31
kronologis,  faktor  perbedaan  jenis  kelamin,  pengalaman  sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani dan rohani.
D. Media Word Search Puzzle
1.  Pengertian Media Pembelajaran Kata  media  berasal  dari  bahasa  Latin  medius  yang  secara  harfiah
berarti ’tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media
adalah  perantara  atau  pengantar  pesan  dari  pengirim  kepada  penerima pesan.  GerlachEly  sebagaimana  dikutip  oleh  Azhar  Arsyad  2009:  3
mengatakan  bahwa  media  apabila  dipahami  secara  garis  besar  adalah manusia,  materi,  atau  kejadian  yang  membangun  kondisi  yang  membuat
siswa  mampu  memperoleh  pengetahuan,  ketrampilan,  atau  sikap.  Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media.
Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses mengajar cenderung diartikan  sebagai  alat-alat  grafis,  photografis,  atau  elektronis  untuk
menangkap,  memproses,  dan  menyusun  kembali  informasi  visual  atau verbal.
AECT Association of Education and Communication Technology, 1997 memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran
yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Heinich, dan kawan-kawan  1982  mengemukakan  istilah  medium  sebagai  perantara
yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi televisi, film, foto,  radio,  rekaman  audio,  gambar  yang  diproyeksikan,  bahan-bahan
32
cetakan,  dan  sejenisnya  adalah  media  komunikasi.  Apabila  media  itu membawa  pesan-pesan  atau  infomasi  yang  bertujuan  instruksional  atau
mengandung  maksud-maksud  pengajaran  maka  media  itu  disebut  media pembelajaran Azhar Arsyad, 2009: 4.
Hamalik  sebagaimana  dikutip  oleh  Azhar  Arsyad  2009:  15 mengemukakan  bahwa  pemakaian  media  pembelajaran  dalam  proses
belajar  mengajar  dapat  membangkitkan  keinginan  dan  minat  yang  baru, membangkitkan  motivasi  dan  rangsangan  kegiatan  belajar,  dan  bahkan
membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Dalam  proses  belajar  mengajar  kehadiran  media  mempunyai  arti
yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang  disampaikan  dapat  dibantu  dengan  menghadirkan  media  sebagai
perantara.  Kerumitan  bahan  yang  akan  disampaikan  kepada  anak  didik dapat disederhanakan dengan bantuan media Syaiful BahriAzwan Zain,
2006: 120. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
media pembelajaran membantu siswa dalam proses pembelajaran. Selain membantu siswa, media pembelajaran dapat membangkitkan minat siswa
untuk belajar. Sehingga dengan digunakannya media, pembelajaran akan menjadi lebih menarik.
33
2.  Fungsi Media Pembelajaran Media  sebagai  alat  bantu  dalam  proses  belajar  mengajar  adalah
suatu  kenyataan  yang  tidak  dapat  dipungkiri.  Karena  memang  gurulah yang menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan
pesan-pesan  dari  bahan  yang  diberikan  oleh  guru  kepada  anak  didik Syaiful BahsriAswan Zain, 2006: 121.
LevieLentz  1982  mengemukakan  empat  fungsi  media pembelajaran, khususnya media visual,  yaitu a fungsi atensi, b fungsi
afektif, c fungsi kognitif, d fungsi kompensatoris. Fungsi  atensi  media  visual  merupakan  inti,  yaitu  menarik  dan
mengarahkan  perhatian  siswa  untuk  berkonsentrasi  kepada  isi  pelajaran yang  berkaitan  dengan  makna  visual  yang  ditampilkan  atau  menyertai
teks  materi  pelajaran.    Fungsi  afektif    media  visual  dapat  terlihat  dari tingkat  kenikmatan  siswa  ketika  belajar  atau  membaca  teks  yang
bergambar.  Gambar  atau  lambang  visual  dapat  menggugah  emosi  dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras.
Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan  bahwa  lambang  visual  atau  gambar  memperlancar
pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang  terkandung  dalam  gambar.  Fungsi  kompensatoris  media
pembelajaran  terlihat  dari  hasil  penelitian  bahwa  media  visual  yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah
34
dalam  membaca  untuk  mengorganisasikan  informasi  dalam  teks  dan mengingatnya  kembali.  Dengan  kata  lain,  media  pembelajaran  berfungsi
untuk  mengakomodasikan  siswa  yang  lemah  dan  lambat  menerima  dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara
verbal. Nana  Sudjana  sebagaimana  dikutip  oleh  Syaiful  BahriAswan
Zain 2006: 134 mengemukakan enam fungsi media pengajaran, yakni: a.  Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan
fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar yang efektif.
b.  Penggunaan  media  pengajaran  merupakan  bagian  yang  integral  dari keseluruhan  situasi  mengajar.  Ini  berarti  bahwa  media  pengajaran
merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan oleh guru. c.  Media  pengajaran,  penggunannya  integral  dengan  tujuan  dari  isi
pelajaran.  Fungsi  ini  mengandung  pengertian  bahwa  penggunaan pemanfaatan  media  harus  melihat  kepada  tujuan  dan  bahan
pelajaran. d.  Penggunaan media dalam pengajaran bukan semata-maa alat hiburan,
dalam  arti  digunakan  hanya  sekedar  melengkapi  proses  belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.
35
e.  Penggunaan  media  dalam  pengajaran  lebih  diutamakan  untuk mempercepat  proses  belajar  mengajar  dan  membantu  siswa  dalam
menangkap pengertian yang diberikan guru. f.  Penggunaan
media dalam
pengajaran diutamakan
untuk mempertinggi  mutu  belajar  mengajar.  Dengan  perkataan  lain,
menggunakan  media,  hasil  belajar  yang  dicapai  siswa  akan  tahan lama diingat siswa, sehingga mempunyai nilai tinggi.
Ketika  fungsi-fungsi  media  pelajaran  itu  diaplikasikan  ke  dalam proses belajar mengajar, maka terlihatlah peranannya sebagai berikut:
a.  Media  yang  diguankan  guru  sebagai  penjelas  dari  keterangan terhadap suatu bahan yang guru sampaikan.
b.  Media  dapat  memunculkan  permasalahan  untuk  dikaji  lebih  lanjut dan  dipecahkan  oleh  para  siswa  dalam  proses  belajarnya.  Oaling
tidak guru dapat memperoleh media sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi belajar siswa.
c.  Media  sebagai  sumber  belajar  bagi  siswa.  media  sebagai  bahan konkret berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari para siswa, baik
individual  maupun  kelompok.  Kekonkretan  sifat  media  itulah  akan banyak membantu tugas guru dalam kegiatan belajar mengajar.
SudjanaRivai  sebagaimana  dikutip  Azhar  Arsyad  2009:  24 mengemukakan  manfaat  media  pembelajaran  dalam  proses  belajar  siswa
yaitu:
36
a.  Pembelajaran  akan  lebih  menarik  perhatian  siswa  sehingga  dapat menumbuhkan motivasi belajar
b.  Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami  oleh  siswa  dan  memungkinkannya  menguasai  dan
mencapai tujuan pembelajaran c.  Metode  mengajar  akan  lebih  bervariasi,  tidak  semata-mata
komunikasi  verbal  melalui  penuturan  kata-kata  oleh  guru,  sehingga siswa  tidak  bosan  dan  guru  tidak  kehabisan  tenaga,  apalagi  kalau
guru mengajar pada setiap jam pelajaran d.  Siswa  dapat  lebih  melakukan  kegiatan  belajar  sebab  tidak  hanya
mendengarkan  uraian  guru,  tetapi  juga  aktivitas  lain  seperti mengamati,  melakukan,  mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-
lain. Menurut  Kemp  Dayton  dalam  Azhar  Arsyad  2011:  21  bahwa
dampak positif penggunaan media adalah sebagai berikut: a.  Penyampaian  pelajaran  menjadi  lebih  baku.  Setiap  pelajar  yang
melihat  atau  mendengar  penyajian  melalui  media  menerima  pesan yang  sama.  Meskipun  para  guru  menafsirkan  isi  pelajaran  dengan
cara  yang  berbeda-beda,  dengan  penggunaan  media  ragam  hasil tafsiran  itu  dapat  dikurangi  sehingga  informasi  yang  sama  dapat
disampaikan  kepada  siswa  sebagai  landasan  untuk  pengkajian, latihan, dan aplikasi lebih lanjut.
37
b.  Pembelajaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik  dan  membuat  siswa  tetap  terjaga  dan  memperhatikan.
Kejelasan dan keruntutan pesan, daya tarik image yang berubah-ubah, penggunaan  efek  khusus  yang  dapat  menimbulkan  keingintahuan
menyebabkan  siswa  tertawa  dan  berpikir,  yang  kesemuanya menunjukan
bahwa media
memiliki aspek
motivasi dan
meningkatkan minat. c.  Pembelajaran  menjadi  lebih  interaktif  dengan  diterapkannya  teori
belajar  dan  prinsip-prinsip  psikologis  yang  diterima  dalam  hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan.
d.  Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena kebanyakan  media  hanya  memerlukan  waktu  singkat  untuk
mengantarkan  pesan-pesan  dan  isi  pelajaran  dalam  jumlah  yang cukup banyak dan kemungkinannya dapat diserap oleh siswa.
e.  Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan gambar  sebagai  media  pembelajaran  dapat  mengkomunikasikan
elemen-elemen  pengetahuan  dengan  cara  terorganisasikan  dengan baik, spesifik, dan jelas.
f.  Pembelajaran  dapat  diberikan  kapan  dan  dimana  diinginkan  atau diperlukan  terutama  jika  media  pembelajaran  dirancang  untuk
penggunaan secara individu.
38
g.  Sikap positif terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.
Peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif, beban guru untuk penjelasan  yang  berulang-ulang  mengenai  isi  pelajaran  dapat
dikurangi  bahkan  dihilangkan  sehingga  ia  dapat  memusatkan perhatian  kepada  aspek  penting  lain  dalam  proses  belajar  mengajar,
misalnya sebagai konsultan atau penasihat siswa. Nana Sudjana sebagaimana dikutip oleh Syaiful Bahri dan Aswan
Zain  2006:  137  mengemukakan  nilai-nilai  praktis  media  pengajaran adalah:
a.  Dengan  media  dapat  meletakkan  dasar-dasar  yang  nyata  untuk berpikir. Karena itu, dapat mengurangi verbalisme.
b.  Dengan media dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar.
c.  Dengan media dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap.
d.  Memberikan  pengalaman  yang  nyata  dan  dapat  menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa.
e.  Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan. f.  Membantu  tumbuhnya  pemikiran  dan  membantu  berkembangnya
kemampuan berbahasa.
39
g.  Memberikan  pengalaman  yang  tak  mudah  diperoleh  dengan  cara lain  serta  membantu  berkembangnya  efisiensi  dan  pengalaman
belajar yang lebih sempurna. h.  Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih
dipahami  oleh  para  siswa,  dan  memungkinkan  siswa  menguasai tujuan pengajaran lebih baik.
i.  Metode  mengajar  akan  lebih  bervariasi,  tidak  semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga
siswa  tidak  bosan  dan  guru  tidak  kehabisan  tenaga,  apalagi  bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.
j.  Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan  uraian  guru,  tetapi  juga  aktivitas  lain  seperti
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain. Sementara  itu.  Nilai-nilai  praktik  media  pengajaran  menurut
Sudirman  N,  dkk  sebagaimana  dikutip  oleh  Syaiful  BahriAswan  Zain 2006: 138 adalah:
a.  Meletakkan  dasar-dasar  yang  konkret  dari  konsep  yang  abstrak, sehingga  dapat  mengurangi  kepahaman  yang  bersifat  verbalisme.
Misalnya,  untuk  menjelaskan  bagaimana  sistem  peredaran  darah pada manusia digunakan film.
b.  Menampilkan  objek  yang  terlalu  besar  yang  tidak  memungkinkan untuk  dibawa  ke  dalam  kelas;  misalnya  pasar,  pabrik,  binatang-
40
binatang  yang besar, dalat-alat perang. Objek-objek tersebut cukup ditampilkan melalui foto, film atau gambar.
c.  Memperlambat  gerakan  yang  terlalu  cepat  dan  mempercepat gerakan yang lamban. Gerakan yang terlalu cepat misalnya gerakan
kapal terbang, mobil, mekanisme kerja suatu mesin, dan perubahan wujud suatu zat, metamorphosis.
d.  Karena  informasi  yang  diperoleh  siswa  berasal  dari  satu  sumber serta  dalam  situasi  dan  kondisi  yang  sama,  maka  dimungkinkan
keseragaman pengamatan dan persepsi pada siswa. e.  Membangkitkan motivasi belajar siswa.
f.  Dapat mengontrol dan mengatur waktu belajar siswa. g.  Memungkinkan  siswa  berinteraksi  secara  langsung  dengan
lingkungannya sumber belajar. h.  Bahan  pelajaran  dapat  diulang  sesuai  dengan  kebutuhan  dan  atau
disimpan untuk digunakan pada saat yang lain. i.  Memungkinkan  untuk  menampilkan  objek  yang  langka  seperti
peristiwa gerhana matahari total atau binatang yang hidup di kutub. j.  Menampilkan  objek  yang  sulit  diamati  oleh  mata  telanjang,
misalnya  mempelajari  tentang  bakteri  dengan  menggunakan mikroskop.
41
3.  Jenis Media Pembelajaran SeelsGlasglow  sebagaimana  dikutip  oleh  Azhar  Arsyad  2011:
33,  mengelompokkan  jenis  media  dari  segi  perkembangan  teknologi sebagai berikut:
a.  Pilihan media tradisional 1  Visual diam yang diproyeksikan
-  Proyeksi opaque tak-tembus pandang -  Proyeksi overhead
-  Slides -  Filmstrips
2 Visual yang tak diproyeksikan -  Gambar, poster
-  Foto -  Charts, grafik, diagram
-  Pameran, papan info, papan-bulu 3 Audio
-  Rekaman piringan -  Pita kaset, reel, cartridge
4 Penyajian multimedia -  Side plus suara tape
-  Multi-image
42
5 Visual dinamis yang diproyesikan -  Film
-  Televise -  Video
6 Cetak -  Buku teks
-  Modul, teks terprogram -  Workbook
-  Majalah ilmiah, berkala -  Lembaran lepas handout
7 Permainan -  Teka-teki
-  Simulasi -  Permainan papan
8 Realia -  Model
-  Specimen contoh -  Manipulatif peta, boneka
b.  Pilihan media teknologi 1  Media berbasis telekomunikasi
-  Telekonferen
43
-  Kuliah jarak jauh 2 Media berbasis mikroprosesor
-  Computer-assisted instruction -  Permainan computer
-  Sistem tutor intelijen -  Interaktif
-  Hypermedia -  Compact video dics
Sementara  itu  Syaiful  BahriAswan  Zain  2006:  124-126 mengklasifikasikan  media  berdasarkan  jenisnya,  daya  liputnya,  dan  dari
bahan serta cara pembuatannya sebagai berikut: a.  Dilihat dari jenisnya:
1  Media  auditif.  Media  auditif  adalah  media  yang  hanya mengandalkan  kemampuan  suara  saja,  seperti  radio,  cassette
recorder,  piringan  hitam.  Media  ini  tidak  cocok  untuk  orang  tuli atau mempunyai kelainan dalam pendengaran.
2  Media  visual.  Media  visual  adalah  media  yang  hanya mengandalkan  indra  penglihatan.  Media  visual  ini  ada  yang
menampilkan  gambar  diam  seperti  film  stripfilm  rangkai, slidesfilm  bingkai  foto,  gambar  atau  lukisan,  dan  cetakan.  Ada
44
pula  media  visual  yang  menampilkan  gambar  atau  symbol  yang bergerak seperti film bisu, dan film kartun.
3  Media  audiovisual.  Media  audiovisual  yang  mempunyai  unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan
yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media ini dibagi lagi ke dalam:
a  Audiovisual diam, yakni media yang menampilkan suara dan gambar  diam  seperti  bingkai  suara  sound  slides,  film
rangkai suara, dan cetak suara. b  Audiovisual  gerak,  yaitu  media  yang  dapat  menampilkan
unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video cassette Syaiful BahriAswan Zain, 2006: 124-126.
b.  Dilihat dari daya liputnya: 1  Media dengan daya liput luas dan serentak. Penggunaan media ini
tidak  terbatas  oleh  tempat  dan  ruang  serta  dapat  menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama.
2  Media  dengan  daya  liput  yang  terbatas  oleh  ruang  dan  tempat. Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat
yang  khusus  seperti  film,  sound  slide,  film  rangkai,  yang  harus menggunakan tempat yang tertutup dan gelap.
45
3  Media  untuk  pengajaran  individual.  Media  ini  penggunaannya hanya  untuk  seorang  diri.  Termasuk  media  ini  adalah  modul
berprogram dan pengajaran melalui komputer. c.  Dilihat dari bahan pembuatannya:
1  Media sederhana. Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya  murah,  cara  pembuatannya  mudah,  dan  penggunaannya
tidak sulit. 2  Media  kompleks.  Media  ini  adalah  media  yang  bahan  dan  alat
pembuatannya  sulit  diperoleh  serta  mahal  harganya,  sulit membuatnya,  dan  penggunaannya  memerlukan  ketrampilan  yang
memadai Syaiful BahriAswan Zain, 2006: 124-126 4.  Media  Word Search Puzzle
a.  Pengertian Media Puzzle Puzzle  secara  bahasa  Indonesia  diartikan  sebagai  tebakan.
Tebakan adalah sebuah masalah “enigma” yang diberikan sebagai hiburan yang  biasanya  ditulis,  atau  dilakukan.    Banyak  tebakan  berakar  dari
masalah  matematika  dan  logistik  serius.  Lainnya  seperti  masalah  catur, diambil  dari  permainan  papan.  Lainnya  lagi  dibuat  hanya  sebagai
pengetesangodaan otak Respositori UPI, 2008. Games puzzle merupakan bentuk permainan yang menantang daya
kreatifitas  dan  ingatan  siswa  lebih  mendalam  dikarenakan  munculnya motivasi  untuk  senantiasa  mencoba  memecahkan  masalah,  namun  tetap
46
menyenangkan sebab bisa diulang-ulang. Tantangan dalam permainan ini akan  selalu  memberikan  efek  ketagihan  untuk  selalu  mencoba  dan  terus
mencoba hingga berhasil. Menurut  Ferry  Adenan  1982:  1
bahwa  “puzzle  dan  games” adalah  materi  untuk  memotivasi  diri  secara  nyata  dan  merupakan  daya
penarik yang kuat. Puzzle dan games merupakan media untuk memotivasi karena  puzzle  memberikan  tantangan  yang  biasanya  dapat  diselesaikan
dengan baik. Puzzle dan permainan dalam pengajaran bahsa memerlukan beberapa syarat, diantaranya:
1  Kosakata dan struktur kalimat harus dalam susunan yang terkontrol sehingga tantangan yang ditawarkan dapat ditemukan.
2  Fokusnya  harus  pada  bahasa.  Siswa  harus  dapat  menggunakan bahasa dengan baik.
3  Puzzle dan permainan harus menawarkan banyak kesempatan pada siswa  untuk  berlatih  dan  mengulang  pola  kalimat  dan  kosakata
Ferry Adenan, 1982: 2 Sedangkan  menurut  Hadfield  1990:  12,  puzzle  adalah
pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah yang sulit untuk dimengerti atau  dijawab.  Tarigan  1986:  234  menyatakan  bahwa  pada  umumnya
para  siswa  menyukai  permainan  dan  mereka  dapat  memahami  dan melatih  cara  penggunaan  kata-kata,  puzzle,  crossword  puzzle,  anagram,
47
dan  palidron  syukronsahara.blogspot.com201105penggunaan-media- games-puzzle.html.
Media  puzzle  merupakan  salah  satu  media  pembelajaran  guna meningkatkan  hasil  belajar.  Puzzle  merupakan  permainan  yang
didasarkan  pada  sebuah  teka-teki  sehingga  menguji  kecerdikan  dan ketelitian.  Teka-teki  sering  dibuat  sebagai  bentuk  media  inovatif.  Puzzle
terdiri  atas  beberapa  kategori  yang  meliputi:  crossword  puzzle,  word search  puzzle,  hidden  puzzle,  dan  jigsaw  puzzle.  Crossword  puzzle
merupakan puzzle yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dengan  cara  memasukkan  jawaban  tersebut  ke  dalam  kotak-kotak  yang
tersedia  baik  secara  horizontal  dan  vertikal.  Word  search  puzzle  adalah pencarian  kata,  sejenis  teka-teki  yang  terdiri  dari  rangkaian  kata  yang
telah  diacak,  dimana  kata-kata  telah  dieja  horizontal,  vertikal  atau diagonal.  Para  pemain  harus  mencari  kata  yang  spesifik  guna
mencocokan  dengan  kata  yang  tersedia.  Permainan  ini  membutuhkan kemampuan  otak  untuk  melihat  kata-kata  yang  tersembunyi  di  belakang
kata  atau  huruf.  Hidden  puzzle  merupakan  puzzle  yang  berupa  latar belakang foto yang berisi gambar tertentu. Pemain harus mencari bagian-
bagian  yang  hilang  pada  gambar  tersebut  sesuai  dengan  perintah  yang tersedia, setelah bagian gambar ditemukan cocokkan dengan gambar yang
telah  ada.  Hidden  puzzle  mengajarkan  persepsi  dan  ketrampilan pengamatan  rinci  serta  kosakata.  Jigsaw  puzzle  adalah  teka-teki  berupa
48
potongan  bentuk  yang  saling  berkaitan  satu  dengan  yang  lainnya  serta memerlukan  penyusunan  dalam  menyelesaikannya.  Cara  bermain  jigsaw
puzzle yaitu dengan menyusun potongan-potongan tersebut disusun sesuai dengan  bentuk  tiap  potongan  agar  menjadi  gambar  yang  utuh
syukronsahara.blogspot.com201105penggunaan-media-games- puzzle.html.
Banyak anak tergugah rasa ingin tahunya oleh  puzzle, dari puzzle yang sederhana sampai puzzle dengan pola yang rumit. Puzzle baik untuk
melatih koordinasi jari, kecekatan, relasi spasial, dan pemikiran logis juga belajar  mengatasi  masalah.  Dalam  memilih  puzzle  haruslah  realistis
supaya  dapat  diselesaikan  sesuai  kemampuan  anak.  Jika  puzzle  terlalu rumit  anak  akan  menjadi  frustasi  dan  memiliki  pandangan  negatif
terhadap  puzzle.  Jumlah  potongan  bisa  ditingkatkan  sesuai  usia  dan kemampuan
httpannabowers.www.yahoo.comteaching with
puzzlehtml. b.  Manfaat Media Puzzle
Puzzle  bermanfaat  besar  bagi  perkembangan  motorik  halus  dan perkembangan  kognisi  anak.  Dalam  Pedoman  Penatar  Pekerti  AA  yang
diterbitkan  oleh  Direktorat  Jenderal  Pendidikan  Tinggi  Departemen Pendidikan  Nasional  disebutkan  ada  delapan  manfaat  media,  khususnya
media puzzle dan penyelenggaraan belajar dan pembelajaran yaitu: 1.  Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan
49
2.  Proses pembelajaran lebih menarik 3.  Proses belajar lebih interaktif
4.  Jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi 5.  Kualitas belajar dapat ditingkatkan
6.  Proses belajar bisa terjadi kapan dan dimana saja 7.  Meningkatkan sikap positif siswa terhadap proses bahan belajar
8.  Peran pengajar berubah kearah positif dan produktif Beberapa manfaat bermain puzzle bagi anak-anak antara lain:
1.  Meningkatkan ketrampilan kognitifcognitive skill Ketrampilan  kognitif  berkaitan    dengan  kemampuan  untuk
belajar  dan  memecahkan  masalah.  Puzzle  adalah  permainan  yang menarik  bagi  anak,  dengan  bermain  puzzle  anak  akan  mencoba
memecahkan masalah yaitu menyusun gambar atau kata. 2.  Meningkatkan ketrampilan motorik halusfine motor skill
Ketrampilan motorik halus berkaitan dengan kemampuan anak menggunakan  otot-otot  kecilnya  khususnya  tangan  dan  jari-jari
tangan.  Dengan  bermain  puzzle  tanpa  disadari  anak  akan  belajar secara aktif menggunakan jari-jari tangannya.
3.  Meningkatkan ketrampilan sosial Ketrampilan  sosial  berkaitan  dengan  kemampuan  berinteraksi
dengan  orang  lain.  puzzle  dapat  dimainkan  secara  perorangan. Namun  puzzle  dapat  pula  dimainkan  secara  kelompok.  Permainan
50
yang dilakukan
oleh anak-anak
secara kelompok
akan meningkatkan interaksi sosial anak.
c.  Media Word Search Puzzle Word  search  puzzle  adalah  pencarian  kata,  sejenis  teka-teki
yang  terdiri  dari  rangkaian  kata  yang  telah  diacak,  dimana  kata-kata telah  dieja  horizontal,  vertikal  atau  diagonal.  Para  pemain  harus
mencari  kata  yang  spesifik  guna  mencocokan  dengan  kata  yang tersedia. Permainan ini membutuhkan kemampuan otak untuk melihat
kata-kata yang
tersembunyi di
belakang kata
atau huruf
httpannabowers.www.yahoo.comteaching with puzzlehtml. Beberapa  keunggulan  dari  media  Word  Search  Puzzle  ini
diantaranya adalah kemudahan dalam membuat.  Guru dapat membuat sendiri  media  ini.  Biaya  untuk  membuatnya  pun  murah,  hanya
bermodal  kertas  dan  pena  saja,  namun  jika  ingin  hasilnya  lebih  baik bisa  dengan  bantuan  komputer.  Selain  itu  dalam  penggunaannya,
media  ini  tidak  memerlukan  listrik,  sehingga  bisa  dipakai  kapan  saja. berbeda halnya dengan media lain seperti media powerpoint misalnya,
hanya  bisa  digunakan  ketika  ada  aliran  listrik.  Ketika  listrik  padam media ini tidak dapat difungsikan.
Dengan media Word Search Puzzle ini maka akan mengajarkan pada siswa tentang ketelitian dan ketekunan dalam belajar. Dibutuhkan
ketelitian  dan  ketekunan  dalam  permainan  ini,  karena  mencari  kata
51
dalam kumpulan huruf-huruf tidak mudah. Selain itu juga mengajarkan kerjasama antar anggota kelompok. Mereka bisa saling membagi tugas
untuk mencari kata-kata yang telah ditentukan. Cara menggunakan media  Word Search Puzzle  adalah sebagai
berikut: 1  Guru  membagi  kelas  menjadi  beberapa  kelompok,  masing-
masing kelompok berjumlah maksimal 4 orang siswa. 2  Siswa-siswa duduk sesuai dengan kelompoknya.
3 Guru membagikan kertas yang berisikan teka-teki Word Search
Puzzle. 4  Guru meminta siswa untuk mengerjakan teka-teki  Word Search
Puzzle secara bekelompok. 5  Jika  semua  kelompok  telah  menyelesaikan  mengerjakan  guru
kemudian memberikan evaluasi atas pekerjaan siswa.
E. Penelitian Relevan