Kemampuan Komunikasi Matematis Kajian Teori

22 pasang, setiap pasang terdiri dari pewawancara dan terwawancara. Setiap siswa yang berpasangan diberikan masalah atau tugas yang berbeda oleh guru yang ha- rus diselesaikan oleh setiap siswa, kemudian pewawancara mengajukan perta- nyaan kepada terwawancara tentang gagasan-gagasan yang berhubungan dengan masalah atau tugas tersebut. Selanjutnya terwawancara menjawab pertanyaan pe- wawancara secara jelas hingga dapat dimengerti oleh pewawancara. Setelah itu pewawancara dan terwawancara bertukar peran. Pada tahap wawancara, setiap siswa mendapat kesempatan menjadi pewawancara dan terwawancara. Ketika siswa berperan sebagai terwawancara maka siswa ha- rus dapat menjelaskan ide-ide tentang suatu masalah dan pemecahannya baik se- cara lisan maupun tulisan kepada pewawancara. Sehingga ketika siswa terlatih un- tuk menjelaskan suatu situasi secara lisan maka siswa juga akan lebih terlatih di dalam menjelaskan situasi tersebut secara tulisan. Jika pada tugas yang diberikan guru tersebut terdapat bagian yang membutuhkan symbol-simbol matematika ma- ka pewawancara harus dapat menuliskan symbol-simbol matematika tersebut se- cara baik dan benar sehingga pewawancara dapat memahaminya. Sedangkan pe- wawancara harus dapat menganalisis atau mengevaluasi gagasan atau pemikiran terwawancara. Peran pewawancara tersebut dapat meningkatkan daya pemaha- man seorang siswa terhadap situasi dari masalah yang dihadapi oleh terwawan- cara. Ketika seorang siswa dapat memahami suatu situasi dari masalah maka sis- wa tersebut juga akan dapat lebih mudah untuk mengungkapkan situasi tersebut ke dalam model-model matematika seperti gambar, grafik, dan diagram. 23 Tahap selanjutnya kedua pasang yang berada dalam satu kelompok bergabung dan setiap siswa membagikan informasi yang telah dia dapat dari tahap wawancara sebelumnya. Pada tahap ini, setiap siswa diberikan kesempatan untuk menyam- paikan dan menjelaskan kepada teman sekelompoknya tentang analisanya terha- dap masalah atau tugas yang diselesaikan oleh teman yang diwawancarainya. Sehingga mereka memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematisnya dengan menjelaskan tentang apa yang telah dia dapat dari wawancara pada tahap sebelumnya. Berdasarkan tahapan-tahapan dalam model pembelajaran kooperatif tipe Three- Step Interview tersebut, semua siswa mendapatkan kesempatan untuk mengem- bangkan kemampuan komunikasinya. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran koopeartif tipe Three-Step Interview dapat me- ningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis umum pada penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran koo- peratif tipe Three-Step Interview dapat meningkatkan komunikasi matematis sis- wa kelas VIII SMP Negeri 1 Gadingrejo pada semester genap tahun pelajaran 2013 2014. Sedangkan hipotesis khususnya adalah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pem- belajaran koopeartif tipe Three-Step Interview lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran langsung. 24

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun Ajaran 20132014 sebanyak 317 siswa yang terdistribusi ke dalam sepuluh kelas. Distribusi kelas dan rata-rata nilai ujian semester ganjil siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Gadingrejo tahun ajaran 20132014 disajikan pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Rata-rata Nilai Ujian Semester Ganjil Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 20132014 NO. Kelas Banyak Siswa Rata-rata 1 VIII.1 32 7,69 2 VIII.2 31 7,61 3 VIII.3 32 7,41 4 VIII.4 32 7,55 5 VIII.5 32 7,25 6 VIII 6 32 7,53 7 VIII 7 31 7,31 8 VIII 8 32 7,29 9 VIII.9 32 7,67 10 VIII.10 31 7,12 Jumlah Populasi 317 Rata-rata nilai populasi 7,45 25 Penarikan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu penarikan sampel sesuai dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Teknik purposive sampling dipilih dengan pertimbangan pertama yaitu terdapat dua guru yang mengajar di kelas VIII SMP Negeri 1 Gadingrejo. Sampel dipilih dari dua kelas yang diajar oleh guru yang sama untuk memperkecil faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Pertimbangan selanjutnya adalah kemam- puan siswa, karena kemampuan siswa di setiap kelas berbeda, maka dua kelas yang diambil sebagai sampel adalah dua kelas yang kemampuan siswanya relatif sama, sehingga terpilihlah VIII.1 dan VIII.2 sebagai sampel. Kelas yang dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol ditentukan secara acak, sehingga terpilihlah kelas VIII.1 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII.2 sebagai kelas kontrol.

B. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretest-posttest control design yang melibatkan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Se- belum diberikan perlakuan, pretest dilakukan untuk mendapatkan kemampuan awal komunikasi matematis siswa. Kemudian kedua kelas diberikan perlakuan yang berbeda yaitu kelas eksperimen mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe Three-Step Interview sedangkan untuk kelas kontrol mengikuti model pembelajaran langsung yang biasa mereka dapatkan saat pembelajaran. Setelah dilakukan pembelajaran, kemudian diadakan posttest untuk mengetahui kemam- puan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah

Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 2 Pringsewu Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 2 45

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 17 52

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 12 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

1 42 56

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THREE-STEP INTERVIEW (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2013/2014)

2 31 59

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 13 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

1 8 47

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Kota Agung Barat Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 6 42

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Ar-Raihan Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 7 51

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Baradatu Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 10 50

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 5 54

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 28 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 5 54