PERUBAHAN PENGATURAN KESEIMBANGAN AIR

sel. Kadar ion K di luar sel berkisar antara 3,5 – 5,5 meqliter, sedangkan di dalam sel antara 150-160 meqliter. Perubahan ion K di dalam dan di luar sel mengakibatkan perubahan potensial listrik membran sel. Pada hipokalemia, potensial istirahat resting potential membran sel menjadi lebih besar sehingga perbedaan antara potensial ambang treshold potential dengan potensial istirahat bertambah besar. Akibatnya sel menjadi kurang peka terhadap rangsangan. Sedangkan pada hiperkalemia terjadi hal sebaliknya sehingga mengakibatkan sel menjadi kurang peka terhadap rangsangan. Gejala klinis yang timbul akibat gangguan keseimbangan K ini tergantung dari kecepatan perubahan rasio ion K di dalam dan di luar sel. Gejala klinis akan lebih nyata pada perubahan rasio yang terjadi secara tiba-tiba akut dibandingkan perubahan yang kronik. Keseimbangan ion K diatur oleh : 1. Distribusi ion K di dalam maupun di luar sel. i. Yang dimaksud dengan distribusi ion K di dalam maupun di luar sel adalah kesanggupan ion K masuk ke dalam dan ke luar dari sel. Dalam keadaan asidosis, ion H menjadi berlebihan di luar sel sehingga kelebihan ini masuk ke dalam sel. Untuk menjaga keseimbangan listrik maka Ion K dan ion Na keluar dari sel sehingga terjadi pada kadar ion K di luar sel meninggi. Demikian sebaliknya terjadi pada alkalosis. ii. Insulin merangsang masuknya ion K ke dalam sel. Pada pasien diabetes mellitus dimana ada kekurangan insulin, lebih mudah terjadi hiperkalemia disbanding dengan orang normal. 2. Ekskresi ion K melalui ginjal. i. Ekskresi ion K melalui ginjal terutama melalui tubulus distal. Ekskresi ini terutama dipengaruhi oleh aldosteron, keseimbangan asam basa, kecepatan cairan melalui tubulus distal, masuknya ion K, diuretik dan kadar ion K di dalam sel. Aldosteron yang berlebihan akan menyebabkan ekskresi ion K bertambah sedangkan ion Na diretensi. Dalam keadaan alkalosis, ekskresi ion K bertambah dan sebaliknya terjadi pada asidosis. Kecepatan cairan melalui tubulus distal juga mempengaruhi ekskresi ion K. Bila kecepatan bertambah, ekskresi juga bertambah. Pemberian infus yang mengandung ion Na dalam jumlah banyak akan menyebabkan ekskresi ion K bertambah. Bila masukan ion K bertambah secara akut baik melalui infus maupun melalui makanan sehari-hari, ekskresi ion K akan bertambah melalui ginjal. Demikian sebaliknya akan terjadi bila masukan ion K dibatasi. Diuretik osmotik, asam etakrinik, tiazid, penghambat karbonik anhidrase dan furosemid menyebabkan peningkantan ekskresi ion K. Sedangkan spironolakton dan triamteren akan mengurangi ekskresi ion K melalui ginjal. Kadar ion K dalam sel yang tinggi akan menyebabkan ekskresi ion K melalui ginjal bertambah. Dalam keadaan alkalosis ion K amsuk ke dalam sel sehingga kadar dalam sel meningkat, tetapi ekskresi ion K melalui ginjal bertambah.

I.8. PERUBAHAN PENGATURAN KESEIMBANGAN AIR

Konsentrasi total cairan tubuh seseorang adalah sangat konstan meskipun perubahan asupan air dan ekskresi air cukup besar. Kadar plasma dan cairan tubuh dapat dipertahankan dalam batas normal melalui pembentukan kemih yang jauh lebih Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009 218 pekat atau lebih encer jika disbanding dengan plasma tersebut. Banyaknya jumlah cairan yang diminum dapat menyebabkan kemih menjadi encer dan kelebihan air yang terjadi akan diekskresikan dengan cepat. Sebaliknya pada waktu tubuh kehilangan cairan atau terjadi asupan solut yang berlebihan, akan menyebabkan kemih yang sangat pekat sehingga solut banyak yang terbuang. Perubahan fungsi ginjal berhubungan dengan usia, dimana pada peningkatan usia maka pengaturan metabolisme air menjadi terganggu yang sering terjadi pada lanjut usia. Jumlah total air dalam tubuh menurun sejalan dengan peningkatan usia. Massa tubuh memperlihatkan penurunan sejalan dengan peningkatan usia yaitu dari 35-60 pada usia 20 tahun menjadi 45-55 pada usia 80 tahun. Penurunan ini lebih berarti pada perempuan daripada laki-laki, prinsipnya adalah penurunan indeks massa tubuh karena terjadi peningkatan jumlah lemak dalam tubuh. Pada lanjut usia, untuk mensekresi sejumlah urin atau kehilangan air dapat meningkatkan osmolaritas cairan ekstraseluler dan menyebabkan penurunan volume yang mengakibatkan timbulnya rasa haus subjektif. Pusat-pusat yang mengatur perasaan haus timbul terletak pada daerah yang menghasilakan ADH di hypothalamus. Dalam ginjal ADH secara tidak langsung mengakibatkan proses utama yang terjadi dalam lengkung Henle melalui 2 mekanisme yang berhubungan satu dengan yang lain yaitu : -Aliran darah di medulla berkurang bila terdapat ADH sehingga mengurangi pengeluaran solut dari daerah interstitial yang selanjutnya akan mengakibatkan keadaan yang semakin hiperosmotik. -ADH meningkatkan permeabilitas duktus koligentes dan tubulus distal sehingga makin banyak air yang berdifusi keluar untuk membentuk keseimbangan dengan cairan interstitial yang hiperosmotik. Kedua mekanisme ini bekerja menghasilkan kemih yang pekat sehingga mengurangi volume ekskresi. Pada lanjut usia, respon ginjal pada vasopressin berkurang bila dibandingkan dengan usia muda yang menyebabkan konsentrasi urin juga berkurang, Kemampuan ginjal pada kelompok lanjut usia untuk mencairkan dan mengeluarkan kelebihan air tidak dievaluasi secara intensif. Orang dewasa sehat mengeluarkan 80 atau lebih dari air yang diminum 20 mlkgBB dalam 5 jam. II. PENYAKIT GINJAL PADA LANJUT USIA II.1. GANGGUAN PEMBULUH DARAH GINJAL PADA LANSIA