Pengaruh Persepsi Terhadap Resiko Pembelian Personal Computer Pada Proses Pengambilan Keputusan Membeli Konsumen

(1)

PENGARUH PERSEPSI TERHADAP RESIKO PEMBELIAN

PERSONAL COMPUTER PADA PROSES PENGAMBILAN

KEPUTUSAN MEMBELI KONSUMEN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh

LAILA MAYA

041301089

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

GENAP, 2008/2009


(2)

Pengaruh Persepsi Konsumen terhadap Resiko Pada Proses Pengambilan Keputusan dalam Membeli Personal Computer

Laila Maya dan Siti Zahreni

ABSTRAK

Proses pengambilan keputusan dalam membeli merupakan proses pemecahan masalah oleh konsumen mengenai produk atau jasa yang hendak dibeli dengan cara memilih perilaku yang ingin ditampilkan melalui tahapan-tahapan pembelian. Salah satu faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam membeli adalah persepsi konsumen terhadap resiko. Situasi pembelian yang dirasakan oleh seorang konsumen dapat membuatnya mempersepsikan adanya resiko. Persepsi konsumen terhadap resiko merupakan proses di mana seorang konsumen menerima, mengenali dan memahami rangsangan yang datang pada dirinya, lewat indera-indera yang ada dan menimbulkan perasaan bahwa keputusan pembelian yang dibuatnya memiliki kemungkinan mendatangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persepsi konsumen terhadap resiko pada proses pengambilan keputusan dalam membeli personal computer. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sampling incidental dengan jumlah subjek sebanyak 150 orang mahasiswa USU. Alat ukur pada penelitian ini adalah skala persepsi konsumen terhadap resiko dan skala proses pengambilan keputusan dalam membeli. Skala persepsi konsumen terhadap resiko disusun berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Schiffman dan Kanuk (2004) yang terdiri atas dua dimensi, yaitu ketidakpastian dan konsekuensi. Skala proses pengambilan keputusan dalam membeli disusun berdasarkan tahapan-tahapan proses pembelian yang dikemukakan oleh Engel (1995) yaitu tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif sebelum pembelian, pembelian, konsumsi dan evaluasi alternatif setelah pembelian.

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa (1) tidak ada pengaruh yang signifikan antara persepsi konsumen terhadap resiko pada proses pengambilan keputusan dalam membeli dengan p(0,116)> (0,05), (2) Nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,170, (3) berdasarkan analisis regresi diperoleh nilai koefisien determinan (R2) sebesar 2,9%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel persepsi konsumen terhadap resiko mempengaruhi variabel proses pengambilan keputusan dalam membeli sebesar 2,9%.


(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim, segala puji dan syukur peneliti ucapkan ke hadirat

Illahi Rabbi, berkat petunjuk dan kasih sayang-Nya, peneliti dapat menyelesaikan

skripsi untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana jenjang strata satu (S-1) di Fakultas Psikologi Sumatera Utara dengan judul : Pengaruh Persepsi Terhadap Resiko Pembelian PC pada Proses Pengambilan keputusan Membeli Konsumen. Shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW, semoga kesabaran beliau dapat menjadi contoh teladan dalam perjalanan skripsi dan kerja-kerja selanjutnya.

Terutama sekali peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua peneliti Ibunda Hj.Sabariah dan Ayahanda H.Bustamam M.Usman, yang telah memberikan cinta, pengorbanan, motivasi, dan perhatian yang berlimpah sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada abang-abang peneliti: M.Syafruddin dan M.Zulkarnain yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil selama pengerjaan skripsi ini. Kepada abang peneliti dan istri: M.Afreza dan Rohani yang selalu menjadi inspirator bagi penulis, peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Peneliti juga mengucapkan terima kasih dan salam sayang kepada kakak peneliti Latifah Hanum, yang selalu percaya bahwa peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini sampai akhir.

Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan banyak pihak, oleh karena itu peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada:


(4)

2. Ibu Ika Sari Dewi, S.Psi, Psikolog, sebagai dosen pembimbing akademik. Terima kasih atas bimbingan yang Ibu beri selama ini. Peneliti juga berterima kasih kepada Ibu atas segala konsultasi yang pernah Ibu berikan saat peneliti mengalami masalah yang sulit. Semoga Allah membalas segala kebaikan Ibu selama ini dengan jannahNya.

3. Kak Siti Zahreni, M.Psi., sebagai dosen pembimbing seminar. Terima kasih atas segala bimbingan, masukan, nasehat, dan ide-ide kreatif yang Kakak berikan. Juga atas segala kesabaran Kakak menghadapi peneliti selama lebih dari enam bulan ini. Semoga Allah membalas segala kebaikan Kakak selama ini dengan jannahNya.

4. Ibu Lili Garliah, M.Si, selaku dosen penguji. Terima kasih karena telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan masukan, saran dan ilmunya yang sangat berarti bagi peneliti demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga Allah senantiasa melimpahkan kasih sayang dan nikmat Nya yang tak berbalas kepada Ibu.

5. Bapak Ferry Novliadi, M.Si selaku dosen penguji. Terima kasih karena telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan masukan, saran dan ilmunya yang sangat berarti bagi peneliti demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga Allah senantiasa melimpahkan kasih sayang dan nikmat Nya yang tak berbalas kepada Bapak.

6. Bapak dan Ibu Dosen staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Sumtera Utara. Terima kasih atas segala ilmu dan pengalaman yang telah diberikan. Semoga ilmu dan pengalaman yang diberikan menjadi bekal dikemudian hari


(5)

7. Seluruh Staf Pegawai Fakultas Psikologi Universitas Sumtera Utara. Bapak Iskandar, Bapak Aswan, Kak Ade, Kak Ari, dan Kak Devi, yang telah banyak membantu peneliti khususnya dalam hal administrasi.

8. Kepada teman-teman dekat peneliti, Ari Shinta, Renny Tania, Desy Mayasari dan Debi Fadillah. Terima kasih atas segala bantuan dan motivasi yang telah kalian berikan selama pengerjaan skripsi ini. Juga untuk persaudaraan dan persahabatan selama ini yang selalu menjadi motivator tersendiri bagi peneliti. Semoga persahabatan kita tetap terjaga meskipun kelak kita berpisah.

9. Kepada teman-teman senasib dan seperjuangan, Sonya Paramitha, Mutia Khairani, Ikhwanisifa, Citra Swastika, Sukmaya Izzati, Misbah Usmar, Zuraida Damanik, Hanifa Laura, Renny Machmud, Maeri, Yolanda, Charles, Bima Sandro dan teman-teman angkatan 2004 yang tak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas segala bantuan dan dukungan yang kalian berikan selama ini.

10.Kepada teman-teman sesama mahasiswa bimbingan Kak Sisi, Farah Meuthia, Tantri V.J., Kerry Desiana dan khususnya Fikrah Wathani dan Dinarty yang sudah menjadi teman dalam melalui masa-masa genting. Terima kasih untuk bantuan dan dukungan kalian semua.

11.Kepada adik-adik angkatan peneliti yang sudah membantu dalam menyebarkan skala, Sita, Deliza dan adik-adik angkatan 2005, Vira, Zalia dan adik angkatan 2006, Yani dan adik angkatan 2007, Tika dan adik angkatan 2008. Peneliti mengucapkan terima kasih atas bantuan


(6)

adik-adik sekalian. Semoga Allah membalas segala kebaikan adik-adik-adik-adik dengan balasan yang lebih baik.

12.Kepada setiap mahasiswa USU di luar sana yang sudah meluangkan waktu dan tenaga untuk mengisi skala peneliti. Terima kasih atas bantuan kalian semua. Semoga Allah membalas segala kebaikan kalian dengan balasan yang lebih baik.

13.Terima kasih juga penulis ucapkan pada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis sehingga proposal penelitian ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam proposal penelitian ini, untuk itu penulis mengharapkan saran yang membangun dari semua pihak guna menyempurnakan penelitian ini. Akhirnya kepada Allah penulis berserah diri, semoga proposal penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Amiin.

Medan, Maret 2009


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... ... x

BAB I PENDAHULUAN ... ..1

A. Latar Belakang Masalah ... ..1

B. Perumusan Masalah ... ..8

C. Tujuan Penelitian ... ..8

D. Manfaat Penelitian ... ..8

1. Manfaat teoritis ... ..8

2. Manfaat praktis ... ..9

E. Sistematika Penulisan ... ..9

BAB II LANDASAN TEORI ... 12

A. Proses Pengambilan Keputusan Membeli ... 12

1. Pengertian Proses Pengambilan Keputusan Membeli ... 12

2. Tahapan-tahapan dalam Proses Pengambilan Keputusan Membeli ... 13

3. Tingkatan dalam Proses Pengambilan Keputusan Membeli ... 16

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pengambilan Keputusan Membeli ... 17


(8)

B. Persepsi terhadap Resiko ... 21

1. Pengertian Persepsi ... 21

2. Pengertian Resiko ... 21

3. Pengertian Persepsi terhadap Resiko ... 23

4. Macam-macam Resiko ... 23

5. Dimensi Resiko ... 25

6. Hal-hal yang Dapat Mempengaruhi Timbulnya Persepsi terhadap Resiko ... 26

7. Cara Konsumen Mengatasi Resiko yang Diterimanya ... 27

C. Personal Computer ... 28

1. Pengertian Personal Computer ... 28

2. Personal Computer sebagai Produk yang Beresiko ... 29

D. Pengaruh Persepsi terhadap Resiko Pembelian PC pada Proses Pengambilan Keputusan Membeli Konsumen ... 29

E. Hipotesa Penelitian ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Identifikasi Variabel Penelitan ... 33

B Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 33

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 35

1. Populasi ... 35

2. Sampel cara pengambilan sampel ... 35

D. Metode Pengumpulan Data ... 36


(9)

2. Skala Persepsi terhadap Resiko ... 37

E. Validitas, Uji Daya Beda dan Reliabilitas Alat ukur ... 38

1. Validitas alat ukur... 39

2. Uji daya beda... 39

3. Uji Reliabilitas... 40

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 41

1. Skala Proses Pengambilan Keputusan Membeli ... 41

2. Skala Persepsi terhadap Resiko ... 43

G. Prosedur Penelitian ... 44

1. Tahap persiapan penelitian... 44

2. Tahap Pelaksanaan penelitian ... 45

3. Tahap pengolahan data ... 45

H. Metode analisa data ... 45

1. Uji Normalitas ... 46

2. Uji Linieritas ... 47

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian... 48

1. Jenis kelamin subjek penelitian ... 48

2. Usia subjek penelitian ... 49

B. Hasil Penelitian ... 49

1. Hasil uji asumsi ... 50

2. Hasil utama penelitian ... 52


(10)

C. Pembahasan ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Cetak biru skala proses pengambilan keputusan membeli ... 37

Tabel 2 Cetak biru skala persepsi terhadap resiko ... 38

Tabel 3 Distribusi aitem-aitem hasil uji coba skala proses pengambilan keputusan membeli……….. ... 42

Tabel 4 Distribusi aitem-aitem skala penelitian proses pengambilan keputusan membeli ... 43

Tabel 5 Distribusi aitem-aitem hasil uji coba skala persepsi terhadap resiko ... 43

Tabel 6 Distribusi aitem-aitem skala penelitian persepsi terhadap resiko ... 44

Tabel 7 Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin ... 48

Tabel 8 Gambaran subjek penelitian berdasarkan usia ... 49

Tabel 9 Normalitas sebaran variabel proses pengambilan keputusan membeli dan persepsi terhadap resiko ... 50

Tabel 10 Hasil pengujian linieritas ... 52

Tabel 11 Hasil ringkasan analisa regresi ... 53

Tabel 12 Perbandingan mean empirik dan mean teoritik proses pengambilan keputusan membeli ... 54

Tabel 13 Kategorisasi Proses Pengambilan Keputusan Membeli ………. 55

Tabel 14 Perbandingan mean empirik dan mean hipotetik persepsi konsumen terhadap resiko………. ... 56

Tabel 15 Kategorisasi persepsi terhadap resiko………. ... 57

Tabel 16 Matriks kategorisasi variabel persepsi terhadap resiko dan proses pengambilan keputusan membeli………. ... 57


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Grafik Normalitas ... 51


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

I. A. LATAR BELAKANG MASALAH

Komputer merupakan alat yang sudah tidak asing lagi bagi banyak orang. Sebenarnya, kata komputer semula dipergunakan untuk menggambarkan orang yang bekerja melakukan perhitungan aritmatika, dengan atau tanpa alat bantu, namun kini penggunaan kata komputer lebih diartikan sebagai alat yang dipakai untuk mengolah informasi menurut prosedur yang telah dirumuskan, yakni mengarah kepada benda/mesinnya (Jajang, 2005). Perkembangan komputer sendiri sekarang sudah sangat pesat. Perusahaan-perusahaan penghasil komputer berlomba-lomba menghasilkan produk komputer yang semakin canggih teknologinya (Choney, 2008). Perusahaan-perusahaan pembuat komputer terkenal misalnya International Business Machines Corporation (IBM), Apple Computer Incorporation, Hewlett Packard, Compaq Computer, Dell Computer, Intel, dan masih banyak lagi perusahaan produsen komputer lain yang produk komputernya turut meramaikan pasar produksi komputer (Arsianto, 2007).

Salah satu jenis komputer yang banyak dipakai oleh konsumen adalah

personal computer (selanjutnya disingkat PC). PC merupakan komputer yang

dirancang untuk digunakan oleh satu orang (Jajang, 2005). Penggunaan PC sendiri sangat luas. Sebut saja, misalnya lingkungan perkantoran, sektor-sektor industri seperti Bank, jasa pengiriman, pabrik (industri), semuanya memanfaatkan fasilitas teknologi informasi di mana PC yang menjadi medianya. Begitu pula dengan


(14)

dunia pendidikan. Teknologi informasi pun selalu dikembangkan ke arah pendidikan agar selalu dapat memberikan kemudahan pengaksesan informasi, penyampaian, serta pembelajaran. Teknologi informasi membuat pendidikan menjadi lebih informatif dan komplit. Kebutuhan akan teknologi informasi inilah yang mendorong penggunaan PC semakin meningkat (Ardiansyah, 2008).

Salah satu elemen penting dalam dunia pendidikan yang menggunakan fasilitas PC adalah mahasiswa (Muhammadiyah, 2008). Kegiatan perkuliahan yang mereka jalani menuntut mereka memanfaatkan PC. Debhie, seorang mahasiswa mengatakan.

…“ya PC tu penting bangetlah…tugas-tugas itu kan mesti dikerjain pake PC…mana bisa ditulis tangan. Bisa-bisa ntar gak lulus dong” … (Komunikasi

personal, Juni 2008).

Hanifa, mahasiswa yang lain berkomentar pada saat ditanya tentang pentingnya PC dalam kegiatan perkuliahannya.

… “aduh ngga usah ditanya…90% tugas itu wajib dikerjain pake PC…kalo ngga ada PC susah deh. Apalagi di kampusku…udah tugasnya segudang. Trus lebih bagusnya lagi kalo punya sendiri. Soalnya kalo ngandalin rental susah juga…kita kan lebih nyaman ngerjain tugas di rumah daripada di tempat umum kaya di rental kan…pokoknya kalo buat aku pribadi, punya PC hampir wajiblah hehehe” … (Komunikasi personal, Juni 2008).

Fasilitas wireless fidelity atau yang biasa disebut wi-fi yang sekarang disediakan di kampus-kampus juga menjadi fenomena tersendiri bagi tingginya kebutuhan mahasiswa terhadap PC. Internet membuka sumber informasi yang tadinya susah diakses (Muhammadiyah, 2008). Mahasiswa yang memiliki laptop atau notebook dapat mengakses internet bebas tanpa dikenai biaya apapun apabila berada dalam daerah hot-spot, yaitu daerah yang masih mendapat jaringan dari


(15)

penyedia jaringan. Hal ini tentu tepat mengisi kebutuhan mahasiswa yang dituntut untuk menggunakan internet. Seperti komentar Reny:

…“dosen-dosen sekarang banyak menuntut kita mencari informasi dari luar. Misalnya kita dituntut buat punya jurnal-jurnal internasional sebagai referensi…selain itu di internet juga banyak kasus-kasus yang bisa dijadikan bahan diskusi. Intinya zaman sekarang ini internet tu udah hampir sama penting lah kaya tivi…makanya kalo ada fasilitas yang ngasi kita kesempatan buat akses internet gratis, wah…itu menguntungkan banget. Abis, kalo di warnet sebenarnya kan mahal juga, sedangkan kita tuh kalo searching-searching sesuatu mana bisa sebentar…paling nggak dua jaman lah” … (Komunikasi personal, Juni 2008).

Petikan-petikan wawancara di atas menunjukkan bahwa PC merupakan fasilitas yang sangat penting bagi mahasiswa. Oleh karena itu, tidak heran bila mahasiswa merupakan pengguna PC yang jumlahnya tidak sedikit (Ardiansyah, 2008).

Banyaknya pilihan PC yang ada di pasar membuat mahasiswa sebagai konsumen harus memilih dalam membeli PC. Konsumen menghadapi banyak pilihan, mulai dari desktop yang berukuran besar dan komplit isinya, sampai laptop yang berukuran mini dan ringan (Choney, 2008). Pada saat hendak membeli, biasanya konsumen lebih dahulu mencari informasi tentang merek-merek PC dengan segala spesifikasinya. Pencarian ini bisa dilakukan pada sumber-sumber pribadi misalnya keluarga dan teman, atau sumber-sumber resmi misalnya tabloid atau majalah khusus PC atau bahkan langsung ke toko penjual PC. Pada umumnya konsumen yang hendak membeli PC akan bertanya tentang harga PC, tipe layar (display), kecepatan pemrosesan, ukuran hard-disk, sampai pada jenisnya (laptop atau desktop). Informasi yang didapat ini kemudian yang menjadi dasar pertimbangan alternatif mana yang akan dipilih. Alternatif yang dipilih adalah alternatif yang dianggap dapat memenuhi kebutuhannya terhadap


(16)

PC dan juga sesuai dengan sumber yang dimilikinya (misalnya uang). Tahap-tahap yang dilalui konsumen sehingga memperoleh satu alternatif inilah yang kemudian akan membawa mereka ke dalam sebuah pengambilan keputusan (Schiffman & Kanuk, 2004).

Schiffman & Kanuk (1983) mengartikan keputusan sebagai pemilihan dari dua atau lebih alternatif tindakan yang ada. Oleh karena itu, pengambilan keputusan dalam membeli merupakan pemilihan dari dua atau lebih alternatif dalam proses pembelian yang dilakukan oleh seorang konsumen. Berkowitz (2002) mengatakan proses keputusan pembelian merupakan tahap-tahap yang dilalui konsumen dalam menentukan pilihan tentang produk dan jasa yang hendak dibeli.

Engel (1995) membagi proses pengambilan keputusan konsumen membeli atas enam tahapan, yaitu tahap pengenalan masalah, tahap pencarian informasi, tahap evaluasi alternatif sebelum pembelian, tahap pembelian, tahap konsumsi dan tahap evaluasi alternatif setelah pembelian. Tahap pertama terjadi ketika tercipta persepsi akan adanya perbedaan antara kondisi yang diinginkan dengan keadaan yang sebenarnya. Timbulnya persepsi ini akan mendorong orang tersebut untuk mencari informasi tentang bagaimana cara untuk mengatasi perbedaan tersebut. Tahap ketiga adalah evaluasi alternatif, di mana konsumen mengevaluasi pilihan-pilihan yang ada beserta keuntungannya masing-masing dan menyempitkan pilihan pada alternatif yang disukai. Proses selanjutnya adalah pembelian, yaitu tahap di mana konsumen menentukan bagaimana pembelian akan dilakukan. Tahap kelima adalah konsumsi, di mana konsumen menentukan bagaimana


(17)

konsumsi akan dilakukannya. Tahap keenam adalah evaluasi alternatif setelah pembelian, di mana dalam tahap ini konsumen melakukan evaluasi tentang sejauh mana konsumsi memberikan kepuasan.

Konsumen tidak sama dalam melalui tahapan-tahapan di atas. Ada kalanya konsumen melalui proses yang rumit dan panjang, ada kalanya konsumen melalui proses yang sederhana. Engel (1995) membagi proses pengambilan keputusan ke dalam tiga tingkatan. Ketika konsumen melalui proses yang rumit di mana ia melakukan banyak evaluasi, maka ia dikatakan terlibat dalam pengambilan keputusan diperluas. Sebaliknya, ketika ia terlibat dalam proses pengambilan keputusan yang sederhana di mana ia tak melakukan pencarian ataupun evaluasi yang mendalam, maka ia dikatakan terlibat dalam pengambilan keputusan terbatas. Variasi dalam proses pengambilan keputusan ini dapat dibuat dalam satu kontinum (Engel, 1995).

Ada banyak faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan membeli pada konsumen. Engel (1995) mengemukakan bahwa faktor tersebut dapat berupa faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal berupa budaya, kelas sosial, demografi, pengaruh kelompok dan keluarga. Faktor internal berupa belajar dan ingatan, gaya hidup, sikap, motivasi dan kepribadian dan persepsi. Persepsi merupakan proses yang di dalamnya individu memilih, membentuk dan menginterpretasi informasi untuk menciptakan gambaran yang bermakna tentang dunia (Schiffman & Kanuk, 2004). Salah satu persepsi yang penting dalam proses pengambilan keputusan adalah persepsi terhadap resiko (Berkowitz, 2002). Persepsi terhadap resiko merupakan adanya suatu perasaan oleh konsumen bahwa


(18)

keputusan yang dilakukannya akan menghasilkan suatu konsekuensi yang tak dapat diantisipasi dengan suatu perkiraan yang pasti (Schiffman & Kanuk, 2004).

Resiko sendiri terdiri atas enam jenis, yakni resiko fungsional, resiko fisik, resiko finansial, resiko sosial, resiko psikologis dan resiko waktu. Resiko memiliki dua dimensi, yakni ketidakpastian dan konsekuensi (Schiffman & Kanuk, 2004). Ketidakpastian merupakan perasaan konsumen akan adanya kemungkinan bahwa keputusan yang dibuatnya mendatangkan hasil yang tidak menyenangkan. Konsekuensi merupakan jumlah kerugian yang dialami oleh konsumen bila keputusan yang dibuatnya mendatangkan hasil yang tidak menyenangkan (Zikmund & Scott, 1974). Robertson, Zielinski & Ward (1984) mengatakan bahwa persepsi terhadap resiko terbentuk karena adanya dimensi ketidakpastian (uncertainty) dan tingkat kepentingan (importance) dari keputusan yang akan dibuat. Persepsi terhadap resiko paling tinggi terjadi ketika konsumen harus membuat keputusan dalam situasi yang tidak pasti namun penting.

Konsumen yang mempersepsikan adanya resiko mengembangkan berbagai macam cara untuk mengatasi persepsi tersebut. Cara ini akan menolong mereka dalam meningkatkan rasa percaya diri mereka dalam membuat keputusan, meskipun sebenarnya situasi yang mereka hadapi masih tetap tidak pasti. Contoh cara yang digunakan konsumen untuk mengatasi resiko yang mereka terima adalah dengan mencari informasi dari berbagai sumber, bisa dari sumber-sumber pribadi misalnya teman dan keluarga, maupun sumber umum contohnya majalah konsumen (Schiffman & Kanuk, 2004).


(19)

Jarvenpaa, Tractinsky & Vitale (2000) dalam Lowengart (2001) mengatakan bahwa penelitian yang diadakan di tiga negara, yaitu Australia, Israel dan Finlandia telah membuktikan bahwa sikap dan persepsi konsumen terhadap resiko mempengaruhi intensi konsumen untuk membeli di suatu toko. Zikmund & Scott (1974) mengemukakan bahwa adanya persepsi terhadap resiko dapat mempengaruhi pemilihan merek, penanganan informasi dan perilaku berbelanja.

Schiffman-Kanuk (2004) menjelaskan bahwa persepsi terhadap resiko dapat muncul salah satunya karena faktor kategori produk yang akan dibeli oleh konsumen. Lowengart (2001) dalam jurnalnya mengatakan bahwa produk yang berkualitas pengalaman (experience-quality) merupakan produk yang dianggap memiliki resiko yang tinggi. Produk-produk yang berkualitas pengalaman merupakan produk-produk yang memiliki kualitas yang tidak diketahui dan memiliki kecenderungan akan adanya malfungsi fisik. Pembelian produk-produk seperti ini dapat menimbulkan persepsi terhadap resiko. Misalnya pada saat seorang konsumen hendak membeli PC. Makin besar persepsi terhadap resiko yang dirasakan oleh konsumen pada saat ia membeli PC, makin besar pula harapannya bahwa ia akan mengalami kerugian. Harapan ini akan mendorong konsumen melakukan usaha-usaha tertentu, misalnya melakukan pencarian informasi yang lebih luas. Tujuan dari dilakukannya usaha ini adalah meningkatkan rasa percaya dirinya dalam membuat keputusan. Usaha-usaha ini pada akhirnya akan mempengaruhi proses pengambilan keputusan membeli yang dilalui oleh konsumen.


(20)

Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat adanya pengaruh persepsi terhadap resiko pembelian PC pada proses pengambilan keputusan membeli konsumen. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melihat pengaruh tersebut.

B. PERUMUSAN MASALAH

Apakah ada pengaruh persepsi terhadap resiko pembelian PC pada proses pengambilan keputusan membeli konsumen?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh persepsi terhadap resiko pembelian PC pada proses pengambilan keputusan membeli konsumen.

D. MANFAAT PENELITIAN

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberi dua manfaat, yaitu: manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis.

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk pengembangan ilmu psikologi, khususnya di bidang Psikologi Industri dan Organisasi, terutama tentang perilaku konsumen. Penelitian ini akan memberikan informasi tentang pengaruh persepsi terhadap resiko pembelian PC pada proses pengambilan keputusan membeli konsumen.


(21)

2. Manfaat praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh para pelaku pasar, khususnya yang bergerak di bidang penjualan maupun distribusi PC. Dengan mengetahui seberapa besar pengaruh persepsi terhadap resiko, maka para pelaku pasar tersebut dapat mengembangkan strategi pasar yang efektif, misalnya apabila terbukti persepsi resiko memiliki pengaruh yang signifikan terhadap proses pengambilan keputusan membeli, maka dapat dikembangkan suatu metode yang dapat mengurangi persepsi terhadap resiko pada suatu merek PC, misalnya dengan memberikan jaminan garansi uang kembali apabila pemakaian tidak memuaskan. Apabila penelitian ini tidak terbukti, maka para pelaku pasar tidak perlu memfokuskan diri kepada usaha untuk mengurangi persepsi konsumen terhadap resiko, namun sebaiknya lebih memfokuskan diri pada faktor-faktor lain yang lebih berpengaruh pada proses pengambilan keputusan membeli yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

E. SISTEMATIKA PENULISAN BAB I PENDAHULUAN

Berisi uraian singkat mengenai gambaran latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Teori proses pengambilan keputusan membeli yang terdiri atas pengertian proses pengambilan keputusan membeli, tahapan-tahapan


(22)

dalam proses pengambilan keputusan membeli, tingkatan proses pengambilan keputusan membeli, faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan membeli, teori persepsi terhadap resiko terdiri atas pengertian persepsi, pengertian resiko, macam-macam resiko, dimensi resiko, hal-hal yang dapat mempengaruhi timbulnya persepsi terhadap resiko, cara-cara konsumen mengatasi persepsi terhadap resiko yang dirasakannya dan pengertian persepsi terhadap resiko. Bab ini juga mengemukakan hipotesa sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang menjelaskan pengaruh persepsi terhadap resiko pembelian PC pada proses pengambilan keputusan membeli konsumen.

BAB III METODE PENELITIAN

Identifikasi variabel penelitian, definisi operasional penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data dan metode analisa data.

Variabel dalam penelitian ini adalah persepsi terhadap resiko sebagai variabel bebas dan proses pengambilan keputusan membeli sebagai variabel tergantung. Alat ukur yang digunakan adalah skala, yang terdiri dari dua skala yaitu skala persepsi terhadap resiko dan skala proses pengambilan keputusan membeli. Teknik yang digunakan untuk menganalisa data penelitian adalah teknik analisa regresi untuk melihat pengaruh persepsi terhadap resiko pembelian PC pada proses pengambilan keputusan membeli konsumen.


(23)

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menjelaskan tentang gambaran subjek penelitian, laporan hasil penelitian yang meliputi kategorisasi data penelitian, hasil uji asumsi meliputi uji normalitas dan linieritas, hasil utama penelitian, dan pembahasan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memuat mengenai kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dijelaskan di bab sebelumnya. Selain itu, bab ini juga akan memuat saran penyempurnaan penelitian berikutnya


(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Proses Pengambilan Keputusan Membeli

1. Pengertian Proses Pengambilan Keputusan Membeli

Proses pengambilan keputusan membeli merupakan suatu proses pemecahan masalah (John Dewey dalam Engel, 1995). Sejalan dengan pengertian tersebut, Peter & Olson (2002), juga menggolongkan proses pengambilan keputusan membeli sebagai proses pemecahan masalah. Proses ini diawali dengan adanya persepsi konsumen akan adanya suatu masalah karena adanya keinginan yang tidak terpenuhi. Konsumen akhirnya membuat keputusan tentang perilaku mana yang ingin ditampilkan untuk mencapai tujuan mereka dan memecahkan masalah. Schiffman-Kanuk (2004) mengartikan keputusan sebagai pemilihan dari dua atau lebih alternatif tindakan yang ada, jadi, keputusan hanya dapat dibuat jika ada beberapa alternatif yang dapat dipilih. Proses pengambilan keputusan membeli merupakan pemilihan dari dua atau lebih alternatif yang dapat dipilih dalam proses pembelian yang dilakukan oleh seorang konsumen.

Berkowitz (2002) mengatakan proses keputusan pembelian merupakan tahap-tahap yang dilalui pembeli dalam menentukan pilihan tentang produk dan jasa yang hendak dibeli.

Loudon & Della Bitta (1993) mengatakan bahwa proses pengambilan keputusan membeli merupakan keputusan konsumen tentang apa yang hendak


(25)

dibeli, berapa banyak yang akan dibeli, di mana akan dilakukan, kapan akan dilakukan dan bagaimana pembelian akan dilakukan.

Proses kunci dari proses pengambilan keputusan membeli adalah proses integrasi di mana pengetahuan dikombinasikan untuk mengevaluasi semua alternatif yang ada dan akhirnya memilih satu. Hasil pemilihan ini secara kognitif dianggap sebagai intensi perilaku yang kemudian dapat disebut sebagai rencana untuk terikat dalam satu atau lebih perilaku (Peter & Olson, 2002).

Berdasarkan berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa proses pengambilan keputusan membeli merupakan proses pemecahan masalah oleh konsumen mengenai produk atau jasa yang hendak dibeli dengan cara memilih perilaku yang ingin ditampilkan melalui tahapan-tahapan pembelian.

2. Tahapan-tahapan dalam Proses Pengambilan Keputusan Membeli

Engel (1995) membagi proses pengambilan keputusan konsumen membeli atas enam tahapan. Tahap-tahap tersebut adalah:

a. Pengenalan kebutuhan

Proses yang terjadi dalam tahap ini adalah terciptanya persepsi akan adanya kesenjangan antara kondisi yang diinginkan dan kondisi yang sebenarnya. Proses pengenalan kebutuhan merupakan proses yang paling penting, karena pada tahap inilah seorang konsumen merasa suatu perbedaan kondisi sebagai masalah atau tidak, sehingga dapat mengaktifkan proses pengambilan keputusan.


(26)

b. Pencarian informasi

Setelah mengenali adanya kebutuhan, konsumen akan melakukan pencarian informasi yang relevan dari memorinya sendiri. Pencarian ini merupakan pencarian internal. Apabila konsumen merasa pencarian tersebut tidak cukup, maka ia akan melakukan pencarian secara eksternal, yaitu pencarian informasi dari lingkungannya. Pencarian ini misalnya bertanya kepada sumber-sumber pribadi seperti teman dan keluarga, sumber-sumber umum misalnya majalah konsumen dan iklan, sumber pemasaran misalnya karyawan toko atau bisa juga dengan langsung mencoba suatu produk.

c. Evaluasi alternatif sebelum pembelian

Pada tahap ini, konsumen membandingkan alternatif-alternatif yang sudah dikumpulkan sebelumnya, mengevaluasi keuntungan maupun kerugian masing-masing alternatif tersebut dan menyempitkan pilihan pada alternatif yang disukai. d. Tahap pembelian

Proses yang terjadi pada tahap ini adalah konsumen memutuskan bagaimana cara pembelian akan dilakukan, kapan pembelian akan dilakukannya, di toko apa pembelian akan dilakukan, dan apa yang akan dibelinya. Tidak jarang konsumen akhhirnya memilih untuk membeli sesuatu yang berbeda dari yang direncanakan sebelumnya, karena adanya faktor-faktor lain, misalnya diskon, yang dirasa lebih memberikan keuntungan baginya.

e. Konsumsi

Pada tahap ini konsumen menentukan cara yang akan ditempuhnya dalam mengkonsumsi barang yang sudah dibeli. Konsumsi bisa saja dilakukan segera


(27)

setelah pembelian dilakukan, atau konsumen memutuskan untuk menyimpan sementara barang yang sudah dibeli atau dapat juga menyimpannya dalam waktu yang lama dan tak dapat ditentukan. Konsumen juga memutuskan akan seperti apa konsumsi dilakukan, apakah pemakaian dilakukan seperti yang dilakukan orang pada umumnya, atau apakah pemakaian disertai dengan barang-barang lain. f. Evaluasi alternatif setelah pembelian

Proses yang terjadi dalam tahap ini adalah evaluasi yang dilakukan oleh konsumen tentang sejauh mana konsumsi memberikan kepuasan. Konsumen akan membandingkan harapan yang dimilikinya di awal saat melakukan proses pembelian dengan kinerja produk yang sudah dibelinya. Respon puas akan timbul bila konsumen merasa kinerja produk yang dibelinya lebih besar daripada harapan awalnya. Sebaliknya, bila harapan awal yang lebih besar, maka yang akan timbul adalah respon tidak puas.

Konsumen terkadang mengalami keraguan atau kecemasan tentang keputusan pembeliannya, yang dikenal sebagai pertentangan pasca pembelian atau post

purchase dissonance (Munandar, 2001). Untuk mengurangi pertentangan pasca

pembelian tersebut, individu menggunakan beberapa strategi (Schiffman & Kanuk, 2004), yaitu :

a. Merasionalisasikan keputusannya sebagai keputusan yang terbaik,

b. Mencari infomasi yang mendukung pilihannya dan menghindari produk yang berbeda.

c. Berusaha mempengaruhi teman, orang lain untuk membeli produk yang sama, atau


(28)

d. Merasa puas pada produk untuk menentramkan diri.

3. Tingkatan dalam proses pengambilan keputusan membeli

Engel dkk (1995) menjelaskan tingkatan dalam proses pengambilan keputusan lebih terperinci menjadi 3 tingkatan dalam suatu kontinum yaitu:

a. Pengambilan Keputusan Diperluas

Pada pengambilan keputusan diperluas, konsumen terbuka pada informasi dari berbagai sumber dan termotivasi untuk membuat pilihan yang tepat. Pengambilan keputusan ini meliputi proses yang melibatkan pencarian informasi internal maupun eksternal yang intensif, diikuti oleh evaluasi yang kompleks atas sejumlah besar alternatif yang tersedia. Keenam tahapan proses pengambilan keputusan di ikuti meskipun tidak berurutan dan akan banyak alternatif yang di evaluasi. Jika hasil yang diharapkan terpenuhi, maka keputusan ditunjukkan dalam bentuk rekomendasi pada orang lain dan keinginan untuk membeli kembali. Sejalan dengan Engel, Solomon (2004) mengatakan bahwa dalam pengambilan keputusan diperluas, pada tahap pencarian informasi, konsumen terbuka pada sumber informasi yang berbeda, menggunakan banyak kriteria alternatif yang dievaluasi, mengunjungi berbagai toko-toko dan sering melakukan komunikasi dengan penjual ketika melakukan pembelian.

b. Pengambilan Keputusan Antara

Pengambilan keputusan ini berada di antara kedua titik ekstrim yaitu pengambilan keputusan diperluas dan pengambilan keputusan terbatas. Tahap


(29)

pencarian informasi dan evaluasi alternatif juga dilakukan oleh konsumen tetapi intensitasnya terbatas.

c. Pengambilan Keputusan Terbatas

Pengambilan keputusan terbatas meliputi pencarian informasi secara internal maupun eksternal terbatas, sedikit alternatif, aturan pengambilan keputusan sederhana atas sejumlah kecil atribut, dan evaluasi purna pembelian yang rendah. Di sini konsumen menyederhanakan proses dan mengurangi jumlah dan variasi dari sumber informasi alternatif serta kriteria yang digunakan untuk evaluasi. Pilihan biasanya dibuat dengan mengikuti aturan yang sederhana seperti membeli merek yang dikenal atau membeli dengan memilih harga yang termurah ataupun untuk mencoba yang baru sehingga mengarah pada ganti-ganti merek. Pencarian yang ekstensif dan evaluasi alternatif dihindari karena proses pembelian diasumsikan sebagai hal tidak penting bagi konsumen. Solomon (2004) menambahkan bahwa dalam pengambilan keputusan terbatas konsumen tidak menggunakan pencarian informasi secara eksternal serta menggunakan waktu berbelanja yang terbatas dan pemilihan produk dipengaruhi oleh apa yang dipajang di toko ketika melakukan pembelian. Proses pengambilan keputusan dalam membeli dipengaruhi oleh beberapa faktor yang akan dijelaskan pada bagian selanjutnya.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pengambilan Keputusan Membeli

Menurut Engel dkk. (1995) proses pengambilan keputusan membeli pada konsumen dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dikelompokkan menjadi


(30)

dua bagian yaitu yang berasal dari lingkungan (eksternal) dan yang bersifat individual (internal).

Beberapa faktor yang berasal dari lingkungan (eksternal) yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan membeli konsumen (Engel dkk, 1995) antara lain : a. Budaya

Aspek kebudayaan menjadi dasar nilai, keyakinan, dan tindakan konsumen yang secara tidak langsung mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan membelinya.

b. Kelas sosial

Kelas sosial mengacu pada pengelompokan orang yang sama dalam perilaku. Mereka berdasarkan posisi ekonomi mereka di dalam pasar. Ada beberapa aspek yang menentukan kelas sosial (Kahl, dalam Engel dkk, 1995) yaitu pekerjaan, pendidikan, dan pendapatan.

c. Demografi

Harrel (1986) mengemukakan bahwa perilaku konsumen lebih menekankan pada aspek-aspek yang menetap yang mengacu pada populasi suatu daerah yang bersifat kuantitatif seperti usia, pendapatan, pekerjaan, jenis kelamin, pendidikan, dan kode wilayah. Sementara itu, Engel dkk (1995) mengemukakan bahwa faktor demografi yaitu status sosial ekonomi meliputi pekerjaan, pendapatan dan kekayaan.

d. Pengaruh kelompok

Kebanyakan perilaku konsumen dipengaruhi oleh kelompok (Hasbro, dalam Engel dkk, 1995). Dalam hal ini khususnya dipengaruhi oleh kelompok


(31)

referensi, dimana cara berpikir dan nilai yang dianut kelompok mempengaruhi secara bermakna perilaku individu.

e. Keluarga

Keluarga adalah "pusat pembelian" yang merefleksikan kegiatan dan pengaruh individu yang membentuk keluarga yang bersangkutan (Engel dkk, 1995). Individu membeli produk untuk dipakai sendiri dan untuk dipakai oleh anggota keluarga lain. Keluarga merupakan variabel struktural yang memberikan dampak bagi keputusan pembelian, yang terdiri dari usia kepala rumah tangga atau keluarga, status perkawinan, kehadiran anak, status pekerjaan, serta struktur peran suami istri dalam rumah tangga.

Faktor yang bersifat individual (internal) yang mempengaruhi pengambilan keputusan membeli yaitu :

a. Belajar dan Ingatan

Perilaku konsumen sangat dipengaruhi oleh pengalaman belajar yang akan menentukan tindakan dan pengambilan keputusan membeli bagi konsumen. Seseorang harus mempelajari semua hal yang berkaitan dengan performa, keberadaan, nilai, pilihan produk, kemudian menyimpan informasi tersebut dalam ingatan.

b. Gaya hidup

Gaya hidup adalah fungsi dari karakteristik seseorang yang telah terbentuk melalui interaksi sosial. Harrel (1986) mendefinisikan gaya hidup sebagai bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, mengalokasikan uang dan waktu. Kotler (2001) mengemukakan bahwa gaya hidup seseorang adalah pola


(32)

hidup seseorang dalam kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapat (opini) yang bersangkutan. Gaya hidup individu didasari oleh konsep dirinya yaitu sikap yang dianut seseorang terhadap dirinya.

c. Sikap

Sikap adalah evaluasi terhadap suatu objek (Morgan dkk, 1989). Sedangkan menurut Hawkins dkk. (1986) sikap merupakan cara berpikir, merasa dan bertindak terhadap beberapa aspek dari lingkungan. Ada tiga komponen sikap, yaitu, kognitif, afektif dan perilaku. Kognitif berarti keyakinan atau pengetahuan individu terhadap objek. Afektif berarti perasaan atau reaksi emosional terhadap objek. Sedangkan perilaku merefleksikan tindakan yang tampak dan pernyataan dari intensi perilaku dengan mempertimbangkan atribut fisik dari suatu objek. Ketiga komponen sikap akan konsisten satu sama lainnya.

d. Motivasi dan kepribadian

Motivasi adalah dorongan atau kekuatan yang menggerakkan perilaku dan memberikan arah serta tujuan bagi perilaku seseorang. Sedangkan motif adalah konstruk yang menggambarkan kekuatan dalam diri yang tidak dapat diamati, yang merangsang respon perilaku dan memberikan arah spesifik terhadap respon tersebut. Ketika motivasi mengarahkan kekuatan yang mengakibatkan perilaku seseorang memiliki tujuan, maka kepribadian akan mengarahkan perilaku yang dipilih untuk mencapai tujuan dalam situasi yang berbeda.


(33)

Dasar dari pengambilan keputusan konsumen adalah adanya informasi. Konsumen mengumpulkan informasi, memprosesnya, menambah, dan menyimpan sebagian informasi, serta menambah dan menggabungkan informasi yang baru dengan yang lama. Proses inilah yang membentuk persepsi. Persepsi inilah selanjutnya yang akan menghasilkan suatu pemecahan masalah dalam bentuk adanya keputusan.

Berkowitz (2002) mengatakan, salah satu persepsi yang mempengaruhi konsumen adalah persepsi terhadap resiko. Persepsi ini muncul ketika seorang konsumen merasakan kecemasan karena adanya konsekuensi negatif dari keputusan pembelian yang dilakukannya.

B. Persepsi terhadap Resiko 1. Pengertian Persepsi

Schiffman & Kanuk (2004) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses di mana individu memilih, menyusun dan menginterpretasi rangsangan ke dalam gambaran dunia yang berhubungan dan bermakna. Peter & Olson (2002) mengartikan persepsi sebagai cara seseorang menerima dan menginterpretasi dunia sekitar mereka. Rangsangan dapat masuk melalui indera penglihatan, penciuman, pendengaran, sentuhan dan pengecapan.

Chaplin (1999) mengemukakan persepsi sebagai proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera. Proses ini dimulai dengan perhatian, yaitu proses pengamatan selektif. Persepsi merupakan upaya


(34)

mengamati dunia, mencakup pemahaman dan mengenali atau mengetahui objek-objek serta kejadian.

Berdasarkan berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses di mana seseorang menerima, mengenali dan memahami rangsangan yang datang pada dirinya, baik lewat indera penglihatan, penciuman, pendengaran, sentuhan maupun pengecapan menjadi suatu gambaran yang bermakna.

2. Pengertian Resiko

Konsumen terkadang menghadapi suatu situasi yang tidak pasti dalam mengambil keputusan. Situasi ini dapat timbul karena keputusan yang dibuat berpotensi menimbulkan konsekuensi negatif. Hal ini membuat seorang konsumen mempersepsikan adanya resiko (Schiffman & Kanuk, 2004).

Konsep resiko yang diterima oleh konsumen ini (perceived risk) didefinisikan sebagai: “suatu perasaan oleh konsumen bahwa keputusan yang dibuatnya akan menghasilkan konsekuensi dimana ia tak dapat mengantisipasinya dengan suatu perkiraan yang pasti” (Schiffman & Kanuk, 2004). Harrel (1986) mendefinisikan resiko sebagai “perasaan yang dirasakan oleh pembeli bahwa pembeliannya terhadap suatu produk tertentu dapat menghasilkan suatu konsekuensi yang tidak menyenangkan”.

Raymond Bauer (dalam Runyon & Stewart, 1987) mengemukakan bahwa perilaku konsumen dipengaruhi oleh resiko di mana seorang konsumen merasa tindakan yang dibuatnya menghasilkan suatu konsekuensi yang tak dapat


(35)

diantisipasi dengan suatu perkiraan yang pasti, dan konsekuensi-konsekuensi tersebut adalah konsekuensi yang tidak menyenangkan.

Berdasarkan berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa resiko adalah perasaan konsumen bahwa keputusan pembelian yang dibuatnya memiliki kemungkinan mendatangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan.

3. Pengertian Persepsi terhadap Resiko

Berdasarkan berbagai definisi di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa persepsi terhadap resiko adalah proses di mana seorang konsumen menerima, mengenali dan memahami rangsangan yang datang pada dirinya, lewat indera-indera yang ada dan menimbulkan perasaan bahwa keputusan pembelian yang dibuatnya memiliki kemungkinan mendatangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan.

4. Macam-macam Resiko

Ada beberapa macam resiko yang dapat diterima oleh seorang konsumen. Macam-macam resiko tersebut yaitu:

a. Resiko fungsional

Resiko fungsional adalah keragu-raguan konsumen bahwa suatu produk akan berfungsi sebagaimana yang diinginkan. Pertanyaan-pertanyaan yang sering timbul pada konsumen adalah:

1) akankah ia berfungsi sebagaimana mestinya? 2) kapan ia akan habis?

3) akankah ia bekerja sebanding dengan atau lebih baik dari produk saingannya?


(36)

b. Resiko fisik

Resiko fisik adalah kekhawatiran konsumen bahwa suatu produk dapat menyebabkan suatu bahaya fisik tertentu. Pertanyaan-pertanyaan yang sering timbul pada konsumen adalah:

1) amankah digunakan?

2) apakah ia menyebabkan ancaman fisik tertentu terhadap orang lain? 3) apakah ia menyebabkan bahaya tertentu bagi lingkungan?

c. Resiko finansial

Resiko finansial adalah keragu-raguan konsumen bahwa suatu produk akan memberikan manfaat sebanding dengan banyaknya uang yang dikeluarkan untuk memperolehnya. Pertanyaan-pertanyaan yang sering timbul pada konsumen adalah:

1) apakah ini yang terbaik aku bisa dapatkan dengan kondisi keuanganku? 2) apakah berfungsi sesuai dengan uang yang aku habiskan?

d. Resiko sosial

Resiko sosial adalah kekhawatiran konsumen bahwa produk yang dikonsumsinya akan mendapat respon negatif dari orang-orang di sekelilingnya. Contoh pertanyaan yang sering timbul pada konsumen adalah:

1) akankah keluarga dan temanku setuju?


(37)

3) apakah sama dengan produk yang digunakan dengan kelompok dimana aku bergabung?

e. Resiko psikologis

Resiko psikologis adalah kekhawatiran konsumen bahwa suatu produk tidak akan memenuhi ego atau keinginannya. Contoh pertanyaan yang sering muncul adalah:

1) apakah aku akan merasa nyaman menggunakannya? 2) apakah mengesankan orang lain?

3) apakah cocok buatku? f. Resiko waktu

Resiko waktu adalah kekhawatiran konsumen bahwa waktu yang dihabiskannya dalam mencari suatu produk akan sia-sia apabila produk yang dibeli tidak sebagus yang diharapkan. Contoh pertanyaan yang sering muncul adalah “apakah aku harus terus melakukan pencarian?”

5. Dimensi Resiko

Schiffman & Kanuk (2004) mengatakan bahwa ada dua dimensi resiko, yakni konsekuensi dan ketidakpastian. Zikmund & Scott (1974) mendefinisikan ketidakpastian sebagai perasaan konsumen akan adanya kemungkinan bahwa keputusan yang dibuatnya mendatangkan hasil yang tidak menyenangkan. Konsekuensi merupakan perkiraan konsumen tentang besar kerugian yang dialaminya bila keputusan yang dibuatnya mendatangkan hasil yang tidak


(38)

menyenangkan.. Kedua dimensi inilah yang menghasilkan persepsi terhadap resiko.

Robertson, Zielinski & Ward (1984) mengemukakan dua dimensi yang membentuk persepsi terhadap resiko, yaitu ketidakpastian & kepentingan. Ketidakpastian merupakan tingkat sejauh mana konsumen merasa konsekuensi negatif akan terjadi, sedangkan kepentingan merupakan tingkat sejauh mana konsumen merasa ada kesenjangan antara kondisi yang diinginkan dan kondisi yang sebenarnya yang harus diselesaikan.

6. Hal-hal yang Dapat mempengaruhi Timbulnya Persepsi Terhadap Resiko

Persepsi terhadap resiko dapat timbul dalam karena sebab yang bervariasi. Sebab-sebab yang bervariasi tersebut adalah:

a. Tipe konsumen

Konsumen bervariasi dalam menerima resiko. Ada yang cenderung menerima resiko yang tinggi (high-risk perceivers) dalam memutuskan sesuatu, ada yang menerima resiko yang rendah (low-risk perceivers).

b. Kategori produk

Misalkan, seorang konsumen menganggap resiko yang diterima lebih besar saat membeli televisi daripada saat memilih alat-alat tulis. Hal ini masuk akal mengingat biaya yang harus dikeluarkan saat membeli televisi jauh lebih besar daripada saat membeli alat-alat tulis.

c. Situasi saat berbelanja

Misalkan, seorang konsuman merasa bahwa berbelanja lewat telefon lebih beresiko daripada berbelanja facto-face. Begitu pula berbelanja dengan


(39)

e-mail. Konsumen akan merasa bahwa resiko yang diterima lebih besar daripada berbelanja face-to-face.

d. Budaya

Ada perbedaan penerimaan resiko ditinjau dari negara-negara yang berbeda. Misalnya, penelitian membuktikan bahwa penerimaan resiko di Mexico lebih rendah daripada di Amerika Serikat.

7. Cara Konsumen Mengatasi Resiko yang Diterimanya

Konsumen mengembangkan banyak cara dalam mengatasi resiko yang diterimanya. Cara ini akan menolong mereka dalam meningkatkan rasa percaya diri mereka dalam membuat keputusan, meskipun sebenarnya situasi yang mereka hadapi masih tetap tidak pasti (Schiffman & Kanuk, 2004).

Di bawah ini adalah beberapa cara konsumen dalam mengatasi resiko yang mereka terima:

a. Mencari informasi

Konsumen akan mencari informasi dari berbagai sumber. Misalnya dari komunikasi mulut-ke-mulut yang bersumber dari keluarga, teman, dari orang-orang yang pendapatnya dipercaya, maupun dari orang-orang toko. Bisa juga informasi didapatkan lewat media massa. Cara ini masuk akal dan cukup efektif dalam mengurangi resiko yang diterima oleh konsumen, karena semakin banyak informasi yang diperoleh oleh seorang konsumen, maka


(40)

semakin terprediksi kondisi dari suatu produk sehingga dapat mengurangi resiko yang diterima oleh konsumen.

b. Memilih merek terkenal

Jika konsumen hendak memilih suatu kategori produk dimana ia tidak punya pengalaman sebelumnya, maka ia akan cenderung memilih merek yang sudah dikenal banyak orang. Bila suatu merek terkenal, berarti kualitasnya memang dapat dipercaya.

c. Konsumen bergantung pada citra toko

Jika konsumen tidak memiliki wawasan apapun mengenai suatu produk, maka ia akan memilih untuk berbelanja di toko yang terkenal dan memiliki reputasi. Asumsinya, reputasi toko merupakan jaminan bagi barang-barang yang dijual di dalamnya.

d. Konsumen akan membeli produk yang paling mahal

Konsumen menganggap harga berbanding lurus dengan kualitas. Jadi dengan membeli barang yang mahal, konsumen berpikir bahwa ia sudah membeli barang dengan kualitas terbaik.

e. Konsumen mencari jaminan

Konsumen yang tidak yakin dengan barang yang dibelinya akan mencari jaminan, mungkin melalui perjanjian garansi uang kembali, kualitas yang dibuktikan melalui uji coba laboratorium atau prepurchase trial (misalnya sampel gratis).


(41)

1. Pengertian Personal Computer

Jajang (2005) mengartikan personal computer (PC) sebagai komputer yang dirancang untuk digunakan oleh satu orang. Ardiansyah (2008) mengemukakan bahwa banyak sektor sekarang menggunakan PC, salah satunya adalah sektor pendidikan. Salah satu pelaku dalam sektor pendidikan yang memiliki kebutuhan yang tinggi terhadap PC adalah mahasiswa (Muhammadiyah, 2008).

2. Personal Computer Sebagai Produk yang Beresiko

Lowengart (2001) menyatakan bahwa PC merupakan barang dengan kualitas- pengalaman (experience-quality goods), di mana kualitas yang sebenarnya dari PC tersebut hanya dapat diketahui apabila sudah digunakan oleh konsumen. Selain kompleksitasnya yang melibatkan ketidakpastian, di dalamnya juga terintegrasi banyak komponen yang harus berfungsi bersama-sama agar dapat dikatakan berkualitas baik.

D. Pengaruh Persepsi terhadap Resiko Pembelian PC pada Proses Pengambilan Keputusan Membeli Konsumen

PC merupakan komputer yang dirancang untuk digunakan oleh satu orang (Jajang, 2005). PC digunakan di berbagai sektor, termasuk pendidikan. Salah satu konsumen PC dalam sektor pendidikan adalah mahasiswa (Muhammadiyah, 2008). Pilihan PC yang sekarang terdiri dari berbagai merek membuat konsumen harus memilih, alternatif yang paling sesuai dengan dirinya. Pemilihan inilah yang membuat konsumen terlibat dalam proses pengambilan keputusan (Schiffman & Kanuk, 2004).


(42)

Proses pengambilan keputusan membeli dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satunya adalah faktor persepsi terhadap resiko (Berkowitz, 2002). Persepsi terhadap resiko ini dapat muncul ketika seorang konsumen merasa bahwa keputusan pembelian yang dibuatnya berpotensi menghasilkan konsekuensi negatif (Schiffman & Kanuk, 2004).

Jarvenpaa, Tractinsky & Vitale (2000) dalam Lowengart (2001) mengemukakan dari hasil penelitian yang diadakan di tiga negara, yaitu Australia, Israel dan Finlandia, telah terbukti bahwa sikap dan persepsi konsumen terhadap resiko mempengaruhi intensi konsumen untuk membeli di suatu toko. Zikmund & Scott (1974) mengemukakan bahwa timbulnya persepsi terhadap resiko dapat mempengaruhi konsumen dalam pemilihan merek, penanganan informasi dan perilaku berbelanja.

Schiffman & Kanuk (2004) mengemukakan dua dimensi resiko, yakni konsekuensi dan ketidakpastian. Zikmund & Scott (1974) mendefinisikan ketidakpastian sebagai perasaan konsumen akan adanya kemungkinan bahwa keputusan yang dibuatnya mendatangkan hasil yang tidak menyenangkan, sedangkan konsekuensi merupakan perkiraan besar kerugian yang dialami oleh konsumen bila keputusan yang dibuatnya mendatangkan hasil yang tidak menyenangkan. Konsumen yang berada dalam situasi pembelian seperti ini akan merasakan adanya harapan akan kerugian. Harapan akan kerugian ini akan mendorong konsumen untuk melakukan pencarian informasi yang lebih banyak lagi (Robertson, Zielinski & Ward, 1984). Locander & Hermann (dalam Robertson, Zielinski & Ward, 1984) juga menegaskan bahwa di bawah kondisi


(43)

pembelian yang dinilai beresiko tinggi, konsumen akan mencari informasi yang lebih banyak dari berbagai macam sumber.

Dowling & Staelin (1994) dan Srinivasan & Ratchford (1991) dalam Chaudhuri (2006) mengatakan salah satu perilaku yang ditunjukkan untuk mengurangi resiko adalah pencarian informasi. Bauer (dalam Chaudhuri, 2006) mengatakan bahwa konsumen mengembangkan cara mengurangi persepsi terhadap resiko yang mereka rasakan dengan mencari informasi yang membuat mereka lebih percaya diri dalam membuat keputusan pembelian. Berlyne (1960) dan Bettman (1979) dalam Chaudhuri (2006) juga mengemukakan bahwa informasi dapat mereduksi persepsi terhadap resiko yang dirasakan konsumen.

Schiffman & Kanuk (2004) mengatakan bahwa konsumen yang mempersepsikan adanya resiko dalam situasi pembelian yang dilakukannya, akan cenderung mencari informasi lebih banyak. Semakin banyak informasi yang diperoleh oleh seorang konsumen, maka semakin terprediksi kondisi dari suatu produk sehingga dapat mengurangi resiko yang dirasakan oleh konsumen. Ini adalah salah satu strategi konsumen dalam mengatasi persepsi resiko yang mereka terima.

Persepsi terhadap resiko juga berpengaruh setelah tahap pembelian dilakukan. Pada tahap evaluasi alternatif setelah pembelian, konsumen mengevaluasi proses konsumsi yang sudah dilakukannya, apakah memberikan kepuasan ataupun tidak. Satu fungsi penting dari tahap evaluasi alternatif setelah pembelian adalah sebagai usaha konsumen untuk mengurangi ketidakpastian atau keragu-raguan yang mungkin dirasakan konsumen dalam proses pengambilan keputusannya. Semakin


(44)

besar persepsi terhadap resiko yang dirasakan konsumen pada saat pembelian, maka semakin besar pula kecenderungannya untuk mengevaluasi hasil konsumsinya (Schiffman & Kanuk, 2004).

Runyon & Stewart (1987) mengatakan, salah satu fungsi proses pengambilan keputusan yang dilakukan konsumen adalah untuk mengurangi resiko. Resiko ini timbul karena adanya persepsi akan konsekuensi yang tidak diinginkan.

Schiffman dan Kanuk (2004) menjelaskan bahwa persepsi terhadap resiko dapat muncul salah satunya karena faktor kategori produk yang akan dibeli oleh konsumen. Lowengart (2001) mengatakan bahwa produk yang berkualitas-pengalaman merupakan produk yang dianggap beresiko. Produk-produk yang berkualitas-pengalaman merupakan produk-produk yang memiliki kualitas yang tidak diketahui dan memiliki kecenderungan akan adanya malfungsi fisik. Salah satu produk yang termasuk berkualitas-pengalaman adalah PC.

Adanya persepsi terhadap resiko dalam pembelian PC akan mempengaruhi konsumen dalam proses pengambilan keputusan membeli yang dilaluinya.

D. Hipotesa Penelitian

Berdasarkan penelitian ini diajukan sebuah hipotesa sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang telah dikemukakan. Adapun hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

“Ada pengaruh persepsi terhadap resiko pembelian PC pada proses pengambilan keputusan membeli konsumen”.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan unsur penting dalam sebuah penelitian ilmiah sehingga metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan apakah hasil penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan (Hadi, 2000).

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Berikut adalah identifikasi variabel yang digunakan dalam penelitian ini : 1. Variabel tergantung : Proses pengambilan keputusan membeli 2. Variabel bebas : Persepsi terhadap resiko

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Proses pengambilan keputusan membeli

Proses pengambilan keputusan membeli adalah proses pemecahan masalah oleh konsumen mengenai produk atau jasa yang hendak dibeli dengan cara memilih perilaku yang ingin ditampilkan melalui tahapan-tahapan pembelian. Proses pengambilan keputusan membeli diperoleh melalui skala pengambilan keputusan membeli yang disusun berdasarkan proses pengambilan keputusan membeli dari Engel (1995) yang terdiri dari enam tahapan yang meliputi


(46)

pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif sebelum pembelian, pembelian, konsumsi dan evaluasi alternatif setelah pembelian. Total skor yang diperoleh pada skala proses pengambilan keputusan membeli menggambarkan proses pengambilan keputusan membeli seorang konsumen. Semakin tinggi total skor skala proses pengambilan keputusan membeli, maka semakin luas proses pengambilan keputusan yang dilalui oleh seorang konsumen. Sebaliknya, semakin rendah total skor skala proses pengambilan keputusan membeli, maka semakin terbatas proses pengambilan keputusan yang dilalui oleh seorang konsumen.

2. Persepsi terhadap resiko

Persepsi terhadap resiko adalah proses di mana seorang konsumen menerima, mengenali dan memahami rangsangan yang datang pada dirinya, lewat indera-indera yang ada dan menimbulkan perasaan bahwa keputusan pembelian yang dibuatnya memiliki kemungkinan mendatangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan. Persepsi terhadap resiko diperoleh melalui skala persepsi terhadap resiko yang disusun berdasarkan dimensi resiko dari Schiffman & Kanuk (2004) yang terdiri dari dua dimensi yaitu ketidakpastian dan konsekuensi. Total skor yang diperoleh pada skala persepsi terhadap resiko menggambarkan tingkat persepsi terhadap resiko. Semakin tinggi total skor skala persepsi terhadap resiko, maka semakin tinggi persepsi terhadap resiko. Sebaliknya, semakin rendah total skor skala persepsi terhadap resiko, maka semakin rendah persepsi terhadap resiko.

Dalam penelitian ini, peneliti mengkhususkan diri pada persepsi terhadap resiko pembelian PC.


(47)

C. Populasi, Sampel dan Cara Pengambilan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan individu yang akan diselidiki dan mempunyai minimal satu sifat yang sama atau ciri-ciri yang sama dan untuk siapa kenyataan yang diperoleh dari subjek penelitian hendak digeneralisasikan (Hadi, 2000).

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa USU dengan karakteristik sebagai berikut:

a. mahasiswa yang masih aktif

Masa mahasiswa meliputi rentang umur dari 18/19 tahun sampai 24/25 tahun (Winkel, 1997)

b. memiliki PC (desktop maupun laptop)

c. membeli PC maksimal dalam jangka waktu dua tahun sebelum tahun penelitian dilakukan

Reed (2004) mengatakan bahwa ingatan individu terhadap nama dan konsep akan turun dalam masa tiga sampai sepuluh tahun. Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat, maka peneliti memutuskan dua tahun sebagai jangka waktu maksimal

d. melalui proses pemilihan PC

Alasan diambilnya sampel yang melalui proses pemilihan PC adalah agar persepsinya terhadap resiko dapat terukur


(48)

Sampel adalah sebagian dari populasi atau sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi dan harus memiliki paling sedikit satu sifat yang sama (Hadi, 2000). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

incidental sampling. Pengambilan sampel dengan incidental sampling, merupakan

pengambilan sampel dimana hanya individu-individu atau grup-grup yang kebetulan dijumpai atau dapat dijumpai saja yang diselidiki (Hadi, 2000). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 150 orang.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala. Skala berisi kumpulan pernyataan yang diajukan kepada responden untuk diisi oleh responden. Ada dua buah skala yang digunakan yaitu skala proses pengambilan keputusan membeli dan skala persepsi terhadap resiko.

1. Skala Proses Pengambilan Keputusan Membeli

Skala proses pengambilan keputusan membeli disusun berdasarkan tahapan proses pengambilan keputusan membeli menurut Engel (1995), yang meliputi pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif sebelum pembelian, pembelian, konsumsi dan evaluasi alternatif setelah pembelian.

Skala proses pengambilan keputusan membeli ini menggunakan Skala Likert. Respon jawaban dalam skala penelitian menggunakan empat pilihan yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Skala disajikan dalam bentuk pernyataan mendukung dan tidak mendukung. Penilaian skala untuk pernyataan mendukung adalah nilai SS=3, S=2, TS=1, STS=0.


(49)

Penilaian skala untuk pernyataan tidak mendukung adalah nilai SS=0, S=1, TS=2, STS=3.

Tabel 1. Cetak biru skala proses pengambilan keputusan membeli

No Tahap Jenis Aitem Jlh

Mendukung Tidak Mendukung

1. Pengenalan masalah 9, 17, 23, 45, 53, 60 1, 2, 6, 32, 56, 68 12 2. Pencarian informasi 19, 21, 27, 37, 63,

65

13, 41, 51, 54, 58,

67, 12 3. Evaluasi alternatif

sebelum pembelian 7, 43, 47, 49, 61 4, 10, 29, 34, 66 10 4. Pembelian 5, 20, 24, 31, 39 11, 15, 26, 44, 59 10 5. Konsumsi

8, 22, 33, 40, 42, 46 3, 16, 18, 28, 38,

48 12

6. Evaluasi alternatif setelah pembelian

30, 36, 50, 52, 57, 64

12, 14, 25, 35, 55,

62, 12

Jumlah 34 34 68

Pada tabel 1. jumlah aitem yang akan dibuat dalam skala proses pengambilan keputusan membeli ini adalah sebanyak 68 aitem yang terdiri dari 34 aitem mendukung dan 34 aitem yang tidak mendukung.

2. Skala Persepsi terhadap Resiko

Skala persepsi terhadap resiko disusun berdasarkan dimensi persepsi terhadap resiko dari Schiffman dan Kanuk (2004) yang terdiri dari dua dimensi yaitu:

a. Ketidakpastian, merupakan perasaan konsumen akan adanya kemungkinan bahwa keputusan yang dibuatnya mendatangkan hasil yang tidak menyenangkan.

b. Konsekuensi, merupakan perkiraan konsumen tentang besar kerugian yang dialaminya bila keputusan yang dibuatnya mendatangkan hasil yang tidak menyenangkan.


(50)

Skala persepsi terhadap resiko ini menggunakan Skala Likert. Respon jawaban dalam skala penelitian menggunakan empat pilihan yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Skala disajikan dalam bentuk pernyataan mendukung dan tidak mendukung. Penilaian skala untuk pernyataan mendukung adalah nilai SS=3, S=2, TS=1, STS=0. Penilaian skala untuk pernyataan tidak mendukung adalah nilai SS=0, S=1, TS=2, STS=3.

Tabel 2. Cetak biru skala persepsi terhadap resiko

No Dimensi Jenis Aitem Jlh

Mendukung Tidak Mendukung

1 Ketidakpastian 1, 2, 3, 7, 8, 11, 13, 16, 20, 26, 29, 31, 32, 34, 35, 37, 41, 42, 49, 51,

52, 54

5, 15, 22, 23, 33, 39, 48, 53

30

2 Konsekuensi 24, 6, 38, 12, 4, 18, 44, 28, 36, 50, 47, 21, 9, 17,

19, 40, 10, 25

27, 30, 43, 46, 45, 14

24

Jumlah 40 14 54

Pada tabel 2. jumlah aitem yang akan dibuat dalam skala persepsi terhadap resiko ini adalah sebanyak 54 aitem yang terdiri dari 40 aitem mendukung dan 14 aitem yang tidak mendukung.

E. Validitas, Uji Daya Beda dan Reliabilitas Alat Ukur

Salah satu masalah utama dalam kegiatan penelitian sosial khususnya Psikologi adalah cara memperoleh data yang akurat dan objektif. Hal ini menjadi sangat penting, artinya kesimpulan penelitian hanya akan dapat dipercaya apabila didasarkan pada info yang juga dapat dipercaya (Azwar, 2001). Dengan memperhatikan kondisi ini, tampak bahwa alat pengumpulan data memiliki peranan penting. Baik atau tidaknya suatu alat pengumpulan data dalam


(51)

mengungkap kondisi yang ingin diukur tergantung pada validitas dan reliabilitas alat ukur yang akan digunakan.

1. Validitas alat ukur

Azwar (2000) mendefinisikan validitas tes atau validitas alat ukur adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkannya untuk diukur, artinya derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan suatu tes. Untuk mengkaji validitas alat ukur dalam penelitian ini, peneliti melihat alat ukur berdasarkan arah isi yang diukur yang disebut dengan validitas isi (content

validity).

Validitas isi menunjukkan sejauh mana aitem-aitem yang dilihat dari isinya dapat mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur. Validitas isi alat ukur ditentukan melalui pendapat professional (professional judgement) dalam proses telaah soal sehingga aitem-aitem yang telah dikembangkan memang mengukur (representatif) apa yang dimaksudkan untuk diukur (Suryabrata, 2000).

2. Uji daya beda

Sebelum melakukan pengujian reliabilitas, hendaknya terlebih dahulu melakukan prosedur seleksi aitem dengan cara menguji karakteristik masing-masing aitem yang menjadi bagian tes yang bersangkutan. Aitem-aitem yang tidak memenuhi syarat kualitas tidak boleh diikutkan menjadi bagian tes (Azwar, 2000). Prinsip kerja yang dijadikan dasar untuk melakukan seleksi aitem dalam hal ini


(52)

adalah memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur skala sebagaimana dikehendaki oleh penyusunnya (Azwar, 2005).

Pengujian daya beda aitem menghendaki dilakukannya komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor aitem dengan suatu kriteria yang relevan yaitu distribusi skor total tes itu sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total (rit) yang dikenal dengan sebutan parameter daya beda aitem. Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem menggunakan batasan rit ≥ 0,30. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30, daya pembedanya dianggap memuaskan. Aitem yang memiliki harga rit kurang dari 0,30 dapat diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya beda rendah (Azwar, 2005).

Pernyataan-pernyataan pada skala diuji daya beda aitemnya dengan menghitung antara skor aitem dengan skor total skala. Teknik statistika yang digunakan adalah koefisiensi Product Moment oleh Pearson. Formulasi koefisien korelasi Product Moment dari Pearson digunakan bagi tes-tes yang setiap aitemnya diberi skor kontinyu. Semakin tinggi koefisien korelasi positif antara skor aitem dengan skor skala berarti semakin tinggi konsistensi antara aitem tersebut dengan skala secara keseluruhan yang berarti semakin tinggi daya bedanya. Bila koefisien korelasi rendah mendekati angka nol berarti fungsi aitem tersebut tidak cocok dengan fungsi ukur skala dan daya bedanya tidak baik (Azwar, 2005). Pengujian daya beda aitem ini dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistical Package for the Social Science) 16.0.


(53)

Reliabilitas sebenarnya mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Reliabilitas ini ditunjukkan oleh konsistensi skor yang diperoleh subjek dengan memakai alat yang sama (Suryabrata, 2000).

Uji reliabilitas alat ukur menggunakan pendekatan konsistensi internal dengan prosedur hanya memerlukan satu kali penggunaan tes kepada sekelompok individu sebagai subjek. Pendekatan ini dipandang ekonomis, praktis dan berefisiensi tinggi (Azwar, 2000). Teknik yang digunakan adalah teknik reliabilitas Alpha dari Cronbach.

Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx’) yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendahnya reliabilitas.

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur

1. Skala Proses Pengambilan Keputusan Membeli

Uji coba skala proses pengambilan keputusan membeli dilakukan pada 50 mahasiswa USU yang memiliki PC, membeli PC maksimal dua tahun sebelum penelitian dilakukan dan melalui proses pemilihan PC. Adapun distribusi aitem-aitem hasil uji coba skala proses pengambilan keputusan ini akan dijelaskan dalam tabel 3.


(54)

Tabel 3. Distribusi aitem-aitem hasil uji coba skala proses pengambilan keputusan membeli

Berdasarkan hasil uji coba sebanyak 68 aitem skala proses pengambilan keputusan membeli diperoleh 40 aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem total yang memenuhi syarat untuk dapat digunakan dalam penelitian (rit ≥ 0.30 ), sehingga jumlah aitem yang dijadikan alat ukur penelitian adalah sejumlah 40 aitem. Nilai koefisien alpha sebesar 0,934. Koefisien korelasi aitem total berkisar antara 0,308 hingga 0,644.

Pada skala diatas akan dilakukan perubahan tata letak urutan nomor aitem-aitem. Hal ini dilakukan karena aitem yang gugur dan tidak terpilih, tidak

No Tahap Mendukung Jenis Aitem Tidak Mendukung Jlh

1. Pengenalan masalah 9, 17, 45, 53, 60 56, 68 7 2. Pencarian informasi 21, 27, 37, 63, 65 51, 67 7 3. Evaluasi alternatif

sebelum pembelian 7, 43, 47, 49, 61 4, 10, 34 8 4. Pembelian 20, 31 15 3 5. Konsumsi 42, 46 3, 18, 38, 48 6 6. Evaluasi alternatif

setelah pembelian 30, 36, 52, 57, 64 14, 25, 35, 55 9


(55)

diikutsertakan lagi dalam skala penelitian. Distribusi aitem-aitem skala yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Distribusi aitem-aitem skala penelitian proses pengambilan keputusan membeli

2. Skala Persepsi terhadap Resiko

Uji coba skala persepsi terhadap resiko dilakukan pada 50 mahasiswa USU yang memiliki PC, membeli PC maksimal dua tahun sebelum penelitian dilakukan dan melalui proses pemilihan PC. Adapun distribusi aitem-aitem hasil uji coba skala persepsi terhadap resiko ini akan dijelaskan pada Tabel 5.

Tabel 5. Distribusi aitem-aitem hasil uji coba skala persepsi terhadap resiko

No Dimensi Jenis Aitem Jlh

Mendukung Tidak Mendukung

1 Ketidakpastian 1, 2, 3, 7, 8, 13, 20, 31, 32, 34, 35, 37,

51, 52

39 15

2 Konsekuensi 4, 6, 9, 12, 17, 18, 21, 24, 25, 28, 36, 38, 40,

14, 43, 46 19

No Tahap Mendukung Jenis Aitem Tidak Mendukung Jlh

1. Pengenalan masalah 4, 8, 23, 30, 34 32, 40 7 2. Pencarian informasi 11, 13, 19, 36, 38 28, 39 7 3. Evaluasi alternatif

sebelum pembelian 3, 22, 25, 27, 35 2, 5, 16 8 4. Pembelian 10, 15 7 3 5. Konsumsi 21, 24 1, 9, 20, 26 6 6. Evaluasi alternatif

setelah pembelian 14, 18, 29, 33, 37 6, 12, 17, 31 9


(56)

44, 47, 50

Jumlah 30 4 34

Berdasarkan hasil uji coba sebanyak 54 aitem skala persepsi terhadap resiko diperoleh 34 aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem total yang memenuhi syarat untuk dapat digunakan dalam penelitian (rit ≥ 0.30), sehingga jumlah aitem yang dijadikan alat ukur penelitian adalah sejumlah 40 aitem. Nilai koefisien

alpha sebesar 0,965. Koefisien korelasi aitem total berkisar antara 0,326 hingga

0,917.

Pada skala di atas akan dilakukan perubahan tata letak urutan nomor aitem-aitem. Hal ini dilakukan karena aitem yang gugur dan tidak terpilih, tidak diikutsertakan lagi dalam skala penelitian. Distribusi aitem-aitem skala yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Distribusi aitem-aitem skala penelitian persepsi terhadap resiko

No Dimensi Jenis Aitem Jlh

Mendukung Tidak Mendukung

1 Ketidakpastian 1, 2, 3, 6, 7, 10, 14, 19, 20, 21, 22, 24,

33, 34

26 15

2 Konsekuensi 4, 16, 5, 8, 9, 12, 13, 15, 17, 18, 23, 25, 27,

29, 31, 32

11, 28, 30 19

Jumlah 30 4 34

G. Prosedur Penelitian

Sebelum dilaksanakan penelitian di lapangan maka peneliti perlu melakukan beberapa prosedur, yaitu: tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, dan tahap pengolahan data.


(57)

Sebelum melakukan uji coba alat ukur, peneliti terlebih dahulu menyiapkan alat ukur yang akan digunakan. Alat ukur yang digunakan terdiri dari dua buah skala yaitu skala proses pengambilan keputusan membeli dan skala persepsi terhadap resiko. Penyusunan skala ini didahului dengan membuat cetak biru yang kemudian dilanjutkan dengan operasionalisasi dalam bentuk aitem-aitem pernyataan yang jumlah aitemnya masing-masing 68 buah aitem dan 54 buah aitem.

Skala proses pengambilan keputusan membeli yang digunakan merupakan skala yang disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Engel (1995). Skala persepsi terhadap resiko yang digunakan dalam penelitian ini disusun oleh peneliti berdasarkan dimensi-dimensi persepsi terhadap resiko yang dikemukakan oleh Schiffman dan Kanuk (2004).

Sebelum skala tersebut dijadikan alat ukur yang sebenarnya dalam penelitian, maka terlebih dahulu skala tersebut diujicobakan kepada mahasiswa. Jumlah skala yang dipersiapkan untuk disebar adalah sebanyak 50 skala.

Setelah skala diujicobakan, maka data yang diperoleh selanjutnya diuji dan reliabilitasnya. Kemudian peneliti menentukan aitem-aitem mana saja yang dapat digunakan sebagai aitem dalam penelitian yang sebenarnya.

2. Tahap pelaksanaan penelitian

Pelaksanaan penelitian diadakan dengan menyebarkan skala pada mahasiswa yang telah memenuhi karakteristik populasi yang telah ditentukan sebelumnya. Para mahasiswa diberikan skala proses pengambilan keputusan membeli dan skala persepsi terhadap resiko.


(58)

3. Tahap pengolahan data

Pengolahan data penelitian ini seluruhnya menggunakan bantuan program komputer SPSS 16.0

H. Metode Analisa Data

Teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah dengan menggunakan teknik analisa regresi yang bertujuan untuk membuat suatu deduksi logis tentang suatu konsep yang tidak dapat diobservasi secara langsung (Kapplan, 2001). Selain itu, analisis regresi berguna untuk membuat prediksi tentang nilai suatu variabel dari nilai variabel lain yang diketahui. Prediksi diperoleh melalui garis regresi yaitu membuat persamaan garis lurus untuk mengumpulkan titik pada diagram pancar (Kapplan, 2001). Teknik analisa regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi nonlinier dengan metode parabola kuadratik. Bentuk persamaan umum regresi parabola kuadratik yaitu Y = a + bX + cX2 (Sudjana, 2002).

Namun sebelum menguji hipotesis dengan menggunakan statistika parametrik, maka dilakukan uji asumsi yaitu uji normalitas dan uji linieritas (Hadi, 2000).

1. Uji normalitas

Uji normalitas sebaran dimaksudkan untuk menguji apakah data yang dianalisis sudah terdistribusi sesuai dengan prinsip–prinsip distribusi normal agar dapat digeneralisasikan pada populasi. Uji normalitas sebaran pada penelitian ini dilakukan untuk membuktikan bahwa data semua variabel yang berupa skor–skor yang diperoleh dari hasil penelitian tersebar sesuai dengan kaidah normal. Pada


(59)

penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program komputer SPSS 16.0. Kolmogorov-Kolmogorov-Smirnov adalah suatu uji yang memperhatikan tingkat kesesuaian antara distribusi serangkaian harga sampel (skor yang diobservasi) dengan suatu distribusi teoritis tertentu.

Kaidah normal yang digunakan adalah jika p ≥ 0,05 maka sebarannya

dinyatakan normal dan sebaliknya jika p < 0,05 maka sebarannya dinyatakan tidak normal (Hadi, 2000)

2. Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui status linier tidaknya suatu distribusi data penelitian (Winarsunu, 2004). Uji linieritas dilakukan dengan menggunakan analisis statistik uji Anova dengan bantuan program komputer SPSS 16.0. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui linier atau tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung adalah jika p < 0,05 maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung dinyatakan linier, sebaliknya jika p > 0,05 berarti hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung dinyatakan tidak linier (Hadi, 2000).


(60)

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan analisa data dan pembahasan, yang diawali dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian dan pembahasan.

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 150 orang yang telah memenuhi kriteria sampel penelitian. Dari 150 orang subjek penelitian yang terpilih diperoleh gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin dan usia.

1. Jenis kelamin subjek penelitian

Berdasarkan jenis kelamin subjek penelitian maka diperoleh gambaran penyebaran subjek penelitian seperti yang tertera pada tabel 7.

Tabel 7. Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Jumlah (N) Persentase (%)


(61)

Perempuan 90 60

Total 150 100

Berdasarkan data pada tabel 7, diketahui bahwa jumlah subjek berjenis kelamin laki-laki sebanyak 60 orang (40%) dan jumlah subjek berjenis kelamin perempuan sebanyak 90 orang (60%).

2. Usia subjek penelitian

Berdasarkan usia subjek penelitian maka diperoleh gambaran penyebaran subjek penelitian seperti yang tertera pada tabel 8.

Tabel 8. Gambaran subjek penelitian berdasarkan usia

Usia Jumlah (N) Persentase (%)

18 tahun 19 12,67

19 tahun 41 27,33

20 tahun 21 14

21 tahun 19 12,67

22 tahun 23 15,33

23 tahun 13 8,67

24 tahun 14 9,33

Total 150 100

Berdasarkan data pada tabel 8, diketahui bahwa jumlah subjek berusia 18 tahun sebanyak 19 orang (12,67%), jumlah subjek berusia 19 tahun sebanyak 41 orang (27,33%), jumlah subjek berusia 20 tahun sebanyak 21 orang (14%), jumlah subjek berusia 21 tahun sebanyak 19 orang (12,67%), jumlah subjek berusia 22 tahun sebanyak 23 orang (15,33%), jumlah subjek berusia 23 tahun sebanyak 13 orang (8,67%), jumlah subjek berusia 24 tahun sebanyak 14 orang (9,33%).


(62)

B. Hasil Penelitian

Berikut ini akan dipaparkan hasil uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji linieritas, hasil utama penelitian pengaruh persepsi terhadap resiko pembelian PC pada proses pengambilan keputusan membeli konsumen, kategorisasi data penelitian dan pembahasan.

1. Hasil uji asumsi

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisa regresi, namun sebelum menguji hipotesis dengan menggunakan statistika parametrik, maka dilakukan uji asumsi yaitu uji normalitas dan uji linieritas (Hadi, 2000). Uji normalitas untuk mengetahui apakah data tersebar secara normal dan uji linieritas untuk mengetahui linier atau tidak hubungan antar kedua variabel.

a. Uji normalitas

Hasil uji normalitas dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 9. Berikut ini:

Tabel 9. Normalitas sebaran variabel proses pengambilan keputusan membeli dan persepsi terhadap resiko

Variabel Z p Keterangan

Proses pengambilan keputusan membeli

1.157 .137 Normal

Persepsi terhadap resiko 1.044 .225 Normal

Kaidah normal yang digunakan untuk uji normalitas adalah jika p≥0,05 maka data penelitian terdistribusi normal, sebaliknya jika nilai p≤0,05 maka data penelitian tidak terdistribusi normal.


(1)

1. Uji hipotesis

a. Hipotesis pada penelitian ini adalah

Ho : Tidak ada pengaruh persepsi terhadap resiko pembelian PC pada proses pengambilan keputusan membeli konsumen.

Hasil penelitian diperoleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,170. Nilai F sebesar 2,183 dengan nilai p=0.116. Kriteria penolakan Ho jika p< (0,05). Berdasarkan data perhitungan uji satu sisi, didapat nilai p(0,116), karena p(0,116)> (0,05) maka Ho diterima. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh persepsi terhadap resiko pembelian PC pada proses pengambilan keputusan membeli konsumen.

b. Nilai koefisien determinan (R2) sebesar 2,9%. Artinya variabel persepsi terhadap resiko pembelian PC mempengaruhi variabel proses pengambilan keputusan membeli konsumen sebesar 2,9%.

2. Variabel persepsi terhadap resiko pembelian dan proses pengambilan keputusan membeli konsumen.

a. Variabel persepsi terhadap resiko

Data empirik menunjukkan bahwa jumlah subjek penelitian terbanyak yaitu pada kategori sedang dengan jumlah 148 orang (98,67%).

b. Variabel proses pengambilan keputusan membeli

Data empirik menunjukkan bahwa jumlah subjek penelitian terbanyak yaitu pada kategori diperluas dengan jumlah 95 orang (63,33%).


(2)

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan yang dikemukakan, maka peneliti mengemukakan beberapa saran. Saran-saran yang dikemukakan oleh peneliti diharapkan dapat berguna bagi perkembangan kelanjutan studi ilmiah.

1. Saran metodologis

a. Berdasarkan koefisien determinasi (R2) diketahui bahwa persepsi terhadap resiko pembelian PC memberikan sumbangan efektif sebesar 2,9% dalam proses pengambilan keputusan membeli, selebihnya dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Bagi para peneliti selanjutnya yang mengambil topik proses pengambilan keputusan membeli disarankan untuk melihat faktor-faktor lain yang turut berpengaruh pada proses pengambilan keputusan, misalnya dari faktor-faktor eksternal antara lain kelas sosial dan demografi, dari faktor-faktor internal misalnya gaya hidup, sikap dan kepribadian.

b. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih banyak lagi mengumpulkan informasi dan literatur tentang persepsi terhadap resiko.

c. Penelitian selanjutnya, apabila tetap menggunakan variabel persepsi terhadap resiko maka disarankan agar mencoba produk yang lain atau menggunakan lebih dari satu kategori produk agar dapat membuat perbandingan persepsi terhadap resiko antar kategori produk.


(3)

demikian dalam pembuatan aitem dapat lebih difokuskan kepada penggunaan satu produk tersebut.

2. Saran Praktis

Bagi para produsen atau pemasar PC

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa persepsi konsumen terhadap resiko tidak terbukti memiliki pengaruh yang signifikan, kalaupun ada hanya 2,9%. Oleh karena itu, produsen atau pemasar sebaiknya memerhatikan faktor-faktor lain yang memengaruhi proses pengambilan keputusan dalam membeli selain persepsi konsumen terhadap resiko yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Y. (2008, 20 Nopember), IT Open Source sebagai Media Pendidikan

(On-Line), LPTI YPSDM IPTEK,

Arsianto, C. I. (2007), Perang Harga Komputer (On-Line). Tanggal akses 12 Maret 2008.

Azwar, S. (2000), Validitas dan Reliabilitas, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

. (2001), Penyusunan Skala Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

(2005). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Berkowitz, Hartley, Kerin, Rudelius (2000), Marketing (6th ed.), USA:

McGrawHill

Chaplin, J. P. (1999). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT raja Grafindo Persada.

Chaudhuri, A., (2006) Emotion and Reason In Consumer Behavior, USA: Butterworth-Heinemann

Choney, S. (2008, 19 Agustus), The Palette Of The PC (On-line). msnbc. com,

Engel, J. F., Blackwell, R. D., Miniard, P. W. (1995), Consumer Behavior (8th


(5)

Hawkins, D. I., Best, R. J., Coney, K. A. (1986), Consumer Behavior Implications

for Marketing Strategy), USA: BPI-Irwin

(2004), Consumer Behavior Implications for Marketing Strategy (9th ed.), USA: BPI-Irwin

Jajang (2005, 1 Juni), Kamus Komputer dan Teknologi Informasi, Yayasan Total

Sarana Edukasi

Kapplan, R. M., Saccuzzo, D. P. (2001), Psychological Testing, Singapore: Wadsworth-Thomson Learning

Kotler & Susanto (2001), Manajemen Pemasaran di Indonesia: Analisis,

Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian, Jakarta: Salemba Empat

Loudon & Bitta, D. (1993), Consumer Behavior (4th ed.), USA: McGrawHill

Muhammadiyah (2008), Teknologi Informasi dan Pendidikan di Indonesia, SD

Muhammadiyah Yogyakarta,

Morgan, C. T. (1989), Introduction to Psychology (7th Edition), New Jersey:

McGrawHill

Munandar, AS. (2001), Psikologi dan Industri, Jakarta: UI Press

Lowengart, O. (2001), Differential Effects of Product Category on Shoppers’ Selection on Web-Based Stores: A Probabilistic Modeling Approach.

Journal of Electronic Commerce Research, 2, 4, 142-152

Peter, J. P., Olson, J. C. (2002), Consumer Behavior & Marketing Strategy


(6)

Reed, S., K. (2004), Cognition, Theory & Application (6th ed.), USA: Thomson

Wadsworth

Robertson, T. S., Zielinski, J., Ward, S. (1984), Consumer Behavior, Pennsylvania: Scott, Foresman & Company

Runyon, K. E., Stewart, D. W. (1987), Consumer Behavior (3rd ed.), Ohio: Merrill

Publishing Company

Schiffman, L. G., Kanuk, L. L. (1983), Consumer Behavior, New Jersey: Pearson Prentice Hall

(2004), Consumer Behavior International Edition (8th ed.), New Jersey: Pearson Prentice Hall

Scott, J. E., & Zikmund, W. G. (1974), A Multivariate Analysis Of Perceived Risk Self-Confidence And Information Sources. Advances In Consumer

Research, 1, 406-416

Sudjana, (2001). Metoda Statistika (ed. ke-6.), Bandung: Penerbit Tarsito

Suryabrata, S. (2000), Pengembangan Alat Ukur Psikologis, Yogyakarta: Andi Yogyakarta

Winarsunu, Tulus. (2004), Statistik Dalam Peneltian Psikologi dan Pendidikan. Malang : UMM Press.


Dokumen yang terkait

Strategi Communication Mix Dan Keputusan Membeli Konsumen ( Studi Korelasioal Tentang Pengaruh Strategi Communication Mix Perusahaan Frisian Flag Terhadap Keputusan Membeli Konsumen di Sony Mart )

2 55 92

Pengaruh Persepsi Konsumen Terhadap Pengambilan Keputusan Pembelian Produk Hand Body Lotion Vaseline For Men Di Kelurahan Gaharu

9 94 104

Proses Pengambilan Keputusan Membeli di Department Store Ditinjau dari Citra Department Store

0 43 161

Tinjauan Teorema Bayes Dalam Pengambilan Keputusan Resiko

37 268 66

Pengaruh Faktor-Faktor Perilaku Psikologis Konsumen Terhadap Pengambilan Keputusan Pembelian Produk Handphone Merek Nokia

0 44 99

Pengaruh Promosi terhadap Keputusan Pembelian Smartphone Merek Samsung Pada Mahasiswa di Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis FISIP USU

4 60 107

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMBELI PRODUK SEPATU OLAHRAGA PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMBELI PRODUK SEPATU OLAHRAGA (Studi Deskriptif Kualitatif Terhadap Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Dalam Membeli Sepatu Olahrag

0 2 16

PENGARUH PERSEPSI KONSUMEN PADA KEPUTUSAN PEMBELIAN pengaruh persepsi konsumen pada keputusan pembelian.

1 3 17

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP MEREK DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMBELI PADA KONSUMEN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Merek Dengan Pengambilan Keputusan Membeli Pada Konsumen.

0 2 14

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP MEREK DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMBELI PADA KONSUMEN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Merek Dengan Pengambilan Keputusan Membeli Pada Konsumen.

0 3 18