Universitas Sumatera Utara
orang 38, responden angkatan 2015 dengan kadar kolesterol mengkhawatirkan sebanyak 24 orang 33,8 sedangkan responden angkatan 2015 dengan kadar
kolesterol tinggi sebanyak 20 orang 28,2.
Tabel 5.10. Hubungan frekuensi konsumsi fast food dengan kadar kolesterol
Kategori Konsumsi
Kategori Kolesterol Total
p-value Normal
Mengkhawatirkan Tinggi
n Jarang
51 47,7
32 29,9
24 22,4 107 70,4
0,169 Sering
14 31,1
18 40,0
13 28,9 45 29,6
Berdasarkan Tabel 5.10. diperoleh bahwa ada sebanyak 51 47,7 orang dengan kategori konsumsi jarang yang memiliki kolesterol normal, 32 29,9
orang dengan
kategori konsumsi
jarang yang
memiliki kolesterol
mengkhawatirkan dan 24 22,4 orang dengan kategori konsumsi jarang yang memiliki kolesterol tinggi. Data diatas juga menunjukkan bahwa ada 14 31,1
orang dengan kategori konsumsi sering yang memiliki kolesterol normal, 18 40 orang dengan kategori konsumsi sering yang memiliki kolesterol mengkhawatirkan
dan 13 28,9 orang dengan kategori konsumsi sering yang memiliki kolesterol tinggi.
5.2. Pembahasan
Pada penelitian ini, tidak diperoleh hubungan antara konsumsi fast food dengan kadar kolesterol total dengan p-value sebesar 0,169. Dari 107 responden
yang jarang mengkonsumsi fast food, didapatkan 47,7 51 orang yang memiliki kadar kolesterol total normal, 29,9 32 orang memiliki kadar kolesterol total
mengkhawatirkan dan 22,4 24 orang memiliki kadar kolesterol total tinggi. Pada 45 responden yang sering mengkonsumsi fast food, terdapat 31,1 14
orang dengan kadar kolesterol total normal, 40 18 orang dengan kadar
Universitas Sumatera Utara
kolesterol total mengkhawatirkan dan 28,9 13 orang dengan kadar kolesterol total tinggi. Hasil yang diperoleh ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan
oleh Erwin pada mahasiswa kedokteran di Universitas Atma Jaya pada tahun 2015, dimana ditemukan ada hubungan antara konsumsi fast food dengan kadar
kolesterol total.
34
Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui konsumsi fast food pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU mayoritas tergolong jarang 70,4. Ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anugrah et al. di Makassar pada tahun 2014 yang menunjukkan hasil yang sama.
32
Beberapa penelitian yang dilakukan di luar negeri juga mendapatkan hasil yang sama seperti penelitian
Yardimci et al. di Turki pada tahun 2012 yang menyatakan frekuensi konsumsi fast food
pada mahasiswa adalah jarang 40,1.
19
Penelitian Avram et al. pada mahasiswa di Romania tahun 2013 menyatakan frekuensi konsumsi fast food pada
mahasiswa adalah jarang 41.
36
Hal ini mungkin disebabkan oleh jenis fast food yang tertera pada kuesioner adalah fast food khas luar negeri yang mungkin jarang
dikonsumsi responden, sedangkan responden kemungkinan lebih sering mengkonsumsi fast food khas Indonesia seperti mie instan, nasi padang, pempek
dan lain-lain. Hasil yang didapat juga kemungkinan disebabkan oleh pertanyaan kuesioner yang mengharuskan responden untuk mengingat kembali apa yang
dikonsumsi dalam waktu satu bulan terakhir, hal ini tentu saja akan menimbulkan bias dalam mengingat kembali frekuensi konsumsi fast food-nya, yang mana
merupakan salah satu kelemahan dalam penelitian ini. Pada penelitian ini, didapatkan jenis fast food yang paling banyak
dikonsumsi adalah gorengan 59,5. Hasil ini mirip dengan penelitian yang dilakukan oleh Nilam Anggriani di SD Shafiyyatul Amaliyah Medan pada tahun
2013 yang menyatakan jenis fast food yang paling sering dikonsumsi adalah gorengan.
33
Ini kemungkinan disebabkan banyaknya gorengan yang tersedia di dalam lingkungan kampus maupun di sekitarnya, selain itu makanan gorengan juga
sudah menjadi bagian dari budaya kuliner Indonesia sehingga sangat banyak ditemukan pada pola makan orang Indonesia, baik sebagai makanan utama maupun
makanan selingan dengan harga yang murah dan terjangkau oleh mahasiswa.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan kadar kolesterol total pada responden mayoritas adalah normal yaitu sebanyak 65 orang 42,8, diikuti kadar
kolesterol total mengkhawatirkan sebanyak 50 orang 32,9. Hasil yang sama juga dijumpai pada suatu penelitian yang dilakukan pada mahasiswa kedokteran
oleh Mega et al. di Manado pada tahun 2011, dimana dijumpai kadar kolesterol total terbanyak adalah normal, diikuti kadar kolesterol mengkhawatirkan.
6
Hasil yang didapatkan berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Erwin yang
menunjukkan kadar kolesterol total mayoritas adalah mengkhawatirkan, diikuti dengan kadar kolesterol total tinggi.
34
Dari sebuah studi yang dilakukan pada mahasiswa di Mesir, juga didapatkan hubungan signifikan antara peningkatan
prevalensi beberapa tipe dislipidemia, salah satunya adalah hiperkolesterolemia, dengan konsumsi fast food yang sering.
35
Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan lokasi penelitian. Kadar kolesterol total selain ditentukan oleh pola
makan, beberapa faktor lain juga berperan dalam menentukan kadar kolesterol total seperti aktivitas fisik yang kurang, diet tinggi kolesterol, faktor herediter dan lain
sebagainya. Dari semua responden yang terlibat dalam penelitian ini, tidak ditemukan
adanya responden dengan riwayat hipertensi maupun kebiasaan merokok. Sebuah penelitian pada perokok dan non-perokok oleh Devaranavadgi et al. pada tahun
2012, ditemukan bahwa kadar kolesterol total pada perokok lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak merokok.
38
Penelitian tentang hipertensi oleh Raksha pada tahun 2014 menunjukkan kadar kolesterol total lebih tinggi pada
orang dengan hipertensi dibandingkan non-hipertensi.
39
Beberapa obat yang digunakan dalam terapi hipertensi bisa mempengaruhi kadar kolesterol. Beberapa
contoh seperti bisoprolol, atenolol dan hydrochlorothiazide mampu meningkatkan kadar kolesterol total namun peningkatan yang terjadi hanya dalam jumlah kecil.
Prazosin dan doxazosin adalah contoh obat hipertensi yang mampu menurunkan kadar kolesterol namun penurunan yang terjadi hanya sedikit.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan