BAB I PENDAHULUAN
Penelitian ini membahas mengenai corporate governance dan pengaruhnya terhadap kinerja keuangan perusahaan. Pada Bab I berikut ini akan dijelaskan mengenai
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika pembahasan.
A. Latar Belakang Masalah
Perusahaan merupakan suatu unit kegiatan produksi yang bertugas mengelola sumber-sumber ekonomik untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan
tujuan untuk memperoleh keuntungan dan dapat memuaskan kebutuhan masyarakat www.wikipedia.org. Perusahaan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal ini berkaitan dengan kontribusi perusahaan dalam penyediaan lapangan kerja, penyerapan dan penciptaan sumber daya ekonomi, serta
pemasukan pajak kepada negara. Perkembangan perusahaan sangat tergantung pada ketersediaan modal yang salah satu sumbernya diperoleh dari investor, untuk itu
perusahaan harus berupaya bagaimana investor tertarik untuk melakukan investasi. Kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh perusahaan dalam
periode tertentu dengan mengacu pada standar. Hasil dari kinerja tersebut harus dapat diukur dan menggambarkan kondisi empirik perusahaan tersebut Hawkins, 1979.
Perusahaan yang mempunyai kinerja yang bagus akan terjamin kelangsungan hidupnya karena akan mendapat kepercayaan dari publik, sehingga publik akan merasa nyaman untuk
berinvestasi di perusahaan tersebut. Untuk mengetahui bagaimana kinerja yang dicapai oleh suatu perusahaan perlu dilakukan penilain kinerja Lingle dan Schiemann, 1996.
Ada berbagai metode penilaian kinerja yang digunakan selama ini, yaitu penilaian kinerja perusahaan dengan ukuran keuangan dan non keuangan. Sesuai dengan tujuan
perusahaan yaitu mencari laba, maka hampir semua perusahaan mengukur kinerjanya dengan ukuran keuangan. Pengukuran dengan aspek keuangan lebih sering digunakan
karena ada standar pembanding yang potensial, baik berupa laporan keuangan dimasa lalu atau dengan laporan keuangan perusahaan lain yang sejenis Hansen dan Mowen, 1997.
Dengan menggunakan ukuran keuangan dapat diketahui hasil tindakan dimasa lalu. Ukuran keuangan tersebut biasanya dilengkapi juga dengan ukuran non keuangan seperti kepuasan
customer, produktivitas dan cost effectiveness proses bisnis yang akan menentukan kinerja keuangan masa yang akan datang.
Kinerja keuangan merefleksikan kinerja fundamental perusahaan. Kinerja keuangan diukur dengan data fundamental perusahaan, yaitu data yang berasal dari laporan keuangan.
Dalam hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering dijadikan dasar penilaian kinerja perusahaan karena dengan melihat laporan keuangan dapat diukur keberhasilan
operasi perusahaan untuk suatu periode tertentu yaitu dengan melihat laporan laba ruginya Ujiyantho dan Pramuka, 2007. Namun, seringkali angka laba yang dihasilkan dalam
laporan laba rugi dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan, sehingga laba yang tinggi belum tentu mencerminkan kas yang besar Theresia, 2005. Dalam hal seperti ini,
penggunaan arus kas mempunyai nilai lebih untuk menjamin kinerja perusahaan di masa datang karena arus kas cash flow menunjukkan hasil operasi yang dananya telah diterima
tunai oleh perusahaan serta dibebani dengan beban yang bersifat tunai dan benar-benar sudah dikeluarkan oleh perusahaan Pradono dan Cristiawan, 2004.
Penelitian ini menggunakan CFROA Cash flow return assets sebagai alat pengukur kinerja keuangan perusahaan. CFROA dihitung dari laba sebelum bunga dan
pajak ditambah depresiasi dibagi dengan total aktiva. Salah satu alasan menggunakan
CFROA sebagai alat pengukur kinerja karena CFROA lebih memfokuskan pada pengukuran kinerja keuangan perusahaan saat ini dan tidak terikat dengan harga saham
Cornett, Marcuss, Saunders dan Tehranian, 2006. Jadi laba yang ditampilkan menggambarkan laba yang sebenarnya, atau laba yang benar-benar dihasilkan oleh
perusahaan pada satu periode. Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan adalah
corporate governance. Sejak krisis yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 isu mengenai corporate governance telah menjadi salah satu bahasan penting yang menarik
Swasembada, 2005. Corporate Governance merupakan serangkaian mekanisme yang dapat melindungi pihak-pihak minoritas outside investorminority shareholder dari
ekspropiarsi yang dilakukan oleh para manajer dan pemegang saham pengendali insider dengan penekanan pada mekanisme legal Shleiver dan Vishny, 1997. Corporate
governance digunakan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja dan merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, jika hubungan
antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan stakeholder lainnya dapat terjalin dengan baik maka kinerja keuangan perusahaan akan tercapai
Darmawati, Khomsiyah, Rahayu, 2004. Sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk menguji keterkaitan antara
mekanisme corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan, yaitu Menon dan Wiliams 1994; Dalton, Johnson dan Ellstrand 1999; Klapper dan Love 2002;
Darmawati, Khomsiyah dan Rahayu 2004; Dwivedi dan Jain 2005; Chau dan Leung, 2006.
Proporsi dewan komisaris independen terhadap jumlah seluruh anggota dewan komisaris merupakan variabel yang sering digunakan untuk menguji pengaruh corporate
governance terhadap kinerja keuangan perusahaan. Black, Jang dan Kim 2003
menemukan bahwa proporsi dewan komisaris independen mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Fungsi dari dewan komisaris independen adalah mengawasi
kebijakan dan kegiatan yang dilakukan direksi dan memberikan nasihat kepada manajemen KNKG, 2004. Kinerja dan tugas dewan komisaris untuk mengawasi jalannya perusahaan
akan efektif bila masing-masing anggota dewan aktif hadir dalam pertemuan dewan komisaris corporate governance guidelines, 2007. Pertemuan dewan komisaris ini
dilakukan baik secara internal maupun eksternal sesuai dengan kebutuhan dan tujuannya. Indonesia memiliki keberagaman etnis, salah satunya adalah etnis Tionghoa sebagai
minoritas di Indonesia memberikan pengaruh dalam dunia bisnis Kusumastuti, Supatmi, dan Sastra, 2007. Sebelum era reformasi, etnis ini sering memperoleh perlakuan
diskriminasi dalam masyarakat Indonesia. Namun sekarang keberadaan etnis ini telah diakui memberikan kontribusi besar dalam memajukan perekonomian bangsa. Etnis
Tionghoa dinilai memiliki etos kerja tinggi, memiliki filosofi bisnis yang menjadi ciri khasnya, yaitu hemat dan disiplin bila dibandingkan dengan orang pribumi sendiri
Sugiyono, 2007. Dengan karakteristik ini dianggap perbedaan etnis di Indonesia memiliki pengaruh terhadap dunia perekonomian terutama sektor bisnis.
Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh anggota dewan berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki Robert, 1992. Meskipun bukan menjadi suatu keharusan bagi
seseorang yang akan masuk dunia bisnis untuk berpendidikan bisnis, akan lebih baik jika anggota dewan memiliki latar belakang pendidikan bisnis dan ekonomi, karena dengan
memiliki pengetahuan bisnis dan ekonomi, setidaknya anggota dewan memiliki kemampuan lebih baik untuk mengelola bisnis dan mengambil keputusan bisnis daripada
tidak memiliki pengetahuan bisnis dan ekonomi Kusumastuti, Supatmi dan Sastra, 2007. Komite audit sering ditunjukkan sebagai sebuah kesuksesan corporate governance,
karena keberadaan komite audit dalam suatu perusahaan berfungsi untuk meningkatkan
pengendalian dalam perusahaan Forker, 1992. Komite audit merupakan suatu variabel yang dapat digunakan untuk memonitor kinerja keuangan perusahaan dan mempengaruhi
keputusan manajer Menon dan Wiliams, 1994. Komite audit mempunyai tugas memberikan pendapat profesional yang independen kepada dewan komisaris terhadap
laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh direksi Herwidayatmo, 2000. Dalam menjalankan tugasnya, komite audit minimal mengadakan pertemuan 4 kali
dalam satu tahun corporate governance guidelines, 2007. Semakin tinggi proporsi outsider maka pertemuan audit committee akan semakin sering, dimana hubungan antara
komposisi dewan dan frekuensi pertemuan akan merefleksikan monitoring audit committee, jadi apabila audit comitte semakin sering melakukan pertemuan maka akan meningkatkan
kinerja perusahaan Menon dan Wliams, 1994. Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian salah satunya yang dilakukan oleh
Klaper dan Love 2000 perbedaannya adalah proksi variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan CFROA seperti dalam penelitian Cornet dkk
2006, sedangkan penelitian Klaper dan Love menggunakan proksi ROA untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Perbedaan yang lain aspek corporate governance yang
digunakan dalam penelitian ini ditambah dengan variabel dewan komisaris dan komite audit sebagai pelaksana fungsi pengawasan dalam perusahaan.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul
”Pengaruh Corporate Governance, Etnis , dan Latar Belakang Pendidikan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan: Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia”.
B. Perumusan Masalah