasnya YANKES, dibantu oleh : a. Koordinasi Rawat Jalan


(74)

kesehatan dengan melakukan promosi kesehatan melalui penyuluhan,

melaksanakan perlindungan khusus melalui imunisasi dan keluarga berencana, menegakkan diagnosa dini, pengobatan segera dan penatalaksanaan terapi yang kuat serta melaksanakan pelayanan rujukan.

b. Koordinasi Rawat Inap Tugas :

1. Mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan perawatan medis dan perawatan untuk penyembuhan, persiapan operasi kecil dan setelah operasi, pelayanan bayi sehat dan sakit serta ibu sesudah melahirkan. 2. Mengevaluasi hasil kegiatan Rawat Inap secara

keseluruhan.

3. Membuat catatan dan laporan kegiatan dibidang tugasnya sebagai bahan informasi dan pertanggungjawaban kepada atasan.

c. Petugas Gedung Obat Fungsi :

1. Melaksanakan kegiatan Gudang Obat meliputi distribusi obat ke unit pelayanan dan koordinasi lintas


(75)

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Mengevaluasi hasil kegiatan Gudang Obat secara keseluruhan.

3. Membuat catatan dan laporan kegiatan dibidang tugasnya sebagai bahan informasi dan pertanggungjawaban kepada atasan.

d. Petugas Apotik Tugas :

1. Melaksanakan kegiatan Pelayanan Obat di Apotik dan koordinasi lintas program terkait sesuai dengan prosedur dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Mengevaluasi hasil kegiatan Pelayanan Obat di Apotik secara keseluruhan.

3. Membuat catatan dan laporan kegiatan dibidang tugasnya sebagai bahan informasi dan pertanggungjawaban kepada atasan.

E. P2PL (Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan) Tugas :

1. Membagi tugas kepada bawahan agar pelaksanaan tugas dapat dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(76)

penyakit termasuk imunisasi.

3. Mengevaluasi hasil kegiatan Unit Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit secara keseluruhan.

4. Membuat laporan kegiatan dibidang tugasnya sebagai bahan informasi dan pertanggungjawaban kepada atasan. Dalam melaksanakan tugasnya P2PL bantu oleh :

a. Petugas Imunisasi Tugas :

1. Melaksanakan kegiatan Immunisasi meliputi pemberian Immunisasi, swepping Immunisasi, penyuluhan Immunisasi, penanganan KIPI dan koordinasi lintas program terkait sesuai dengan prosedur dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Mengevaluasi hasil kegiatan Immunisasi secara keseluruhan.

3. Membuat catatan dan laporan kegiatan dibidang tugasnya sebagai bahan informasi dan pertanggungjawaban kepada atasan.


(1)

155

Tabel 4.10. Hasil Pengujian dengan Metode Black Box

No. Modul Prasyarat Hasil yang diharapkan

Hasil Testing

1 Saran

Login sebagai Administrator.

Melakukan edit dan hapus pada Halaman Saran

Ok

2 Galeri

Login sebagai Administrator.

Melakukan edit pada halaman Galeri

Ok

3 Artikel

Login sebagai Administrator.

Mengupload Artikel baru pada halaman Artikel

Ok

4 Update DBD

Login sebagai Administrator.

Mengedit atribut kasus DBD pada halaman Update DBD

Ok

4.6 Pemeliharaan Sistem

Proses dari SDLC yang terakhir merupakan proses maintenance yaitu perawatan dalam sistem. Proses perawatan meliputi pengupdatean data, pengelolaan database dan perawatan komponen hardware. Proses ini dapat dilakukan jika dalam proses implementasi sistem user (Administrator) dapat mengoperasikan sistem dengan baik.


(2)

BAB V

PENUTUP

5.1Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Dengan di terapkannya Sistem Spasial Surveilans Demam Berdarah berbasis web ini akan lebih memudahkan pendistribusian data surveilans demam berdarah di kecamatan Pamulang kepada pihak-pihak terkait seperti masyarakat, Dinas Kesehatan dan rumah sakit, dapat di dilihat pada gambar 4.24.

2. Dengan sistem berbasis spasial ini informasi yang dihasilkan lebih cepat dan lengkapi oleh peta berbasis vektor dan dapat di update saat terjadi kasus DB, dapat di lihat pada gambar 4.52 .

3. Penggunaan Sistem Spasial Surveilans Demam Berdarah ini membantu Dinas Kesehatan Tangerang Selatan dalam pengambilan keputusan-keputusan apakah terjadi KLB (kejadian luar biasa) atau tidak. Sehingga pelayanan terhadap masyarakat dapat semakin membaik.

4. Dengan curah hujan yang sama di Kecamatan Pamulang dan semakin tinggi kepadataan penduduk dalam suatu kelurahan maka semakin tinggi pula kasus DBD pada kelurahan tersebut.


(3)

5.2Saran

Diharapkan adanya hubungan yang terintegrasi dengan bagian surveilans penyakit lainya seperti: filaria, malaria, ispa dan lain-lain, sehingga menciptakan suatu aplikasi yang utuh, karena aplikasi ini hanya mengolah data pada bagian P2PL surveilans demam berdarah saja.


(4)

159

DAFTAR PUSTAKA

Dinas kesehatan tangerang selatan. 2008. Buku panduan surveilans . tangerang selatan, 2008

Puskesmas Pamulang. 2008. Laporan surveilans demam berdarah dengue Puskesmas Pamulang. Pamulang, 2008.

Charter Denny. 2004. Desain dan Aplikasi Geographics Information System. Jakarta : Elex Media Komputindo

Charter Denny, 2004. MapInfo Professional. Bandung : Informatika Bandung

Hartono Jogiyanto. 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta : Andi Offset

McLeod, Raymond. Management Information Systems. 8th Edition. 2001. Prentice Hall International.

Prahasta, Eddy. 2002. Sistem Informasi Geografis: Konsep-Konsep Dasar Informasi Goegrafis. Bandung: Informatika Bandung.

Prahasta, Eddy. 2002. Sistem Informasi Geografis: Tutorial ArcView, Bandung: Informatika Bandung.

Prahasta, Eddy. 2004. Sistem Informasi Geografis: Tools dan Plug-Ins, Bandung: Informatika Bandung.

Whitten, Jeffrey L. and Lonnie D. Bentley, Kevin C. Dittman. 2004. Metode Desain & Analisis Sistem. Edisi keenam. Mc Graw Hill Education. Yogyakarta: Andi.


(5)

160

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1996. Buku ajar Ilmu Penyakit Menular. Jilid II Edisi I. Depok: Persatuan Ahli Penyakit Menular Indonesia.


(6)

161

DAFTAR PUSTAKA PENDUKUNG

http://www. geografiana.com/makalah/konsep-dasar-gis (9/12/08 : 12.00-12.30)

http://www.dinkeskabtangerang.go.id/index.php?option=com_content&view=arti cle&id=14&Itemid=27

(06/05/09 : 10.00-11.36 wib)

http://www.surveilans.org/about_us.php?tpl=id (27/01/09 : 11.00-11.34 wib)

http://hdn.zamrudtechnology.com/category/e-health/ (06/05/09 : 10.00-11.36 wib)

http://prabu.wordpress.com/2006/02/19/data-dan-informasi-2 (28/01/09 : 10.00-11.36 wib)