Pendidikan Agama Hindu untuk SD Kelas IV
62
Monabrata pada hari Siwaratri diarahkan untuk mengucapkan nama Tuhan secara terus menerus, misalnya “Om Namah Siwa
Ya”. Tujuan monabrata adalah untuk mengekang amarah dan angkara murka. Sebab kata-kata yang kasar bisa melukai perasaan
orang lain.
Akan lebih baik lagi, jika kalian mampu melaksanakan monabrata setiap hari. Karena akan membentuk pribadi yang baik bagi diri
sendiri. 2 Upawasa, tidak makan dan minum.
Berpuasa dapat menunjang jalannya brata monabrata. Dengan tujuan agar konsentrasi seseorang tidak pecah. Mengistirahatkan kerja
usus, lambung, dan kerongkongan serta mulut pada hari suci itu untuk tujuan pemujaan. Berpuasa secara fisik dan mental menjadikan tujuan
itu terpusat ke satu arah.
3 Jagra, tidak tidur. Jagra berarti tidak tidur semalam suntuk. Alangkah baiknya jagra
dilaksanakan sambil mengidungkan namaNya di dalam hati secara terus menerus. Makna dari mejagra ini adalah agar seseorang
senantiasa terjaga selama hidupnya. Dengan kata lain tidak lupa diri mabuk, tidak dikuasai oleh 7 tujuh nafsu kemabukan.
d. Hari Raya Nyepi.
Nyepi jatuh pada Penanggal Apisan Sasih Kadasa. Perayaan ini bertujuan untuk menenangkan pikiran dan introspeksi diri. Kita harus
merenungkan perbuatan yang kita lakukan sebelumnya. Hakekat pelaksanaan Nyepi adalah penyucian Bhuäna Agung dan
Bhuäna Alit. Hal ini berguna untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan lahir batin. Sehingga kehidupan berdasarkan Satya
kebenaran, Siwa kesucian, dan Sundaram keharmonisan akan terbina.
Sebelum melaksanakan Nyepi, ada beberapa rangkaian upacara, yaitu: 1 Melasti
Melasti atau makiis dilaksanakan untuk pembersihan. Dalam melasti sarana agama juga dibersihkan. Sarana tersebut berupa
pratima, arca, keris, tombak, pralingga, dan lainnya. Melasti biasanya dilakukan di laut atau mata air lain sesuai dengan
desa, kala, dan patra. Tujuannya adalah memohon tirtha amertha air kehidupan dan tirtha pembersihan kehadapan Hyang Widhi
Wasa Tuhan Maha Kuasa.
2 Pecaruan dan Pengerupukan Mecaru bertujuan menghilangkan unsur kejahatan yang
merusak kesejahteraan manusia. Pecaruan dilaksanakan di siang hari. Sedangkan di sore hari dilanjutkan dengan ngrupuk.
Hari-Hari Suci
63
Ngrupuk adalah menabur nasi tawur sambil membawa obor. Obor tersebut dibawa ke penjuru arah disertai memukul kentongan.
Hal ini agar Bhuta Kala menerima persembahan dan kembali ke asalnya. Sehingga ketenteraman manusia tidak terganggu.
Biasanya umat di Bali dan di luar Bali membuat ogoh-ogoh. Sebelum hari Nyepi, ogoh-ogoh tersebut diarak untuk kemudian
dibakar. Ogoh-ogoh adalah karya seni yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Bhuta Kala mewakili kekuatan Bhu alam
semesta dan waktu Kala yang tak terukur dan tak terbantahkan.
3 Pelaksanaan Nyepi Saat Nyepi tiba, umat Hindu mulai menyepikan diri. Artinya
umat berusaha menahan semua keinginan dan hawa nafsu. Umat berusaha mengendalikan diri. Tujuannya agar tercipta kedamaian dan
ketenangan dalam diri.
Hari Nyepi juga disebut sipeng. Sipeng artinya sunyi senyap. Nyepi dirayakan melalui empat brata penyepian. Brata ini dikenal dengan
Catur Brata, yaitu: a Amati Geni
Artinya tidak menyalakan api. Hal ini juga berarti tidak memasak. Umat tidak diperkenankan menyalakan lampu. Umat
juga diharapkan meredakan nafsu yang bersifat negatif. Misalnya Sad Ripu, Sad Atatayi, dan Sapta
Timira.
b Amati Karya Artinya tidak melakukan aktivitas seperti
bekerja. Umat dapat membaca kitab suci untuk mengalihkan kegiatan fisik. Tidak bekerja fisik
adalah upaya pelaksanaan tapa, brata, yoga, dan meditasi.
Gambar 4.8
Ogoh-ogoh menggambarkan kepribadian Bhuta Kala.
Sumber: www.ndranata.wordpress.com,
2010
WARTA
Perhitungan penetapan Hari Raya Nyepi ber-
dasarkan peredaran matahari dan bulan yang
mengelilingi bumi, dan pergantian musim.