commit to user desa yang sudah dipersiapkan, semua itu dapat teratasi dengan lancar tidak
ada kendala. Sebagai contoh di kelurahan Bawang pada bulan Juni 2010 setelah
dilakukan crosscheck dilapangan atas nama Ny E, umur 34 tahun ibu hamil anak ketiga dengan usia kehamilan 9 bulan mengalami komplikasi
kebidanan karena kasus perdarahan dan tidak mungkin diantar suami memakai sepeda motor maka segera menghubungi ambulan desa untuk
mengantar agar secepatnya mendapat pertolongan di Rumah Sakit Gambiran Kediri. Di Kelurahan Ketami, Tempurejo, dan Ngletih Ambulan
desa belum pernah dipakai, karena selain dekat puskesmas juga bukan merupakan kasus kegawadaruratan obstetri yang membutuhkan pertolongan
cepat misalnya ketuban pecah dini, pre eklamsi, serotinus, cepalo pelvic disproportion CPD, kehamilan premature, abortus, post seksio.
Sumber: Dokumen P4K, wawancara dan observasi dilapangan .
2. Keberhasilan yang dicapai dan Faktor-faktor yang mempengaruhi Penerapan P4K.
a. Keberhasilan Penerapan P4K
1 Pendataan, Penandaan dan Pemetaan ibu hamil
Dilihat dari data laporan P4K dan peneliti juga melakukan wawancara dan sekaligus observasi kelapangan pada tanggal 10 Oktober pukul 10.00
WIB, bahwa semua ibu hamil sudah tercatat dan dipasang stiker P4K didepan rumahnya, terbukti dengan jumlah kesenjangan antara target
commit to user dengan cakupan yang rendah. Untuk tenaga kader P4K dilapangan telah
memenuhi kebutuhan, yaitu satu kelompok RW 5 kader P4K dan salah satunya menjadi ketua atau koordinator. Setiap bulan melaksanakan
pendataan, penandaan dan pemetaan dan dilaporkan ke bidan wilayah. Pencatatan dan pelaporan yang ada begitu lengkap dan terinci dengan
hasil cakupan yaitu di Kelurahan Ketami sampai dengan Oktober 2010 tercapai 86,21 50 ibu hamil dari 58 target ibu hamil, kelurahan
tempurejo melampaui target sebesar 11,86 66 ibu hamil dari 59 target ibu hamil, Kelurahan Ngletih pencapaian ibu hamil sebesar 83,33 25 ibu
hamil dari 30 target ibu hamil dan untuk Kelurangan Bawang pencapaian ibu hamil melebihi target sebesar 4 78 ibu hamil dari 75 target ibu
hamil.
Ditinjau dari sumber daya yang ada, baik tenaga kesehatan Bidan maupun tenaga kader P4K yang ada di lapangan cukup terpenuhi. Secara
ideal satu kelurahan satu bidan, namun pada kelurahan wilayah kerja Puskesmas Ngletih rata-rata 3 orang Bidan. Untuk tenaga kader P4K
dilapangan telah memenuhi kebutuhan. Sumber : Dokumen P4K kelurahan dan wawancara.
2. Tabulin Tabungan ibu bersalin dan Dasolin Dana Sosial ibu bersalin. Keberhasilan dari kegiatan tabulin dan dasolin peneliti melihat
dokumen P4k dari empat kelurahan pada tanggal 16 Oktober 2010 pukul 10.00 WIB dan melakukan observasi dilapangan pukul 11.00 WIB bahwa
commit to user kegiatan berjalan baik dan lancar. Hal ini ditunjukkan dengan terpenuhinya
pembiayaan persalinan, baik secara pribadi maupun dengan memakai fasilitas bantuan Pemerintah berupa Jamkesmas atau Jamkesda. Tabungan
ibu bersalin Tabulin dilakukan oleh ibu hamil sendiri, dikelurahan Ketami ada ibu hamil yang setiap bulan menabung Rp 5000,00 ada yang Rp
10.000,00 ada yang Rp 25.000,00; dikelurahan Tempurejo setiap bulan ada yang menabung Rp 5000,00 ada yang Rp 10.000,00 ada yang Rp 15.000,00
dan ada yang Rp 50.000,00; di kelurahan Ngletih setiap bulan ada yang menabung Rp 5000,00 ada yang Rp 10.000,00 ada yang Rp 20.000,00 dan
dikelurahan Bawang ada yang Rp 5000,00 ada yang Rp 15.000,00 ada yang 13.000,00 dan ada yang Rp 20.000,00.
Bahkan bagi keluarga ibu bersalin yang kurang mampu juga mendapat bantuan atau santunan dari dana Dasolin sesuai dengan kemampuan yaitu
kelurahan Ketami terkumpul dana Dasolin sampai dengan bulan Oktober 2010 sebesar Rp 510.000,00 dan besaran plafon perorang Rp 20.000,00;
kelurahan Tempurejo sampai bulan Oktober terkumpul Rp 425.000,00 dan plafon perorang Rp 25.000,00; kelurahan Bawang sampai bulan Oktober
2010 terkumpul Rp 321.000,00 dan plafon perorang sebesar Rp 10.000,00; kelurahan Ngletih sampai bulan Oktober 2010 terkumpul Rp 483.000,00
dan plafon perorang sebesar Rp 15.000,00. Dana dasolin sudah dipergunakan untuk memberikan santunan pada ibu bersalin yang kurang
mampu di kelurahan Ketami sebanyak 8 orang, kelurahan Tempurejo 74
commit to user sebanyak 7 orang, kelurahan Ngletih sebanyak 11 orang, kelurahan Bawang
sebanyak 16 orang. Sumber : Dokumen P4K kelurahan dan wawancara . 3
Calon Donor Darah. Dari hasil penelitihan dilihat dari dokumen P4K dan wawancara pada
kader P4K tanggal 16 Oktober 2010 pukul 10.00 WIB, empat kelurahan untuk kegiatan penggalangan calon donor darah sampai dengan Oktober
2010 belum berjalan sesuai dengan harapan dari kegiatan P4K meskipun telah tercatat sesuai kebutuhan, yaitu satu orang ibu hamil dengan dua orang
calon donor darah, tetapi belum ada ibu bersalin yang membutuhkan tranfusi darah diambil dari calon donor darah yang sudah dipersiapkan
semua dipenuhi oleh palang merah Indonesia PMI dan sampai dengan bulan Oktober 2010 semua kasus komplikasi dapat tertangani dan tidak
terjadi kematian. Setelah dilakukan observasi dilapangan tanggal 16 Oktober 2010
pukul 10.30 WIB, bahwa sebagai calon donor darah kebanyakan dari keluarga ibu hamil sendiri. Selain keluarga juga ada pendonor tetap yaitu
setiap 3 bulan sekali ke PMI dari kelurahan Ketami 11 orang, kelurahan tempurejo 12 orang, kelurahan Ngletih 7 orang, kelurahan Bawang 18
orang. Selama tahun 2010 sampai dengan bulan Oktober diwilayah kerja puskesmas Ngletih terdapat 33 kasus komplikasi kebidanan salah satunya
adalah ada seorang ibu hamil dengan kasus perdarahan dengan diagnose plasenta previa dari kelurahan Bawang yang terjadi pada bulan Juni 2010,
karena keadaan tersebut membutuhkan waktu cepat dan adekuat dalam 75
commit to user penanganan sehingga kebutuhan darah selama ini dipenuhi dari Palang
Merah Indonesia PMI. Dan hasil wawancara dengan kepala Puskesmas tanggal 11 Nopember kelihatannya di Rumah Sakitpun di Kota Kediri baru
bulan Nopember 2010 ada Mou dengan Palang Merah Indonesia tentang Bank darah di setiap Rumah Sakit. Alhamdulillah dengan keadaan ibu dan
anak dibisa tertangani dan sehat sampai sekarang. Sumber : Dokumen P4K kelurahan dan wawancara dengan kader dan
Kepala Puskesmas. 4
Ambulan Desa atau Transportasi. Sedangkan untuk penggalangan transportasi atau ambulan desa
setelah peneliti melihat dokumen P4K pada tanggal 16 Oktober 2010 pukul 10.00 WIB sudah berjalan dengan baik. Terbukti dari jumlah transportasi
atau ambulan desa di kelurahan Ketami 103 buah, kelurahan Tempurejo 134 buah, kelurahan Bawang 55 buah dan kelurahan Ngletih 159 buah. Sampai
bulan oktober 2010 dengan jumlah ibu melahirkan untuk kelurahan Ketami 50 orang, kelurahan Tempurejo 59 orang, kelurahan Ngletih 25 orang dan
kelurahan Bawang 78 orang. Kemudian dilakukan observasi dilapangan pukul 16.30 WIB, diwilayah kerja Puskesmas Ngletih kebanyakan
kebutuhan transportasi ibu bersalin terpenuhi oleh suami atau keluarga. Sedangkan ambulan desa digunakan untuk kebutuhan transportasi
mendadak yang membutuhkan posisi tidur dan penanganan cepat seperti kasus yang terjadi di kelurahan Bawang.
commit to user Seorang ibu hamil mengalami perdarahan dan harus mendapatkan
penanganan serius di Rumah Sakit terdekat, dengan adanya ambulan desa yang tersedia, maka transportasi ambulan desa tersebut dapat mengantar
ibu hamil untuk secepatnya mendapatkan pertolongan pada tempat pelayanan kesehatan yang cepat dan adekuat. Semua itu dilakukan oleh
pemilik ambulan desa dengan ikhlas tanpa pengganti uang transportasi. Dengan uraian diatas dan data yang ada terlihat bahwa dengan adanya
program P4K dapat mencegah keterlambatan dalam rujukan sekaligus dapat mengurangi resiko kematian pada ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas. Dan
di wilayah Puskesmas Ngletih, sampai dengan Oktober 2010 tidak ada kematian ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas 0.
Sumber: Dokumen P4K kelurahan dan wawancara
b. Faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan P4K adalah :
1 Faktor Internal
a Dari hasil wawancara dan observasi di lapangan terlaksana pertemuan kader P4K yang dilaksanakan setiap bulan sesuai dengan jadwal yang sudah
ditentukan, tempat di balai kelurahan masing – masing bersama bidan wilayah yang selalu memberikan pembinaan baik administrasi P4K maupun
memberikan materi – materi yang di anggap penting diketahui oleh kader khususnya dalam kegiatan P4K yaitu cara menyekor faktor resiko pada ibu
hamil dan lain – lain yang mengacu pada buku KIA. Contoh cara menyekor memakai kartu skor Poedji Rochjati adalah : ibu hamil datang anak kedua
commit to user yang hamil pertama abortus pada usia kehamilan 3 bulan, hamil ini usia
kehamilan 6 bulan keadaan ibu dan bayi sehat. Dengan keadaan ibu hamil seperi ini kader hanya boleh atau bisa menilai faktor resiko dengan memakai
kartu skor Poedji Rochjati sebagai berikut :
Rencana Persalinan pada Kehamilan Sekarang
Berdasarkan SKOR POEDJI ROCHJATI
I II
III IV
KEL. F.R.
NO. Masalah Faktor Resiko
SKOR Tribulan
I II
III. 1
III. 2
Skor Awal Ibu Hamil 2
I 1
Telalu muda, hamil 16 th 4
2 Terlalu tua, hamil 35 th
4 4
4 4
4 Terlalu lambat hamil I, kawin 4tahun
4 3
Terlalu lama hamil lagi 10 th 4
4 Terlalu cepat hamil lagi 2 th
4 5
Terlalu banyak anak, 4 lebih 4
6 Terlalu tua, umur 35 th
4 7
Terlalu pendek 145 cm 4
8 Pernah gagal kehamilan
4 4
4 4
4 9
Pernah melahirkan dengan : a. Tarikan vacuum
4 b. Uri dirogah
4 c. Diberi infus Tranfusi
4 10
Pernah operasi sesar 8
II 11
Penyakit pada ibu hamil : a. Kurang darah b. Malaria
4 c. TBC Paru d. Payah Jantung
4 e. Kencing manis Diabetes
4 f. Penyakit Menular Seksual
4 12
Bengkak pada muka tungkai 4
dan tekanan darah tinggi 13
Hamil kembar 2 atau lebih 4
14 Hamil kembar air hydramnion
4 15
Kehamilan lebih bulan 4
16 Bayi mati dalam kandungan
4 17
Letak sungsang 8
18 Letak Lintang
8 III
19 Perdarahan dalam kehamilan ini
8 20
Preeklamsi berat kejang-2 8
JUMLAH SKOR 10
10 10
10 Bila SKOR 14 atau lebih dianjurkan bersalin di RSDSOG
commit to user Hanya itu yang bisa di deteksi atau dicatat oleh kader yang
selanjutnya dianjurkan segera periksa ke puskesmas atau bidan terdekat dan dilanjutkan oleh bidan sesuai hasil pemeriksaan.
Sumber: wawancara dan observasi dilapangan b Jumlah kader P4K dari masing – masing kelompok RW berjumlah 5 orang
dan salah satunya menjadi ketua atau koordinator tetapi di lapangan mempunyai tugas yang sama yaitu mendata dan memantau kesehatan ibu
hamil di wilayah masing – masing kelompok RW. Bisa dilihat dibuku absen dan wawancara pada kader P4K.
Sumber: wawancara kader dan dokumen P4K kelurahan c Sesuai hasil wawancara dan observasi dikelurahan maka diketahui peneliti
bahwa ketua pengurus P4K dari masing – masing kelurahan bersama bidan wilayah selalu mengadakan pendekatan kepada perangkat kelurahan
mengingat seringnya pergantian kepala desa, dalam 3 tahun terakhir ini terjadi 2 kali pergantian kepala kelurahan. Setiap pergantian kepala
kelurahan bidan wilayah bersama kader memberikan informasi dengan menjelaskan bahwa kegiatan bidang kesehatan yang ada dikelurahan
khususnya kegiatan P4K baserta cara pelaksanaannya. Agar semua kegiatan dalam pemberdayan masyarakat selalu mendapat dukungan dari pemerintah
kelurahan. Sumber: Dokumen P4K dan wawancara kader serta observasi lapangan
d Setelah peneliti melakukan wawancara dengan bidan dan kader, maka
diketahui bahwa kader P4K dalam melaksanakan tugas di masyarakat 79
commit to user dengan rasa sukarela dan ikhlas. Kegiatan berjalan tanpa ada imbalan karena
semua merupakan ibadah yang dapat menolong kepada sesama dan kader mendapat pahala dari Tuhan yang Maha Esa kecuali bila ada undangan
pelatihan atau pertemuan baik di Dinas Kesehatan maupun mungkin diluar kota itu memang mendapat uang saku.
Sumber: wawancara kader serta observasi lapangan. e Pencatatan dan pelaporan dilaksanakan kader P4K setiap bulan, hal itu bisa
dilihat dari buku administrasi P4K seperti buku rencana kegiatan, buku kegiatan, buku pendataan, penandaan dan pemetaan, buku Tabulin dan
Dasolin, buku penggalangan calon donor darah, buku penggalangan ambulan desa atau transportasi, buku tamu, buku absen kader, buku kas,
buku data pasien yang mendapat bantuan dari dana dasolin, buku notulen dan arsip laporan bulanan P4K masing – masing kelurahan. Setiap bulan
kader P4K melaporkan kegiatannya ke bidan wilayah. Sumber : wawancara kader serta observasi lapangan.
2 Faktor Eksternal a
Bantuan biaya persalinan dari pemerintah melalui jamkesmas dan jamkesda bagi ibu yang kurang mampu dapat dilihat dari laporan jumlah ibu bersalin
yang mendapat bantuan dari dana dasolin. Berdasarkan laporan, di kelurahan Ketami ada sebanyak 8 orang, kelurahan Tempurejo sebanyak 7
orang, kelurahan Ngletih sebanyak 11 orang, kelurahan Bawang sebanyak 16 orang.
commit to user b
Tingginya rasa kepedulian dari masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada di lingkunganya. Kader P4K dalam melaksanakan tugas
di masyarakat dengan rasa sukarela dan ikhlas. Kegiatan berjalan tanpa ada imbalan karena semua merupakan ibadah yang dapat menolong kepada
sesama dan kader mendapat pahala dari Tuhan yang Maha Esa, kecuali bila ada undangan pelatihan atau pertemuan baik di Dinas Kesehatan maupun
mungkin diluar kota itu memang mendapat uang saku. c. Adanya peran aktif dari ibu hamil, suami dan keluarga sehingga tidak
terjadi keterlambatan apabila ada komplikasi kebidanan. Sebagai contoh seperti kasus yang terjadi di kelurahan Bawang. Seorang ibu hamil
mengalami perdarahan dan harus mendapatkan penanganan serius di Rumah Sakit terdekat, dengan adanya ambulan desa yang tersedia, maka
transportasi ambulan desa tersebut dapat mengantar ibu hamil untuk secepatnya mendapatkan pertolongan pada tempat pelayanan kesehatan
yang cepat dan adequat. Sumber : wawancara kader serta observasi lapangan .
3. Kedala – Kedala dalam Penerapan P4K :