Keterbatasan Penelitian Saran Penelitian Terdahulu

solvabilitas adalah 0,004 yang mana lebih kecil dari 0,05 maka pengaruh parsial dari variabel tersebut signifikan. hal ini dikarenakan opini audit tahun sebelumnya apabila menerima opini audit going concern maka cenderung auditor akan memberikan kembali opini audit going concern pada tahun berjalan dan semakin tinggi nilai debt to total asset ratio akan membuat auditor cenderung memberikan opini audit going concern.

5.2. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan yang dihadapi peneliti yaitu hanya menggunakan 5 variabel dan tahun pengamatan hanya 3 tahun sehingga belum cukup untuk melihat bagaimana trend penerbitan audit opini audit going concern, Jumlah sampel perusahaan yang dijadikan obyek penelitian hanya berasal dari satu jenis industri saja manufaktur, sehingga tidak dapat digeneralisasi hasil temuan untuk keseluruhan perusahaan go public di BEI, dan harus menggunakan lebih banyak lagi rumus dalam profitabilitas tidak hanya menggunakan ROA.

5.3. Saran

Berdasarkan hasil analisa dari penelitian ini, peneliti menyarankan bagi peneliti berikutnya disarankan menambah variabel lain yang berkaitan erat secara teori terhadap penerimaan opini audit, serta memperluas ruang lingkup penelitian, agar hasil penelitian dapat diperluas. Peneliti memasukkan variabel tambahan seperti reputasi auditor, opinion shopping, kualitas audit memperpanjang tahun pengamatan sehingga dapat melihat kecenderungan trend penerbitan opini audit going concern dalam jangka waktu yang panjang Universitas Sumatera Utara Dikarenakan variabel opini audit tahun sebelumnya dan solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit, maka perusahaan harus lebih memprioritaskan dalam memperhatikan aspek tersebut, dikarenakan pengaruh kedua variabel tersebut yang signifikan. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Agency Theory Teori keagenan Agency Theory adalah teori yang menjelaskan mengenai konflik yang tercipta antara pihak manajemen perusahaan selaku agen dengan pemilik perusahaan selaku principal. Jensen dan Meckling 1976 hubungan agensi merupakan hubungan kontrak antara prinsipal dan agen dimana prinsipal dalam hal ini shareholder pemegang saham mendelegasikan pertanggung jawaban atas decision making atau tugas tertentu kepada agen manajer sesuai dengan kontrak kerja yang disepakati. Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mngetahui informasi dalam internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemegang saham. Oleh karena itu, manajer berkewajiban memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan yang sebenarnya melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Biaya keagenan adalah resiko yang terjadi ketika seseorang prinsipal membayar seseorang agen untuk menjalankan sebuah tugas padahal kepentingan agen bertentangan atau tidak selaras dengan kepentingan prinsipal. Contoh dari hubungan yang mengakibatkan biaya keagenan adalah hubungan antara pemegang saham yang memiliki saham public dan manajer yang Universitas Sumatera Utara menjalankan perusahaan tersebut. Pemilik tentu menghendaki manajer menjalankan perusahaan dengan kaidah-kaidah yang memungkinkan maksimalisasi nilai saham, sementara di sisi lain manajer berkepentingan membangun kerajaan bisnis melalui ekspansi secara cepat namun kecenderungan menurunkan harga saham perusahaan. Eisenhardt 1989 menyatakan tiga asumsi sifat manusia terkait teori keagenan yaitu: 1. Manusia pada umunya mementingkan diri sendiri self-interest 2. Manusia memiliki daya piker terbatas mengenai presepsi masa mendatang bounded rasionality 3. Manusia selalu menghindari resiko risk-averse Shareholder mendelegasikan pembuatan keputusan sehari-hari kepada manajer. Manajer ditugaskan dengan menggunakan dan mengawasi sumber- sumber ekonomi perusahaan. Bagaimanapun juga, berdasarkan asumsi sifat dasar manusia, manajer tidak selalu bertindak sesuai keinginan terbaik pemegang saham. Hal ini memicu terjadinya konflik keagenan sehigga diperlukan pihak ketiga yang bersifat independen sebagai mediator antara dua kepentingan. Rahman dan Siregar 2012 menyatakan bahwa auditor dipandang sebagai pihak yang independen dianggap mampu menjembatani kepentingan prinsipal dan agen dalam melakukan monitoring terhadap kinerja manajemen apakah telah bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal melalui sebuah saran yaitu laporan keuangan. Universitas Sumatera Utara Auditor bertugas memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan perusahaan, dan mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya serta mengungkapkannya pada laporan audit SPAP 2011. Laporan audit memberikan peringatan awal mengenai kondisi keuangan perusahaan bagi prinsipal Rahman dan Siregar, 2012. Data-data perusahaan akan lebih mudah dipercaya oleh investor dan pemakai laporan keuangan lainnya, apabila laporan keuangan yang mencerminkan kinerja dan kondisi perusahaan telah mendapat pernyataan wajar dari auditor Komalasari, 2004. Dengan laporan keuangan tersebut, pemakai laporan keuangan dapat mengambil keputusan yang tepat atas perusahaan.

2.1.2 Opini Audit

Laporan auditor merupakan suatu sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat, sebagai pihak yang independen, auditor tidak dibenarkan untuk memihak kepentingan siapapun dan untuk tidak mudah dipengaruhi IAI, 2001 Dalam SA Seksi 110 paragraf 01 dijelaskan bahwa tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak Universitas Sumatera Utara memberikan pendapat. Baik dalam hal auditor menyatakan pendapat maupun menyatakan tidak memberikan pendapat, ia harus menyatakan apakah auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia IAI, 2001. Pemberian opini audit dapat mengurangi asimetri informasi antara manajemen dengan stakeholders perusahaan karena memungkinkan pihak di luar perusahaan untuk memverifikasi validitas laporan keuangan. Menurut Halim 2008:75, terdapat lima jenis pendapat yang dapat diberikan oleh auditor, yaitu sebagai berikut ini. 1 Pendapat wajar tanpa pengecualian unqualified opinion Pendapat wajar tanpa pengecualian dapat diberikan auditor apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar auditing, penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan tidak terdapat kondisi atau keadaan tertentu yang memerlukan bahasa penjelasan. 2 Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelasan Pendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar auditing, penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, tetapi terdapat keadaan atau kondisi tertentu yang memerlukan bahasa penjelasan. Kondisi atau keadaan yang Universitas Sumatera Utara memerlukan bahasa penjelasan tambahan antara lain dapat diuraikan sebagai berikut: a pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain, b adanya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh IAI, c laporan keuangan dipengaruhi oleh ketidakpastian yang material, d auditor meragukan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, e auditor menemukan adanya suatu perubahan material dalam penggunaan prinsip dan metode akuntansi. 3 Pendapat wajar dengan pengecualian qualified opinion Sesuai dengan SA 508 paragraf 38 dikatakan bahwa jenis pendapat ini diberikan apabila: a tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan lingkup audit yang material tapi tidak memengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan, b auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berdampak material tetapi tidak memengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan. Penyimpangan tersebut dapat berupa pengungkapan yang tidak memadai, maupun perubahan dalam prinsip akuntansi. Auditor harus Universitas Sumatera Utara menjelaskan alasan pengecualian dalam satu paragraf terpisah sebelum paragraf pendapat. 4 Pendapat tidak wajar adverse opinion Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor harus menjelaskan alasan pendukung pendapat tidak wajar, dan dampak utama dari hal yang menyebabkan pendapat tidak wajar diberikan terhadap laporan keuangan. 5 Pernyataan tidak memberikan pendapat disclaimer of opinion Pernyataan auditor untuk tidak memberikan pendapat ini diberikan apabila: a ada pembatasan lingkup audit yang sangat material baik oleh klien maupun karena kondisi tertentu, b auditor tidak independen terhadap klien.

2.1.3 Opini Audit Going Concern

Menurut Belkaoui 2000 dalam Alexander 2004 Going concern adalah suatu dalil yang menyatakan bahwa kesatuan usaha akan menjalankan terus operasinya dalam jangka waktu yang cukup lama untuk mewujudkan proyeknya, tanggungjawab serta aktivitas-aktivitasnya yang tidak berhenti. Universitas Sumatera Utara Dengan adanya going concern maka suatu entitas akan mampu mempertahankan kelangsungan hidup usahanya dalam jangka panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek. Rahayu 2007 menyatakan bahwa istilah going concern dapat diinterprestasikan dalam dua hal, yang pertama adalah going concern sebagai konsep dan yang kedua adalah going concern sebagai opini audit. Sebagai konsep “istilah going concern dapat diinterprestasikan sebagai kemampuan perusahaan mempertahankan kelangsungan usahanya dalam jangka waktu yang panjang”. Sebagai opini audit, istilah going concern menunjukkan auditor memiliki kesangsian mengenai kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya di masa mendatang. Going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal yang berlawanan. Informasi tersebut biasanya berhubungan dengan ketidakmampuan entitas dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar, dan kegiatan serupa yang lain. Going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan yang berlawanan. Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup suatu usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan suatu usaha dalam menjalankan kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa Universitas Sumatera Utara melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturasi tentang perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa yang lain PSA No.30. Opini Audit going concern adalah opini audit yang dikeluarkan oleh auditor karena terdapat keraguan mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya SPAP, 2011. Auditor mempunyai tanggung jawab untuk mengevaluasi status kelangsungan hidup perusahaan dalam setiap pekerjaannya Ramadhany, 2004. Opini audit going concern merupakan opini audit modifikasi yang dalam pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian yang signifikan terhadap kelangsungan hidup suatu perusahaan dalam menjalankan operasinya, dalam kurun waktu yang pantas atau tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit SPAP, 2011. Termasuk dalam opini audit going concern ini adalah unqualified with explanatory language emphasis of matter paragraph, unqualified opinion, adverse opinion dan disclaimer opinion yang mencantumkan paragraf atau kalimat penjelas mengenai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy. Perusahaan yang mendapat opini going concern diberi kode 1, sedangkan perusahaan yang tidak mendapat opini going concern diberi kode 0. Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Profitabilitas

Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba perusahaan pada masa yang akan datang, dimana laba perusahaan merupakan salah satu informasi penting sebagai pertimbangan bagi investor dalam menanamkan modalnya kepada perusahaan tersebut. Menurut Keown 2004:32 “laba atau profit diperoleh dari pendapatan bersih perusahaan dikurangi dengan beban yang dikeluarkan pada periode yang bersangkutan.” Jadi laba merupakan hasil akhir kinerja perusahaan. Perusahaan yang mampu menghasilkan laba disebut dengan perusahaan yang profitable. Brigham dan Houton 2001 menyatakan profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Rasio profitabilitas merupakan salah satu alat untuk mengukur kondisi keuangan perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri Sartono, 2001. Profitabilitas dianggap sebagai alat yang valid dalam mengukur hasil pelaksanaan operasi perusahaan, karena profitabilitas merupakan alat pembanding pada berbagai alternatif investasi yang sesuai dengan tingkat risiko. Jumlah laba bersih seringkali dibandingkan dengan ukuran kegiatan atau kondisi keuangan lainnya seperti penjualan, aktiva, ekuitas pemegang saham untuk menilai kinerja sebagai suatu persentase dari beberapa tingkat aktivitas atau investasi. Perbandingan ini disebut rasio profitabilitas profitability ratio. Analisa return on assets dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat Universitas Sumatera Utara penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruhkomprehensif. Return on assets adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntunganInvestor memiliki sejumlah harapan atas sejumlah pengembalian dari investasinya. Pengembalian itu tentunya tergambar jelas pada performa perusahaan. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan Return On Assets ROA. ROA menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total asset atau total aktiva yang dimiliki perusahaan dalam periode tertentu. Perusahaan yang memiliki nilai ROA yang negatif dalam periode waktu yang berurutan akan memicu masalah going concern karena ROA yang negatif artinya bahwa perusahaan tersebut mengalami kerugian dan ini akan mengganggu kelangsungan hidup perusahaan tersebut Petronela 2004 dalam Setyarno, Januarti dan Faisal 2006 memberikan bukti bahwa profitabilitas berhubungan negatif dan berpengaruh signifikan terhadap penerbitan opini audit going concern. Penelitian oleh Komalasari 2004 memberikan bukti bahwa profitabilitas perusahaan mempunyai koefisien negatif yang menunjukkan bahwa semakin rendah ROA semakin tinggi probabilitas perusahaan untuk mendapat opini selain Unqualified Opinion. Universitas Sumatera Utara Menurut Keown 1991 “laba atau profit diperoleh dari pendapatan bersih perusahaan dikurangi dengan beban yang dikeluarkan pada periode yang bersangkutan”. Jadi laba merupakan hasil akhir dari kinerja perusaahaan. Perusahaan yang mampu menghasilkan laba disebut perusahaan yang profitable. Brigham dan Hounton 2001:89 menyatakan profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Dalam sebuah perusahaan laba adalah instrument yang terpenting dalam kelancaran kinerja perusahaan. Karena apabila sebuah perusahaan tidak memiliki kemampuan untuk menghasilkan laba maka auditor cenderung akan memberikan opini audit going concern. Namun apabila laba perusahaan meningkat maka akan semakin kecil kemungkinan peusahaan mendapat unqualified opinion dan semakin kecil pula resiko perusahaan menerima opini audit going concern. Profitabilitas dalam penelitian ini di proksikan menggunakan ROA Return on Asset yang mengukur tingkat optimalisasi asset yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan laba. Dari uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis untuk profitabilitas adalah: Universitas Sumatera Utara H 1: Profitabilitas berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. 2.1.5 Opini Audit Tahun Sebelumnya Opini audit tahun sebelumnya adalah opini yang diterima auditor pada tahun sebelumnya atau 1 tahun sebelum tahun penelitian dari auditor independen. Opini audit tersebut dapat dibedakan menjadi 2 yaitu opini going concern dan opini non going concern. Opini audit going concern yang telah diterima auditee pada tahun sebelumnya akan menjadi faktor pertimbangan yang penting bagi auditor dalam mengeluarkan opini audit going concern pada tahun berjalan jika kondisi keuangan auditee tidak menunjukkan tanda – tanda perbaikan atau tidak adanya rencana manajemen yang dapat direalisasikan untuk memperbaiki kondisi perusahaan. Mutchler 1985 dalam setyarno 2006 menguji pengaruh ketersediaan informasi publik terhadap opini audit going concern, yaitu tipe opini audit yang telah diterima perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa model discriminant analysis yang memasukkan tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi prediksi keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89,9 persen dibanding model yang lain. Menurut Venuti 2007, penyebab masalah tersebut adalah adanya hipotesis self-fulfilling properchy yang menyatakan bahwa apabila auditor memberikan opini audit going concern, maka perusahaan akan menjadi cepat Universitas Sumatera Utara bangkrut karena perusahaan akan kehilangan kepercayaan investor yang akhirnya akan membuat para investor maupun kreditor menarik dananya. Perusahaan yang mendapatkan opini audit going concern akan mengalami kesulitan keuangan sehingga akan berdampak terhadap kelangsungan usahanya. Santosa dan Wedari 2007 menganalisis tentang faktor – faktor yang mempengaruhi kecenderungan penerimaan opini audit going concern. Hasilnya menunjukkan bahwa variabel opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Sehingga apabila auditee menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya, maka kemungkinan auditee untuk menerima kembali opini audit going concern pada tahun berikutnya akan semakin besar. Setyarno dkk 2006 serta Praptitorini dan Januarti 2007 menemukan adanya hubungan yang positif antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini audit tahun berjalan. Putri 2008, Ramadhany 2004, menganalisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern. Hasilnya menunjukkan bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan positif terhadap opini audit going concern. Opini audit going concern tahun sebelumnya ini akan menjadi faktor pertimbangan penting auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit going concern pada tahun berjalan. Hal ini dikarenakan kegiatan usaha suatu perusahaan pada tahun berjalan tidak terlepas dari keadaan yang terjadi pada tahun sebelumya Tamba, 2009. Perusahaan yang menerima opini going Universitas Sumatera Utara concern pada periode sebelumnya akan mengalami kemunduran harga saham, kesulitan dalam meningkatkan modal pinjaman, ketidakpercayaan investor, kreditur, pelanggan, dan karyawan. Bahkan yang lebih parah lagi adalah timbulnya persepsi manajemen bahwa suatu laporan yang dimodifikasi dapat mempercepat perusahaan mengalami kebangkrutan jones, 1996. Perusahaan dengan opini going concern akan semakin mengalami keterpurukan baik dari segi keuangan maupun ketenaran di mata masyarakat dan kesulitan keuangan financial distressed pada perusahaan yang menerima opini audit going concern akan semakin parah apabila tidak ada tindakan perbaikan yang radikal dan efektif sesuai dengan permasalahan yang sedang dihadapai perusahaan. Dari uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis untuk opini audit tahun sebelumnya adalah: H 2 : Opini Audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

2.1.6 Pertumbuhan Perusahaan

Menurut penelitian Setyarno 2006 pertumbuhan perusahaan menunjukkan pertumbuhan kekuatan perusahaan dalam industri dan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Pertumbuhan perusahaan yang cepat maka semakin besar kebutuhan dana untuk ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka semakin besar keinginan perusahaan untuk Universitas Sumatera Utara menahan laba. Jadi perusahaan yang sedang tumbuh sebaiknya tidak membagikan laba sebagai deviden tetapi lebih baik digunakan untuk ekspansi. Potensi pertumbuhan ini dapat diukur dari besarnya biaya penelitian dan pengembangan. Semakin besar RD cost-nya maka berarti ada prospek perusahaan untuk tumbuh. Pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan beberapa cara, misalnya dengan melihat pertumbuhan penjualannya. Pengukuran ini hanya dapat melihat pertumbuhan perusahaan dari aspek pemasaran perusahaan saja. Menurut Fabozzi 2002, pertumbuhan penjualan merupakan perubahan penjualan pada laporan keuangan pertahun. Pertumbuhan penjualan yang diatas rata-rata bagi suatu perusahaan pada umumnya didasarkan pada pertumbuhan yang cepat yang diharapkan dari industri dimana perusahaan itu beroperasi. Perusahaan dapat mencapai tingkat pertumbuhan diatas rata-rata dengan jalan meningkatkan pangsa pasar dari permintaan industry. Pertumbuhan laba yang lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan biaya akan mengakibatkan kenaikan laba perusahaan. Jumlah laba yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan atau trend keuntungan yang meningkat merupakan suatu faktor yang sangat menentukan perusahaan untuk tetap survive. Dalam penelitian ini, untuk mengukur pertumbuhan perusahaan peneliti menggunakan rasio pertumbuhan laba. Rasio pertumbuhan laba digunakan karena dapat menggambarkan keadaan perusahaan yang sedang baik. Sementara perusahaan dengan rasio pertumbuhan laba negatif berpotensi besar Universitas Sumatera Utara mengalami penurunan laba sehingga apabila manajemen tidak segera mengambil tindakan perbaikan, perusahaan dimungkinkan tidak akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Penjualan merupakan kegiatan operasi utama auditee. Auditee yang mempunyai rasio pertumbuhan laba yang positif mengindikasikan bahwa Auditee dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya going concern. Penjualan yang terus meningkat dari ketahun akan memberikan peluang Auditee untuk memperoleh peningkatan laba. Semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan Auditee, akan semakin kecil kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern GCAO. Rasio pertumbuhan perusahaan digunakan untuk mengukur kemampuan auditee dalam pertumbuhan tingkat penjualan. Data ini diperoleh dengan menghitung sales growth ratio berdasarkan laporan labarugi masing-masing auditee. Penelitian yang dilakukan oleh Ulkri 2013, pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap opini audit going concern, sedangkan penelitian Putri 2008, menyatakan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap opini going concern. Perusahaan dengan negative growth mengindikasikan kecenderungan yang lebih besar kearah kebangkrutan sehingga perusahaan yang laba tidak akan mengalami kebangkrutan karena kebangkrutan merupakan salah satu dasar bagi auditor untuk memberikan opini audit going concern maka perusahaan Universitas Sumatera Utara yang mengalami pertumbuhan perusahaan yang negatif akan makin tinggi kecenderungan untuk menerima opini going concern Arga dan Linda, 2007 Dari uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis adalah: H 3 : Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern 2.1.7. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai perusahaan, ataupun hasil nilai total aktiva dari suatu perusahaan Riyanto, 2001. Ukuran perusahaan bisa diukur dengan menggunakan total aset, penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut. Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aset dari perusahaan. Perusahaan yang memiliki total aset besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan karena dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibandingkan perusahaan dengan total aset yang kecil. Perusahaan besar juga dianggap memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengelolah perusahaan dan menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas Juanidi dan Hartono, 2010. Universitas Sumatera Utara Mutchler 1985 menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan kecil, karena auditor mempercayai bahwa 15 perusahaan besar dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan kecil. Mc Keown et.al. 1991 dalam Santosa dan Wedari 2007 mengatakan bahwa perusahaan besar lebih banyak menawarkan fee audit tinggi daripada yang ditawarkan oleh perusahaan kecil. Dalam kaitannya mengenai kehilangan fee audit yang signifikan tersebut, menyebabkan auditor mungkin menjadi ragu untuk mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan besar. Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka kecenderungan menggunakan modal asing juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar membutuhkan dana yang besar pula untuk menunjang operasionalnya, dan salah satu alternatif pemenuhannya adalah dengan modal asing apabila modal sendiri tidak mencukupi Halim, 2007. Pada penelitian ini ukuran perusahaan diproksikan dengan menggunakan Ln total aset. Penggunaan natural log Ln dalam penelitian ini untuk mengurangi fluktuasi data yang berlebih, tanpa mengubah proporsi dari nilai yang sebenarnya. Ukuran perusahaan menunjukkan seberapa besar atau kecilnya suatu perusahaan. Mutchler 1985 dalam Setyarno et.,al 2006 menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan kecil. Santosa dan Wedari 2007 serta Alichia 2013 menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap opini going concern, sedangkan Universitas Sumatera Utara Januarti dan Fitrianasari 2008 dan Kristiana 2012 mendapatkan bukti bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pemberian opini going concern oleh auditor. Penelitian Santosa dan Wedari 2007 memberikan bukti empiris bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif dengan penerimaan opini audit going concern. Hal ini menunjukkan bahwa auditor dalam memberikan opini audit going concern akan mempertimbangkan ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan adalah besarnya sebuah perusahaan yang dilihat dari total asset yang dimilikinya. Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total asset, penjualan, dan kapitalisasi pasar Kristiana,2012. Perusahaan dengan total asset yang besar menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan karena dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif panjang. Mutchler 1985 menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan kecil, karena auditor mempercayai bahwa perusahaan besar dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan kecil. Dari uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis adalah: H 4 : Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern Universitas Sumatera Utara

2.1.8. Solvabilitas

Solvabilitas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya atau rasio ini juga menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan di likuidasi. Solvabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan salah satu rasio solvabilitas yaitu, Debt to Asset Ratio. Rasio yang mengukur prosentase kemampuan perusahaan dalam menjamin hutang-hutangnya dengan sejumlah aset yang dimilikinya. Rasio ini disebut juga rasio leverage. Rasio leverage merupakan rasio untuk mengukur seberapa bagus struktur permodalan perusahaan. Struktur permodalan merupakan pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan pengimbangan antar hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri cadangan, laba atau berasal dari mengambil bagian, peserta, atau pemilik modal saham, modal peserta dan lain-lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa debt to aseet ratio merupakan perbandingan antara total hutang hutang lancar dan hutang jangka panjang dan asset yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dengan menggunakan asset yang ada. Universitas Sumatera Utara Perusahaan dengan rasio solvabilitas yang tinggi memiliki dampak yang buruk bagi kondisi keuangan perusahaan, dibandingkan perusahaan dengan rasio solvabilitas yang rendah. Rasio solvabilitas yang tinggi semakin menunjukkan kinerja perusahaan yang buruk dan dapat menimbulkan ketidakpastiaan terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini dapat mengakibatkan perusahaan semakin berpeluang mendapat opini audit going concern. Penelitian Rudyawan dan Badera 2008 menemukan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap opini audit going concern. Namun penelitian Hani 2003 dan Eko 2006, menyatakan bahwa rasio leverage tidak berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan audit going concern. Perusahaan dengan leverage tinggi cenderung memiliki risiko kegagalan membayar hutang perusahaan, sehingga menimbulkan keraguan yang signifikan untuk mempertahankan perusahaan di masa mendatang. Dari uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis adalah: H 5 : Solvabilitas berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern Universitas Sumatera Utara

2.2 Penelitian Terdahulu

Adapun hasil penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti dan Tahun Penelitian Variabel Penelitian Teknik Analisis Hasil Penelitian 1 Endra Ulkri Arma 2013 Independen profitabilitas, likuiditas, pertumbuhan perusahaan Dependen : penerimaan opini audit going concern Regresi logistik Profitabilitas, likuiditas, dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap opini audit going concern Universitas Sumatera Utara 2 Doris 2010 Independen: Quick ratio, long term debt to asset ratio, return on asset, kualitas audit, pertumbuhan perusahaan Dependen: opini wajar dengan pernyataan going concern Regresi Logistik Quick ratio, return on asset, dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan long term debt to asset ratio dan kualitas audit berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pemberian opini audit going concern 3 Arga Fajar Santosa, Linda Kusumaning Wedari 2007 Independen: Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini tahun sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan Dependen: Penerimaan Opini Audit going concern Regresi Logistik Kualitas audit, pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan audit going concern. Kondisi keuangan perusahaan, ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. Opini audit berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern 4 Rezky Noverio, Totok Dewayanto 2009 Independen: kualitas auditor, profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas Dependen: penerimaan opini audit going concern Regresi Logistik Kualitas auditor, profitabilitas, dan solvabilitas tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Sebaliknya likuiditas berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern Universitas Sumatera Utara 5 Yashinta Putri Alichia 2008 Independen: ukur an perusahaan, pertumbuhan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya Dependen: opini audit going concern Regresi Logistik Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap opini audit going concern. Pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap opini audit going concern. Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan positif terhadap opini audit going concern. 6 Ira Kristiana 2012 Independen: Ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, pertumbuhan perusahaan Dependen: Opini Audit Going Concern Regresi Logistik Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern Profitabilitas, likuiditas, dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern 7 Putri Karina Alamanda 2013 Independen : ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, debt default Dependen : penerimaan opini audit going concern Regresi Logistik Ukuran perusahaan, profitabilitas tidak berpengaruh terhadap opini going concern. Solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern. Debt default berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern Universitas Sumatera Utara

2.3 Kerangka Konseptual

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Dan Rasio Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 86 82

Pengaruh Profitabilitas, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, Dan Leverage Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI

4 72 106

Pengaruh Kualitas Audit , Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 103 81

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Likuiditas, Leverage, Kualitas Audit, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

8 56 106

Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Profitabilitas, Likuiditas dan Solvabilitas Terhadap Opini Audit Going Concern

6 92 17

Pengaruh Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Dan Rasio Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

Pengaruh Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Dan Rasio Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Profitabilitas, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, Dan Leverage Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI

0 0 13

Pengaruh Kualitas Audit , Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Likuiditas, Leverage, Kualitas Audit, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 12