dalam urin merupakan penyebab ISK bersangkutan, contoh urin yang dipakai sebaiknya diambil dengan aspirasi suprapubik.
Virus juga sering ditemukan pada urin tanpa ada gejala ISK akut. Adenovirus tipe 11 dan 12 diduga sebagai penyebab sistitis hemoragik. Sisititis
hemoragik dapat juga disebabkan oleh Schistosoma hematobium yang termasuk golongan cacing pipih. Candida merupakan jamur yang paling sering
menyebabkan ISK terutama pada pasien dengan kateter, pasien DM atau yang mendapat pengobatan dengan antibiotik spektrum luas. Candida yang paling
sering ialah Candida albicans dan Candida tropicalis. Semua jamur sistemik dapat menulari saluran kemih secara hematogen.
II.5.2. Patogenesis
Masukmya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui : 1. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi tersebut.
2. Hematogen 3. Limfogen
4. Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistiskopi.
Dua jalur utama terjadinya ISK adalah hematogen dan asending, tetapi dari kedua cara ini asendinglah yang paling sering terjadi. Infeksi hematogen
kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah atau pasien yang sementara mendapat pengobatan imunosupresif. Infeksi asending dapat
terjadi mulai dari kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina, masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, multiplikasi bakteri dalam kandung
kemih dan pertahanan kandung kemih kemudian naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal.
II.5.3. Gejala Klinis
Gejala klinis ISK tidak khas dan bahkan pada sebagian pasien tanpa gejala. Gejala yang sering ditemukan ialah disuria, polakisuria, dan terdesak kencing
yang biasanya terjadi bersamaan. Nyeri suprapubik dan daerah pelvis. Polakisuria terjadi akibat kandung kemih tidak dapat menampung urin lebih dari 500 mL
karena mukosa yang meradang sehingga sering kencing. Stranguria yaitu kencing yang susah dan disertai kejang otot pinggang yang sering ditemukan pada sistitis
akut. Tenesmus adalah rasa nyeri dengan keinginan mengosongkan kandung kemih meskipun telah kosong. Nokturia ialah cenderung sering kencing pada
malam hari akibat kapasitas kandung kemih menurun. Sering juga ditemukan enuresis nokturnal sekunder yaitu ngompol pada orang dewasa, prostatismus
yaitu kesulitan memulai kencing dan kurang deras arus kencing. Nyeri uretra, kolik ureter dan ginjal.
Gejala klinis ISK sesuai dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi sbb : -
pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit-sedikit
serta rasa tidak enak di daerah suprapubik. -
Pada ISK bagian atas dapat ditemukan gejal sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak, atau nyeri di pinggang.
II.5.4. Pemeriksaan Laboratorium
1. Urinalisis a. Leukosuria
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009 224
Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting terhadap dugaan adalah ISK. Dinyatakan positif bila terdapat 5 leukositlapang
pandang besar LPB sedimen air kemih. Adanya leukosit silindere pada sediment urin menunjukkan adanya keterlibatan ginjal. Namun adanya
leukosuria tidak selalu menyatakan adanya ISK karena dapat pula dijumpai pada inflamasi tanpa infeksi.
b. Hematuria Dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya ISK, yaitu bila
dijumpai 5-10 eritrositLPB sedimen urin. Dapat juga disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun
oleh sebab lain misalnya urolitiasis, tumor ginjal, atau nekrosis papilaris.
2. Bakteriologis a. Mikroskopis
Dapat digunakan urin segar tanpa diputar atau tanpa pewarnaan gram. Dinyatakan positif bila dijumpai 1 bakteri lapangan pandang minyak
emersi. b. Biakan bakteri
Dimaksudkan untuk memastikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna sesuai dengan criteria Cattell , 1996 :
- Wanita, simtomatik
≥10² organisme koliformmL urin plus piuria, atau ≥10
5
organisme pathogen apapunmL urin, atau Adanya pertumbuhan organisme pathogen apapun pada urin
yang diambil dengan cara aspirasi suprapubik -
Laki-laki, simtomatik ≥10
3
organisme patogenmL urin -
Pasien asimtomatik ≥10
5
organisme patogenmL urin pada 2 contoh urin berurutan. 3. Tes kimiawi
Yang paling sering dipakai ialah Tes reduksi griess nitrate. Dasarnya adalah sebagian besar mikroba kecuali enterokoki, mereduksi nitrat bila
dijumpai lebih dari 100.000 – 1.000.000 bakteri. Konversi ini dapat dijumpai dengan perubahan warna pada uji carik. Dipakai untuk penyaringan atau
pengamatan pada pasien rawat jalan. Sensitivitas 90,7 dan spesifisitas 99,1 untuk mendeteksi Gram-negatif. Hasil palsu terjadi bila pasien sebelumnya
diet rendah nitratt, diuresis banyak, infeksi oleh enterokoki dan asinetobakter.
4. Tes Plat-Celup Dip-slide Lempeng plastik bertangkai dimana kedua sisi permukaannya dilapisi
perbenihan padat khusus dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan digenangi urin. Setelah itu lempeng dimasukkan kembali ke dalam tabung
plastik tempat penyimpanan semula, lalu dilakukan pengeraman semalaman pada suhu 37º C. Penentuan jumlah kumanmL dilakukan dengan
membandingkan pola pertumbuhan pada lempeng perbenihan dengan serangkaian gambar yang memperlihatkan keadaan kepadatan koloni yang
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009 225
sesuai dengan jumlah kuman antara 1000 dan 10.000.000 dalam tiap mL urin yang diperiksa. Cara ini mudah dilakukan, murah dan cukup akurat. Tetapi
jenis kuman dan kepekaannya tidak dapat diketahui. 5. Pemeriksaan Radiologis dan pemeriksaan lainnya
Pemeriksaan radiologis dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK. Dapat berupa
pielografi intravena IVP, ultrasonografi dan CT-scanning.
Gambar 6. Hasil Ultrasonografi dan pemeriksaan CT-scanning
II.5.5. Diagnosis Banding