Fungsi Media Massa Media Massa
                                                                                yang  juga  diikutsertakan  dalam  iklan  kampanye  politik  tersebut  serta peduli  dengan  isu-isu  yang  dijadikan  andalan  meskipun  pada
kenyataan masih dipertanyakan. Di sisi lain, iklan kampanye politik di media massa mungkin menimbulkan kesan terbiasa familiarity akan
sosok  yang  diangkat.  Karena  orang  yang  paling  banyak  menerima pesan adalah orang yan
g cenderung untuk mengerti”.
Kekuatan media massa didukung oleh adanya kerjasama antara tiga faktor, yaitu:  ubiquity,  cumulative  of  massage,  dan  consonance  of  journalist.
Faktor  ubiquity  atau  serba  hadir  berarti  bahwa  media  massa  ada  dimana- mana  dan  sulit  dihindari  oleh  khalayak,  sehingga  media  massa  mampu
mendominasi  lingkungan  informasi.  Faktor  cumulative  of  massage  atau kumulasi  pesan  terjadi  karena  dengan  pesan  media  massa  yang  bersifat
kumulatif,  dapat  memperkuat  dampaknya,  melalui  pengulangan  pesan berkali-kali  dan  penyatuan  pesan  yang  terpotong-potong.  Demikian  juga
faktor  consonance  of  journalist  atau  keseragaman  para  wartawan  dari berbagai  jenis  media  semakin  menambah  dampak  media  massa  terhadap
khalayak.  Misalnya  penyajian  pesan  yang  berisi  pencitraan  politik  yang cenderung  sama  oleh  semua  media  massa  akan  menjurus  kepada
pembentukan citra politik yang sama pada khalayak.
Menurut  Cangara  2011:  97-101  ada  beberapa  teori  komunikasi  yang dapat  dijadikan  acuan  untuk  melihat  keperkasaan  media  maupun
kelemahan-kelemahannya  mempersuasi  masyarakat  dalam  hubungannya dengan aktivitas politik. Teori tersebut antara lain:
a. Teori Jarum Suntik Hypodermic Needle Theory
Teori  jarum  suntik  berpendapat  bahwa  khalayak  sama  sekali  tidak memiliki  kekuatan  untuk  menolak  informasi  setelah  ditembakkan
melalui  media  komunikasi.  Khalayak  terlena  seperti  kemasukan  obat bius  melalui  jarum  suntik,  sehingga  tidak  bisa  memiliki  alternatif
untuk menentukan pilihan lain kecuali apa yang disiarkan oleh media. b.
Teori Kepala Batu Obstinate Audience Teori kepala batu menolak teori jarum suntik dengan alasan jika suatu
informasi ditembakkan dari media, mengapa khalayak tidak berusaha berlindung  untuk  menghindari  tembakan  informasi  itu.  Masyarakat
atau  khalayak  memiliki  hak  untuk  memilah  informasi  mana  yang mereka  perlukan  dan  informasi  mana  yang  tidak  mereka  perlukan.
Kemampuan untuk  menyeleksi  informasi ada pada khalayak menurut perbedaan individu, persepsi dan latar belakang budaya.
c. Teori Kegunaan dan Kepuasan Uses and Gratification Theory
Teori  banyak  berkaitan  dengan  sikap  dan  perilaku  para  konsumen, bagaimana  mereka  menggunakan  media  untuk  mencari  informasi
tentang  apa  yang  mereka  butuhkan.  Dalam  praktik  politik,  teori  ini banyak digunakan oleh para politisi.
d. Teori Lingkar Kesunyian Spiral of Silence Theory
Teori  ini  berkaitan  dengan  kekuatan  media  yang  bisa  membuat  opini publik, tetapi  dibalik  itu ada opini  yang bersifat  laten berkembang di
tingkat  bawah  yang  tersembunyi  kerena  tidak  sejalan  dengan  opini publik  mayoritas  yang  bersifat  manifest  nyata  dipermukaan.    Opini
publik  yang  tersembunyi  disebut  opini  yang  berada  dalam  lingkar keheningan.
e. Teori Penanaman Cultivation Theory
Teori  ini  menggambarkan  kehebatan  media  terutama  televisi  dalam menanamkan sesuatu dalam jiwa penonton, kemudian terimplementasi
dalam sikap dan perilaku mereka. f.
Teori Agenda setting Agenda Setting Theory Teori  ini  mengakui  bahwa  media  memberi  pengaruh  terhadap
khalayak  dalam  pemilihan  presiden  dalam  penayangan  berita,  isu, citra, maupun penampilan kandidat itu sendiri.
                