Jangkauan penjualan CPO khususnya ekspor, dominan negara tujuan ekspor adalah negara Asia Lampiran 4. Dari tahun 2009 sampai dengan 2012 negara-
negara importir yang rutin membeli CPO yaitu India dan Singapura. Negara Eropa yang membeli CPO hanya terjadi pada tahun 2011 yaitu Belanda, Italia dan Ukraina.
Hal ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan jangkauan pasar sampai ke Negara Eropa setelah diterapkannya RSPO, namun hanya terjadi pada tahun 2011, kemudian
pada tahun 2012 negara pembeli CPO dari Eropa tidak ada akibat terjadinya krisis hutangekonomi.
4.5.2. Manfaat Tidak Langsung
Manfaat yang diterima oleh perusahaan setelah beberapa unit usahanya memperoleh sertifikasi RSPO yang tidak berpengaruh langsung dengan harga jual,
volume penjualan dan jangkauan pasar CPO yaitu:
Operasional
• Produksi CPO sebagai akibat adanya praktek-praktek seperti; pemeliharaan,
pemupukan, dokumentasi kegiatan operasional dan lain-lain yang terbaik. Untuk melihat perbedaan produksi CPO sebelum Tahun 2009 dan 2010 dan sesudah RSPO
Tahun 2011 dan 2012 pada ketiga unit kebunPKS PTPN IV dilakukan analisis uji beda rata-rata. Hasil analisis uji beda rata-rata di unit kebunPKS Dolok Ilir, Pabatu
dan Pulu Raja diterangkan pada tabel sebagai berikut: Tabel 9. Uji Beda Rata-rata Produksi CPO Sebelum dan Sesudah RSPO di Unit Kebun
Dolok Ilir, Pabatu dan Pulu Raja
Se be lum RSPO Se sudah RSPO
Dolok Ilir
2.869 2.522
3,557 0,002
Pabatu
2.027 2.080
-0,628 0,536
Pulu Raja
1.670 1.368
6,754 0,000
Sumber: Lampiran 7 dan 8
Unit Ke bun Produksi Ton
t Sig.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Tabel 9 bahwa rata-rata produksi CPO di Unit kebunPKS Dolok Ilir dan Pulu Raja mengalami penurunan sesudah penerapan RSPO dan berbeda
nyata pada α = 0.05. Maka keputusannya adalah H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga secara statistik dapat dinyatakan ada perbedaan nyata pada produksi
sebelum dengan sesudah RSPO di Unit kebunPKS Dolok Ilir dan Pulu Raja. Penurunan produksi yang terjadi pada kedua unit tersebut yang signifikan
akibat adanya program peremajaan kelapa sawit Replanting. Sedangkan Unit KebunPKS Pabatu produksi CPO mengalami kenaikan namun tidak berbeda
nyata pada α = 0.05, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Kondisi produksi berbeda yang dialami Unit Kebun Pabatu dikarenakan pada periode 2009
sampai dengan 2012 pelaksanaan program replanting tidak terlalu luas. Pemeliharaan kelapa sawit seperti perlakuan dosis, waktu dan mekanisme
kerja pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan lain-lain untuk masing-masing unit kebun telah seragam mengacu kepada SOP yang berlaku.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa praktek-praktek terbaik yang dilakukan setelah penerapan RSPO belum berpengaruh terhadap kenaikan produksi di
PTPN IV khususnya Unit kebunPKS Dolok Ilir, Pabatu dan Pulu Raja.
• Terjadinya penurunan angka kecelakaan kerja,
Tabel 10. Angka Kecelakaan Kerja Tahun 2009 s.d 2012 di Unit Kebun Dolok Ilir, Pabatu dan Pulu Raja.
2009 2010
2011 2012
1 Dolok Ilir
1 -
6 3
2 Pabatu
- -
- 2
3 Pulu Raja
- -
- -
Sumber: PTPN IV Unit kebun Dolok Ilir, Pabatu dan Pulu Raja
No. Unit Ke bun
Angka Ke ce lakaan Ke rja
Universitas Sumatera Utara
Menurut tabel 10 setelah penerapan RSPO kecuali di Unit pulu Raja, Unit Kebun Dolok Ilir dan Pabatu mengalami penambahan keryawan yang mengalami kecelakaan
kerja. Hal ini menunjukkan bahwa belum berpengaruhnya penerapan RSPO terhadap penurunan angka kecelakaan kerja di ketiga Unit Kebun tersebut.
• Kasus kebakaran dapat diminimalisir, sejak tahun 2009 sampai 2012 ketiga unit tidak
pernah mengalami kebakaran lahan.
Sosial Masyarakat
Konflik lahan dapat diminimalisir dan dapat ditanggulangi akibat adanya sistem penanganan konflik lahan yang baik. Ketiga Unit Kebun dari tahun 2009 sampai
dengan tahun 2012 tidak mengalami masalah lahan atau konflik lahan.
4.5.3. Manfaat Jangka Pendek dan Jangka Panjang