Apabila perbuatan orang lain menyerahkan benda belum selesai, belum berakibat berpindahnya kekuasaan atasnya, atau perbuatan menyerahkan itu tidak
terwujud sarna sekali, sedangkan perbuatan menggerakkan telah terjadi, maka telah terjadi percobaan penipuan. Pada pencurian disyaratkan pada selesainya perbuatan
mengarnbil dalam artian benda objek kejahatan telah sepenuhnya berpindah kekuasaannya ke tangan petindaknya. Dalam hal ini ada persamaannya dengan
penipuan, yaitu untuk selesainya dua kejahatan ini diperlukan telah berpindahnya kekuasaan atas benda objek kejahatan. Tetapi penyebabnya yang berbeda. Pada
pencurian disebabkan oleh perbuatan mengambil, suatu perbuatan yang dilakukan sendiri oleh petindaknya. Sedangkan pada penipuan oleh sebab perbuatan
menyerahkan, suatu perbuatan yang dilakukan oleh orang bukan petindak. Pengertian perbuatan menyerahkan adalah suatu pengertian menurut arti kata
yang sebenarnya. Berdasarkan pengertian yang demikian ini, maka tidak mungkin penipuan tadi terjadi atas benda-benda yang tidak bergerak dan tidak berwujud.
3. Upaya-Upaya Penipuan
Upaya penipuan dilakukan dengan salah satu cara yaitu dengan menggunakan nama palsu valsche naam. Ada dua pengertian nama palsu. Pertama, diartikan
sebagai suatu nama bukan namanya sendiri melainkan nama orang lain. Misalnya Abdurachim menggunakan nama temannya yang benama Abdullah. Kedua, suatu
nama yang tidak diketahui secara pasti pemiliknya atau tidak ada pemiliknya. Misalnya orang yang bemama Gino menggunakan nama Kempul. Nama Kempul
tidak ada pemiliknya atau tidak diketahui secara pasti ada tidaknya orang yang menggunakannya.
Banyak orang menggunakan suatu nama dari gabungan beberapa nama, misalnya Abdul Mukti Ahmad. Apakah menggunakan nama palsu, jika ia
mengenalkan diri pada seseorang dengan nama Mukti Ahmad. Andaikata ia dikenal di masyarakat dengan nama Abdul Mukti, maka ia mengenalkan diri dengan nama
Mukti Ahmad itu adalah menggunakan nama palsu. Bagaimana pula jika seseorang menggunakan nama orang lain yang sama dengan namanya sendiri, tetapi orang yang
dimaksudkan itu berbeda. Misalnya seorang penjaga malam benama Markaban mengenalkan diri sebagai seorang dosen bernama Markaban, Markaban yang terakhir
benar-benar ada dan diketahuinya sebagai seorang dosen. Di sini tidak menggunakan nama palsu, akan tetapi menggunakan martabatkedudukan palsu.
Ada beberapa istilah yang sering digunakan sebagai terjemahan dari perkataan valsche hoedanigheid itu, ialah: keadaan palsu, martabat palsu, sifat palsu, dan
kedudukan palsu. Adapun yang dimaksud dengan kedudukan palsu itu adalah suatu kedudukan yang disebutdigunakan seseorang, kedudukan mana menciptakan
mempunyai hak-hak tertentu, padahal sesungguhnya ia tidak mempunyai hak tertentu itu. Jadi kedudukan palsu ini jauh lebih luas pengertiannya daripada sekedar mengaku
mempunyai suatu jabatan tertentu, seperti dosen, jaksa, kepala, notaris, dan lain sebagainya. Sudah cukup ada kedudukan palsu misalnya seseorang mengaku seorang
pewaris, yang dengan demikian menerima bagian tertentu dari boedel waris, atau sebagai seorang wali, ayah atau ibu, kuasa, dan lain sebagainya.
Hoge Raad dalam suatu arrestnya 27-3-1893 menyatakan bahwa perbuatan menggunakan kedudukan palsu adalah bersikap secara menipu terhadap orang ketiga,
misalnya sebagai seorang kuasa, seorang agen, seorang wali, seorang kurator ataupun yang dimaksud untuk memperoleh kepercayaan sebagai seorang pedagang atau
seorang pejabat. Menggunakan tipu muslihat listige kunstgrepen dan rangkaian kebohongan
zamemveefsel van verdichtsels adalah upaya penipuan lainnya. Kedua cara menggerakkan orang lain ini sama-sama bersifat menipu atau isinya tidak benar atau
palsu, namun dapat menimbulkan kepercayaankesan bagi orang lain bahwa semua itu seolah-olah benar adanya. Namun ada perbedaan, yaitu: pada tipu muslihat berupa
perbuatan, sedangkan pada rangkaian kebohongan berupa ucapan perkataan. Tipu muslihat diartikan sebagai suatu perbuatan yang sedemikian rupa dan yang
menimbulkan kesan atau kepercayaan tentang kebenaran perbuatan itu, yang sesungguhnya tidak benar. Karenanya orang bisa menjadi percaya dan tertarik atau
tergerak hatinya. Tergerak hati orang lain itulah yang sebenamya dituju oleh si penipu, karena dengan tergerak hatinyaterpengaruh kehendaknya itu adalah berupa
sarana agar orang lain korban berbuat menyerahkan benda yang dimaksud. Hoge Raad memberikan pengertiannya tentang tipu muslihat tidak jauh berbeda
dengan apa yang diuraikan di atas. Dalam arrestnya 30-1-1911 Hoge Raad menyatakan bahwa tipu muslihat adalah perbuatan-perbuatan yang menyesatkan,
yang dapat menimbulkan dalih-dalih yang palsu dan gambaran-gambaran yang keliru dan memaksa orang untuk menerimanya. Dari perkataan listige kunstgrepen atau tipu
muslihat, maka perbuatan yang bersifat menipu itu harus lebih dari satu, di mana biasanya yang satu berhubungan dengan yang lain. Akan tetapi dalam praktik bisa
terjadi dengan satu perbuatan saja, yang biasanya diikuti dengan rangkaian kebohongan. Hal ini dapat diketahui dari suatu arrest Hoge Raad 25-10-1909 bahwa
tipu muslihat tunggal adalah cukup, Undang-undang sering menggunakan kata-kata jamak untuk pengertian tunggal. Dari perkataan rangkaian kebohongan
menunjukkan bahwa kebohongan atau ketidakbenaran ucapan itu seolah-olah benar adanya bagi korban lebih dari satu. Karena merupakan rangkaian, maka kata bohong
yang satu dengan bohong yang lain mempunyai satu hubungan atau kaitannya. di mana yang satu menimbulkan kesan mernbenarkan atau mengucapkan yang lain.
Jadi rangkaian kebohongan mempunyai unsur: 1 berupa perkataan yang isinya tidak benar, 2 lebih dari satu bohong, dan 3 bohong yang satu menguatkan bohong
yang lain Ketidakbenaran yang terdapat pada tipu muslihat maupun rangkaian kebohongan harus telah ada pada saat melakukan tipu-muslihat dan lain-lain. Karena
itu tidak mungkin terjadi dalam hal si peminjam tidak membayar hutangnya, walaupun niatnya untuk tidak membayar lunas dan hutangnya itu pada banyak orang
dan hampir semua tidak dibayarnya Sebab ketidakbenarannya itu, misalnya dengan janji-janji memberi bunga dan akan membayar tepat waktu yang ternyata
kemudiannya tidak, janji-janji mana belum terbukti ketidakbenarannya pada saat mengemukakannyamengucapkannya.
Bagaimana dengan mengeluarkan cek atau bilyet giro yang temyata waktu diuangkan tidak ada dananya? Bila pada saat menerbitkan cek atau bilyet giro itu
dananya tidak ada atau tidak cukup, dan keadaan ini tidak diberitahukan, yang berarti ketidakbenaran itu telah ada pada saat itu, dan oleh karena orang yang menerbitkan
cek harus adacukup dananya, maka perbuatan ini dapat dikualifikasikan sebagai penipuan. Pendapat ini sesuai dengan keputusan MA 15-11-1975 No. 133
KKR1973, yang menyatakan bahwa seseorang menyerahkan cek, padahal ia mengetahui bahwa cek itu tidak ada dananya, perbuatannya merupakan tipu muslihat
sebagai termaksud dalam Pasal 378 KUHP. Dalam masyarakat sering terjadi orang menyerahkan cek atau bilyet giro
mundur, artinya cek tersebut diberikan tanggal untuk beberapa hari ke belakang dari saat mengeluarkanmenerbitkannya. Misalnya pada tanggal 1-1-2006 A menerbitkan
cek untuk B, tapi ditulis tanggal 15-1-2006. Pada tanggal 16-1-2006 di bank ternyata dananya tidak ada atau tidak cukup.
Apabila didasarkan pada pendapat MA tadi, maka perbuatan itu adalah sebagai tipu muslihat, dan ini berarti penipuan.
Dalam menghadapi kasus cek atau bilyet giro kosong, tidak dapat disama- ratakan. Pendapat Mahkamah Agung tidak berlaku untuk seluruh peristiwa, tapi harus
melihat kejadian demi kejadian. Dalam contoh di atas, apabila ketidakadaan dananya telah diberitahukan kepada
penerima cek, dan ia telah mengerti, maka dalam peristiwa ini tidak ada sesuatu yang tidak benar atau palsu, ini bukan tipu muslihat, karena itu bukan penipuan. Bila pada
tanggal 1-1-2006 ketika menerbitkan cek itu, dananya memang diketahuinya tidak
ada dan hal ini sengaja tidak diberitahukan kepada penerima cek, maka disini telah terjadi tipu muslihat, dan karenanya merupakan penipuan.
Terhadap tipu muslihat, kesengajaan adalah sangat penting. Dalam contoh yang terakhir itu ia harus ada kesengajaan untuk tidak memberitahukan tentang
ketidakadaan dananya. Wujud tipu muslihat dalam contoh ini adalah berupa tidak memberitahukan. Harus ada kesengajaan yang ditujukan pada perbuatan tidak
memberitahukan, berhubung karena dalam rumusan penipuan kesengajaan sebagai maksud ditempatkan mendahului unsur tipu muslihat. Hal ini sesuai dengan putusan
MA tersebut di atas, dengan disebutnya kalimat padahal ia mengetahui menunjukkan bahwa kesengajaan itu ada baik terhadap ketidakadaan dananya
maupun terhadap perbuatan tidak memberitahukannya.
D. Tinjauan Umum Tentang Bilyet Giro dan Cek 1. Pengertian Bilyet Giro dan Cek
a. Pengertian bilyet adalah surat perintah dari nasabah kepada bank yang memelihara giro nasabah tersebut, untuk memindahbukukan sejumlah uang dari
rekening yang bersangkutan kepada pihak penerima yang disebutkan namanya atau nomor rekening pada bank yang sama tahu bank lainnya. Pengertian giro adalah
simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara
pemindahbukuan.
Bilyet giro merupakan surat berharga dimana surat tersebut merupakan surat perintah nasabah untuk memindah bukukan sejumlah dana dari rekening yang
bersangkutan kepada pihak penerima yang disebutkan namanya pada bank yang sama atau pada bank yang lainnya. Dengan demikian pembayaran dana bilyet giro
mempunyai dua tanggal dalam teksnya yaitu tanggal penerbitan dan tanggal efektif jatuh tempo. Sebelum tanggal efektif tiba bilyet giro sudah dapat diedarkan sebagai
alat pembayaran kredit, bilyet giro tidak dapat dipindahtangankan melalui endosemen, karena didalamnya tidak ada klausula yang menunjukkan cara
pemindahannya. Pembayaran suatu transaksi dipandang sudah selesai apabila pemindahbukuan
yang dimaksud dalam bilyet giro itu sudah dilaksanakan oleh bank. Didalam bilyet giro orang yang menerbitkan adalah pihak yang harus membayar. Menerbitkan surat
berharga disini maksudnya adalah penerbit memerintahkan bank dimana ia menjadi nasabah untuk memindah bukukan sejumlah uang dari rekeningnya kepada rekening
pihak ketiga yang disebutkan namanya. Pihak yang menerima bilyet giro ini disebut pemegang atau penerima, sedangkan bank sebagai pihak yang memerintahkan
melakukan pemindah bukuan disebut tersangkut. Bilyet giro adalah surat perintah pemindahbukuan sebagaimana diatur dalam
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 2832KEPDIR tanggal 4 Juli 1995 tentang Bilyet Giro;
b. Pengertian cek adalah surat perintah tanpa syarat dari nasabah kepada bank yang memelihara rekening giro nasabah tersebut, untuk membayar sejumlah uang
kepada pihak yang disebut di dalamnya atau kepeda pemegang cek tersebut Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998
2. Syarat-Syarat Sahnya Bilyet Giro dan Cek