commit to user
c. Manfaat Penerapan P4K adalah :
Peneliti melakukan wawancara 10 Oktober 2010 pukul 9.30 WIB kepada bidan T, kader Ny E dan tokoh masyarakat bapak M, dan dilakukan observasi
dilapangan pukul 11.00 WIB, bahwa manfaat penerapan P4K diperoleh jawaban hampir sama yaitu meningkatnya cakupan ibu hamil dengan K1 dan K4,
meningkatnya cakupan ibu bersalin di tenaga kesehatan, tertanganinya kejadian komplikasi secara dini, meningkatkan peserta KB pasca persalinan, terpantaunya
kejadian kesakitan dan kematian ibu, menurunnkan kejadian kesakitan dan kematian ibu, meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap masalah kesehatan
yang ada dilingkungannya dibuktikan banyaknya pencatatan dan pelaporan yang dilaksanakan oleh kader P4K.
Sumber: Dokumen P4K, wawancara kader P4K dan observasi dilapangan.
d. Sasaran Penerapan P4K adalah :
1 Kepala Puskesmas. 2 Bidan wilayah.
3 Kader P4K 4 Forum peduli KIA Forum P4K atau posyandu dan lain sebagainya
Sumber : wawancara pada kader P4K. 65
commit to user
e. Kegiatan Penerapan P4K meliputi :
1 Pendataan ibu hamil dengan Stiker Setelah melihat dokumen dari pencatatan pelaporan kegiatan P4K
peneliti melakukan wawancara dengan kader Ny N dan Ny E pada tanggal 16 Oktober 2010 pukul 08.30 WIB, kemudian observasi dilapangan pukul
9.30 WIB, bahwa semua ibu hamil didata oleh kader P4K dengan cara : Dalam kegiatan di kelurahan Ketami, kelurahan Tempurejo, kelurahan
Ngletih, kelurahan Bawang di masing – masing kelompok RW terdapat 5 kader P4K, dari 5 kader ini salah satunya sebagai ketua atau koordinator
tetapi dilapangan mempunyai tugas yang sama yaitu mendata dan memantau kesehatan ibu hamil di wilayah kelompok RW masing – masng.
Pertama-tama kader P4K mempunyai kesepakatan dengan pembagian tugas, yaitu semua kader mendata ibu hamil dengan kunjungan rumah
kerumah kemudian setelah ibu hamil terdata dan dengan motivasi maksud dan tujuan dari pendataan dilakukan kesepakatan pemasangan stiker didepan
rumahnya dan ditempelkan didepan cendela atau didepan pintu. Setelah tercatat dan telah dilakukan pemasangan stiker menyambut persalinan aman
sebagai bukti adalah pernyataan rencana persalinan. Selain itu ditandai juga dengan bendera sesuai dengan faktor resiko.
Bendera warna merah untuk ibu hamil beresiko tinggi dan bendera warna hijau untuk ibu hamil beresiko rendah, kemudian dipetakan menurut lokasi
ibu hamil sehingga jika terjadi komplikasi kebidanan, petugas bisa langsung 66
commit to user mendeteksi dan memantau perkembangan kesehatan ibu hamil sampai
dengan 42 hari pasca persalinan. Salah satu contoh, yaitu ada buku pendataan ibu hamil yang isinya
nama ibu, nama suami, umur, pekerjaan, hamil anak ke berapa, riwayat kehamilan pernah abortus atau lahir premature, menstruasi terakhir,
perkiraan persalinan, golongan darah, rencana persalinan dimana, periksa di bidan atau dokter, dapat buku KIA atau tidak, sudah dipasang stiker, donor
darah siapa, transportasi, melahirkan dimana, tanggal berapa, ditolong bidan atau dokter, lahir secara nolmal atau tindakan, rencana KB apa, keterangan
bisa diisi ibu atau bayi meninggal dan lain – lain. Sumber : Pencatatan dan Pelaporan P4K, wawancara pada kader P4K dan
observasi dilapangan.
2 Tabulin Tabungan Ibu bersalin dan Dasolin Dana Sosial Ibu Bersalin.
Setelah peneliti melihat dokumen P4K di masing – masing kelurahan pada kegiatan penggalangan Tabulin dan Dasolin pada tanggal 16 Oktober
2010 pukul 9.00 WIB sudah tercatat, bisa dilihat hampir semua ibu hamil menabung. Cara dan jumlah tabungan sangat variatif, atas saran dan
motivasi dari kader untuk mencegah jangan sampai terjadi gangguan psikologis pada waktu proses persalinan maka biaya dan lain – lain untuk
kebutuhan pada waktu persalinan harus sudah dipersiapkan. Tabungan ibu bersalin Tabulin dilakukan oleh ibu hamil sendiri,
dikelurahan Ketami ada yang setiap bulan menabung Rp 5000,00; ada yang 67
commit to user Rp 10.000,00; ada yang Rp 25.000,00; dikelurahan Tempurejo setiap bulan
ada yang menabung Rp 5000,00; ada yang Rp 10.000,00; ada yang Rp 15.000,00 dan ada yang Rp 50.000,00; dikelurahan Ngletih setiap bulan ada
yang menabung Rp 5000,00; ada yang Rp 10.000,00; ada yang Rp 20.000,00 dan dikelurahan Bawang ada yang Rp 5000,00; ada yang Rp
15.000,00; ada yang 13.000,00 dan ada Rp 20.000,00. Disamping itu, ada juga yang menabung dirumah baik berupa barang
maupun uang yang penting disiapkan sesuai biaya persalinan normal kurang lebih Rp 700.000,00 tetapi bagi ibu hamil yang mampu tidak masalah
karena dana sudah tersedia dan ditabung di bank. Bagi ibu hamil yang kurang mampu untuk menabung disesuaikan dengan kemampuan baik
dirumah maupun di kader P4K dan apabila sudah melahirkan, uang tabungan tersebut diberikan semua pada ibu penabung tanpa dikurangi.
Untuk memenuhi kebutuhan operasional P4K juga untuk membantu ibu bersalin yang kurang mampu kader P4K di setiap kelurahan juga mencari
dana lagi yaitu dari uang jimpitan yang dipeoleh pada waktu ada kegiatan posyandu dan pada waktu ada pertemuan PKK dan pertemuan kader
kesehatan. Selain itu, kader juga mencari dana donator dari masyarakat setempat
yang dianggap mampu dan mau menyumbangkan uang atau barang dengan sukarela dan ikhlas guna membantu biaya persalinan bagi ibu hamil yang
kurang mampu dengan sebutan dana sosial ibu bersalin Dasolin, tetapi kader tidak dapat menemukan donator tetap untuk menambah dana Dasolin.
commit to user Dengan terkumpulnya dana dasolin dari jimpitan masyarakat sampai
sekarang, bagi keluarga ibu hamil yang kurang mampu bila bersalin berhak mendapatkan bantuan dari dana dasolin sesuai dengan plafon yang sudah
disepakati dari kelompok kader P4K di masing – masing kelurahan. Untuk kelurahan Ketami terkumpul dana dasolin sampai dengan bulan Oktober
2010 sebesar Rp 510.000,00 dan besaran plafon perorang Rp 20.000,00; kelurahan Tempurejo sampai bulan Oktober terkumpul Rp 425.000,00 dan
plafon perorang Rp 25.000,00; kelurahan Bawang sampai bulan Oktober 2010 terkumpul Rp 321.000,00 dan plafon perorang sebesar Rp 10.000,00;
kelurahan Ngletih sampai bulan Oktober 2010 terkumpul Rp 483.000,00 dan plafon perorang sebesar Rp 15.000,00. Untuk biaya persalinan bagi
yang mampu tidak ada kendala tetapi bagi ibu bersalin yang tidak mampu juga dapat bantuan dari pemerintah melalui Jamkesmas atau Jamkesda.
Sumber: Data pencatatan pelaporan P4K kelurahan, wawancara kader dan observasi dilapangan.
3 Calon Donor Darah Selain melihat data dari pencatatan dan pelaporan, peneliti juga
melakukan wawancara dengan kader P4K dan tokoh masyarakat yang menjadi calon donor darah pada tanggal 16 Oktober 2010, pukul 9.30 WIB.
Setiap ibu hamil direncanakan mendapat dua calon donor darah, golongan darah harus sama dengan golongan darah ibu hamil, kenyataan setelah
dilakukan observasi dilapangan jam 10.15 WIB, yang menjadi calon donor darah adalah dari keluarga ibu hamil itu sendiri. Di masing – masing
commit to user kelurahan, kader P4K melakukan pendataan, setelah didata siapa saja yang
mau menjadi calon donor darah kemudian dilakukan pemeriksaan golongan darah dari tim kesehatan puskesmas biaya gratis dan sebagai
penanggungjawab adalah bidan wilayah masing – masing kelurahan dan setiap calon donor darah menandatangani surat pernyataan bahwa sanggup
menjadi pendonor darah apabila sewaktu waktu dibutuhkan. Dari pemeriksaan itulah bisa diketahui bahwa sebagai calon donor
darah kebanyakan dari keluarga ibu hamil sendiri. Selain keluarga juga ada pendonor tetap yaitu setiap 3 bulan sekali ke PMI dari kelurahan Ketami 11
orang, kelurahan tempurejo 12 orang, kelurahan Ngletih 7 orang, kelurahan Bawang 18 orang. Selama tahun 2010 sampai dengan bulan oktober
diwilayah kerja puskesmas Ngletih terdapat 33 kasus komplikasi kebidanan salah satunya adalah kasus perdarahan dari kelurahan Bawang, karena
keadaan tersebut membutuhkan waktu cepat dan adekuat dalam penanganan sehingga kebutuhan darah selama ini dipenuhi dari Palang
Merah Indonesia PMI Kota Kediri. Jadi, untuk calon donor di wilayah puskesmas Ngletih belum berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
program P4K, oleh karena itu untuk ibu hamil yang mampu bisa langsung membeli tetapi bagi ibu hamil yang tidak mampu gratis karena diganti oleh
pemerintah melalui kartu Jamkesmas atau Jamkesda untuk pemenuan kebutuhan darah bagi ibu hamil yang membutuhkan tranfusi darah. Dan
hasil wawancara dengan kepala Puskesmas tanggal 11 Nopember kelihatannya di Rumah Sakitpun di Kota Kediri baru bulan Nopember 2010
commit to user ada Mou dengan Palang Merah Indonesia tentang Bank darah di setiap
Rumah Sakit. Sumber: Data pencatatan pelaporan P4K kelurahan, wawancara kader,
kepala Puskesmas dan observasi dilapangan. 4 Ambulan Desa atau Transportasi
Sementara melihat dari data atau dokumen P4K, peneliti juga melakukan wawancara dengan kader P4K pada tanggal 16 oktober 2010
pukul 9.30 WIB, dan dilakukan obsevasi dilapangan pukul 16.00 WIB, dengan ibu hamil Ny F dan calon transportasi bapak H, setiap ibu hamil
diwilayah kerja puskesmas Ngletih dipersiapkan dua calon transportasi, yang pertama adalah suami yang kedua adalah saudara atau keluarga. Selain
itu di masing – masing kelurahan juga ada Ambulan desa yang mana semua warga yang punya mobil didata kemudian dengan kesepakatan
menandatangani surat pernyataan untuk bersedia mengantar sewaktu waktu ibu mau melahirkan atau terjadi kegawadaruratan.
Jumlah ambulan desa mobil di kelurahan Ketami 3 buah, kelurahan Tempurejo 2 buah, kelurahan Bawang 4 buah dan kelurahan Ngletih 5 buah.
Sampai bulan Oktober 2010 dengan jumlah ibu melahirkan untuk kelurahan Ketami 50 orang, kelurahan Tempurejo 59 orang, kelurahan Ngletih 25
orang dan kelurahan Bawang 78 orang. Dalam proses transportasi untuk mengantar ibu mau melahirkan ketempat pelayanan kesehatan selain
diantar oleh suami atau keluarga juga dapat menggunakan fasilitas ambulan 71
commit to user desa yang sudah dipersiapkan, semua itu dapat teratasi dengan lancar tidak
ada kendala. Sebagai contoh di kelurahan Bawang pada bulan Juni 2010 setelah
dilakukan crosscheck dilapangan atas nama Ny E, umur 34 tahun ibu hamil anak ketiga dengan usia kehamilan 9 bulan mengalami komplikasi
kebidanan karena kasus perdarahan dan tidak mungkin diantar suami memakai sepeda motor maka segera menghubungi ambulan desa untuk
mengantar agar secepatnya mendapat pertolongan di Rumah Sakit Gambiran Kediri. Di Kelurahan Ketami, Tempurejo, dan Ngletih Ambulan
desa belum pernah dipakai, karena selain dekat puskesmas juga bukan merupakan kasus kegawadaruratan obstetri yang membutuhkan pertolongan
cepat misalnya ketuban pecah dini, pre eklamsi, serotinus, cepalo pelvic disproportion CPD, kehamilan premature, abortus, post seksio.
Sumber: Dokumen P4K, wawancara dan observasi dilapangan .
2. Keberhasilan yang dicapai dan Faktor-faktor yang mempengaruhi Penerapan P4K.