24
C. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar Oemar Hamalik, 2009: 155 menyatakan bahwa hasil belajar
tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan
ketrampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya,
misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Sudjana 2009:53, bahwa “hasil belajar ialah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang
kognitif, afektif dan psikomotor yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya”. Hasil belajar merupakan kemampuan yang
diperoleh individu setelah proses berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan
keterampilan sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hasil belajar merupakan hasil proses belajar. Pelaku aktif dalam
belajar adalah siswa. Hasil belajar juga merupakan hasil proses belajar, atau proses pembelajaran. Pelaku aktif pembelajaran adalah guru. Dengan
demikian, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan “tingkat perkembangan mental”
yang lebih baik bila dibandingkan pada saat pra-belajar. Dari sisi guru,
25
hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran Dimyati dan Mudjiono, 2002: 250-251.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh seseorang setelah proses
belajar. Kemampuan tersebut mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
2. Hasil Belajar PKn Hasil belajar PKn merupakan kemampuan yang diperoleh siswa
setelah belajar PKn. Hasil belajar kognitif siswa bisa dilihat dari perolehan nilai ketika dilakukan tes untuk mengetahui seberapa jauh
pemahaman siswa mengenai suatu materi. Sementara kemampuan afektif dan psikomotorik dapat dilihat dari sikap dan perilaku siswa baik di
dalam kelas maupun di luar kelas. Hasil belajar dapat dijadikan pedoman untuk mengetahui
kemampuan siswa. apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai atau belum. Jika hasil belajar siswa rendah maka perlu diketahui faktor-faktor
yang menyebabkan hasil belajar menjadi rendah. Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka guru dapat melakukan upaya untuk dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
26
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Banyak hal yang dapat mempengaruhi belajar. Muhibbin syah
2011: 145, mengemukakan bahwa secara global ada tiga macam faktor yang dapat mempengaruhi belajar siswa, yakni:
a. Faktor internal, yakni keadaan jasmani dan rohani siswa b. Faktor eksternal, yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa
c. Faktor pendekatan belajar approach to learning, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Sementara itu, Slameto 2012: 54, menggolongkan faktor yang
mempengaruhi belajar menjadi dua, yakni faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor intern meliputi faktor jasmaniah, psikologis dan kelelahan. Faktor
ekstern meliputi faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. Faktor internal siswa meliputi 2 aspek, yakni aspek fisiologis dan
psikologis. Aspek fisiologis merupakan kondisi umum jasmani dan tonus tegangan otot yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan
sendi-sendinya, yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Sedangkan aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi belajar
siswa diantaranya
adalah tingkat
27
kecerdasanintelegensi, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa.
Menurut Reber sebagaimana dikutip oleh Muhibbin Syah 2011: 152, intelegensi pada umunya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-
fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi intelegensi sebenarnya bukan
persoalan kualitas otak saja, melainkan kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi memang harus diakui bahwa peran otak dalam
hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-
organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia.
Sikap siswa adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons response tendency
dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap attitude siswa
yang positif, terutama kepada guru dan mata pelajaran yang diampu merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut,
begitu juga sebaliknya. Bakat siswa secara umum adalah kemampuan potensial yang
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang Chaplin, 1972: Reber, 1988 sebagaimana dikutip oleh Muhhibin
Syah 2011: 153. Perkembangan selanjutnya, bakat diartikan sebagai
28
kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.
Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber sebagaimana
dikutip oleh Muhibbin syah 2011: 152, minat tidak termasuk istilah popular dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada
faktor-faktor internal lainnya seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Motivasi siswa adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam
pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya energizer untuk bertingkah laku secara terarah Gleitman, 1986; Reber, 1988
sebagaimana dikutip oleh Muhibbin Syah 2011:153. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua yakni movitasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi
intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar.
Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar diri individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan
kegiatan belajar. Faktor eksternal siswa juga terdiri dari dua macam, yakni faktor
lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial .
Lingkungan sosial yang dapat mempengaruhi semangat belajar siswa diantaranya adalah
29
orang-orang yang berada di lingkungan sekolah, misalnya para guru, staf tata usaha, teman, dan lain-lain. Selain lingkungan sekolah, lingkungan
masyarakat tempat siswa tersebut tinggal juga turut mempengaruhi semangat belajar siswa. Namun yang paling berpengaruh terhadap siswa
adalah lingkungan keluarga. Jika keluarga memberikan dukungan penuh dan selalu mendampingi siswa ketika belajar maka semangat siswa untuk
belajar akan tinggi. Pada
sepuluh tahun
terakhir, informasi
pembelajaran menunjukkan bahwa keterlibatan orangtua diperlukan dalam proses
belajar siswa dan hasil belajar HendersonMall sebagaimana dikutip oleh Creswell 2012: 29. Keterlibatan orangtua mengacu pada peran
orangtua dalam mengajari anak mereka di rumah atau di sekolah. Keterlibatan orangtua bermacam-macam, termasuk berdiskusi mengenai
sekolah, membantu mengerjakan pekerjaan rumah PR, atau menjadi sukarelawan di sekolah. Keterlibatan orangtua muncul untuk memberikan
manfaat. Ketika orangtua terlibat, siswa SMP cenderung memperoleh peringkat yang tinggi, menunjukkan cita-cita yang tinggi, dan mempunyai
sedikit masalah kedisiplinan. Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah gedung
sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.
30
Keadaan rumah yang tidak memungkinkan untuk belajar maka akan mempengaruhi semangat belajar siswa.
Faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut. Seorang siswa yang terbiasa
mengaplikasikan pendekatan belajar deep misalnya, mungkin sekali berpeluang untuk meraih prestasi belajar yang bermutu daripada siswa
yang menggunakan pendekatan belajar surface atau reproductive Muhibbin Syah, 2011: 156.
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono 1991: 131 menyatakan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi belajar, yakni faktor-
faktor stimuli belajar, faktor-faktor metode belajar, dan faktor-faktor individual. Yang dimaksud dengan stimuli belajar disini yaitu segala hal
di luar individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimuli dalam hal ini mencakup material, penguasaan, serta suasana
lingkungan eksternal yang harus diterima atau dipelajari oleh si pelajar. Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi
metode belajar yang dipakai oleh si pelajar. Dengan perkataan lain metode yang dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi
proses belajar. Selain faktor-faktor stimuli dan metode belajar, faktor individual sangat besar pengaruhnya terhadap belajar seseorang.
Beberapa hal diantaranya adalah tingkat kematangan siswa, faktor usia
31
kronologis, faktor perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani dan rohani.
D. Media Word Search Puzzle