Bab 2 Bab 2
Bab 2 Bab 2
Bab 2 Tokoh-tokoh pada Zaman Hindu-Buddha dan Islam 2 5
2 5 2 5
2 5 2 5
Setelah serangan tersebut, Sultan Iskandar Muda segera bermusyawarah dengan para pemimpin kerajaan. Sultan Iskandar Muda menganggap Portugis
sangat membahayakan kerajaannya. Para pejabat kerajaan sepakat untuk menyatukan kerajaan-kerajaan di sekitar Aceh. Sultan menggalang kekuatan
dengan melakukan perluasan kekuasaan. Iskandar Muda menyatukan Johor, Kedah, Perlak, Pahang, Bintan, Nias, dan Deli.
Sultan juga terus memperkuat armada lautnya. Hal ini dilakukan guna melindungi kegiatan pelayaran dan perdagangan di seluruh wilayah Kerajaan
Aceh. Duta-duta Aceh dikirim ke negara-negara sahabat untuk menjalin kerja sama. Setelah merasa mempunyai kekuatan yang cukup, Sultan segera
mempersiapkan serangan. Pada waktu itu Portugis telah menguasai Malaka.
Pada tahun 1629, Kerajaan Aceh menyerang Malaka. Namun, serangan ini belum berhasil. Persenjataan Portugis jauh lebih kuat dibandingkan
persenjataan Kerajaan Aceh. Namun Portugis tidak berani lagi mengganggu Aceh. Hingga Iskandar Muda meninggal, Portugis tidak pernah mengusik
Kerajaan Aceh.
c. Kemunduran Kerajaan Aceh
Iskandar Muda digantikan oleh menantunya yang bernama Iskandar Thani. Ia memerintah pada tahun 1636 - 1641. Tahun 1641, Iskandar Thani digantikan
oleh permaisurinya putri Iskandar Muda. Sejak saat itu pemerintahan Aceh mengalami kemunduran, karena para pengganti Iskandar Muda kurang mampu
menghadapi kelicikan Belanda.
Belanda merebut Malaka tahun 1641 sehingga mempersulit pelayaran dan perdagangan Aceh. Pada tahun 1681, Aceh terpaksa mengadakan
hubungan dengan Belanda. Sejak itu kekuasaan Aceh semakin dipersempit oleh Belanda. Sehingga mempercepat keruntuhan Kerajaan Aceh.
2. Demak sebagai Kerajaan Islam Pertama di Jawa
a. Raden Patah sebagai Raja Pertama Demak
Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa yang berdiri pada tahun 1500 M. Raden Patah adalah raja pertamanya. Pada masa tersebut
berdiri kekuasaan Portugis di Malaka. Kerajaan Demak merasa terancam oleh kedudukan Portugis. Maka pada tahun 1513, Raden Patah mengutus putranya
yang bernama Pati Unus untuk menyerang Portugis di Malaka. Dengan menyiapkan armada lautnya, Pati Unus memimpin pasukan menyeberangi
Laut Jawa sampai di Selat Malaka. Mereka menyerang kedudukan Portugis di Malaka. Namun, penyerangan tersebut gagal karena kalah persenjataan.
2 6 2 6
2 6 2 6
2 6 Ilmu Pengetahuan Sosial 5
b. Pangeran Sabrang Lor yang Gagah Berani
Setelah Raden Patah wafat, Pati Unus menggantikan ayahnya sebagai raja. Pati Unus memerintah dari tahun 1518 sampai dengan 1521. Beliau
terkenal sebagai panglima perang yang gagah berani. Pati Unus melarang pengiriman beras dari Jawa ke Malaka. Ia memerintahkan seorang tokoh
bernama Katir untuk mengadakan blokade terhadap Malaka, sehingga Portugis kekurangan pangan.
Semasa hidupnya Pati Unus tidak mempunyai putra. Sehingga ketika beliau wafat, ia digantikan oleh adiknya yang bernama Sultan Trenggono. Sultan
Trenggono yang bijaksana dan gagah berani memerintah tahun 1521-1546. Pada masa pemerintahannya, Demak mencapai zaman keemasan. Ia
meluaskan kekuasaannya sampai ke Jawa Barat dan Jawa Timur.
c. Akhir Kerajaan Demak
Sepeninggal Sultan Trenggono, Kerajaan Demak mengalami kemelut perang saudara. Hal inilah yang menyebabkan Kerajaan Demak mengalami
kemunduran. Daerah-daerah kekuasaan Kerajaan Demak mulai melepaskan diri. Sehingga berakhirlah Kerajaan Demak.
3. Sultan Agung Raja Mataram
a. Panembahan Senopati Pendiri Kerajaan Mataram
Mataram mulai berkembang pesat pada tahun 1586. Raja pertamanya adalah Panembahan Senopati. Pusat kerajaan ini berada di Yogyakarta.
Rajanya yang terkenal adalah Sultan Agung yang memerintah tahun 1613 - 1645. Sultan Agung terkenal dalam mengusir penjajah Belanda dari Indonesia.
b. Usaha Sultan Agung Mengusir Penjajah Belanda
Belanda berhasil mendirikan kantor dagang di Batavia atau Jakarta. Sultan Agung memandang hal itu sebagai sesuatu yang membahayakan. Maka
Sultan Agung segera merencanakan penyerangan atas kedudukan Belanda di Batavia. Tentara Mataram mengadakan dua kali serangan terhadap
kedudukan VOC di Batavia. Serangan pertama dilakukan pada tahun 1628. Serangan kedua dilakukan pada tahun 1629. Kedua serangan itu gagal semua.
Sultan Agung meninggal dunia pada tahun 1645. Ia dimakamkan di Bukit Imogiri, Yogyakarta.