Jenis-Jenis Tindak Pidana Perbankan

2. Jenis-Jenis Tindak Pidana Perbankan

Tindak pidana perbankan termasuk dalam tindak pidana korporasi karena lebih menekankan pada suatu tinjauan kriminologis, dengan tujuan dapat merangsang pemikiran dalam mengembangkan konsep-konsep tindak pidana korporasi. Walaupun hal ini tidak digolongkan sebagai tindak pidana di bidang perbankan tetapi dapat dirasakan sebagai perbuatan yang telah menimbulkan kerugian bagi perekonomian masyarakat. Dalam praktik sehari-hari terdapat banyak penyimpangan yang dilakukan oleh bank dalam bentuk lain, yang secara kronologis dapat dikategorikan dalam pengertian criminal behaviour dalam konsep white collar crime. Riyanto menyebutkan antara lain: 1 Window dressing, yaitu penyampaian laporan kepada Bank Indonesia secara periodik dengan data yang kurang benar, sehingga bank pelapor terlihat keadaan keuanganassetnya baik. Hal ini merupakan usaha bank agar menjelang periode laporan jumlah assetnya meningkat, dengan maksud agar penampilan bank menjadi lebih baik dan lebih bonafide di mata masyarakat. 2 Menetapkan tingkat bunga yang berlebihan yang bertujuan menarik dana masyarakat sebanyak mungkin. 3 Memberikan kemudahan dalam pemberian kredit dengan tidak disertai pertimbangan atau penilaian yang wajar dalam dunia bisnis perbankan. Perbuatan tersebut di atas pada dasarnya dapat merupakan penyimpangan kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada bank. Fungsi Iembaga perbankan sebagai pusat lalu lintas pembayaran dan peredaran uang, maka besar kemungkinan di dalam Iembaga tersebut terjadi perbuatan-perbuatan yang dapat menimbulkan gangguan dan hambatan terhadap keamanan dan dan kelancaran lalu-lintas pembayaran giral dan peredaran uang serta perkreditan yang akan mengakibatkan gangguan dan hambatan dalam pelaksanaan nasional. Dengan demikian kompleksnya fungsi dan tugas perbankan dewasa ini sehingga membutuhkan dukungan peralatan elektronik dan telekomunikasi yang semakin canggih. Dalam tindak pidana di bidang perbankan, yang sering mengemuka di masyarakat, yaitu tindak pidana pemalsuan cekbilyet giro. Tindak pidana ini dilakukan dengan cara antara lain: 1 Transfer dengan teleks. 2 Transfer dengan telepon. 3 Tindak pidana penipuan dengan LC berupa penipuan di bidang impor dan penipuan di bidang ekspor.

C. Pengertian Penipuan 1. Penipuan Menurut KUHP

Kejahatan penipuan bedrog dimuat dalam Bab XXV Buku II KUHP, dari Pasal 378 sd Pasal 395. Titel asli bab ini adalah bedrog yang oleh banyak ahli diterjemahkan sebagai penipuan, atau ada juga yang menerjemahkannya sebagai perbuatan curang. Tresna menyebutkannya berkicau. Perkataan penipuan itu sendiri mempunyai dua pengertian, yakni: a Penipuan dalam arti luas, yaitu semua kejahatan yang dirumuskan dalam Bab XXV KUHP. b Penipuan dalam arti sempit, ialah bentuk penipuan yang dirumuskan dalam Pasal 378 bentuk pokoknya dan Pasal 379 bentuk khususnya, atau yang biasa disebut dengan oplichting. Adapun seluruh ketentuan tindak pidana dalam Bab XXV ini disebut dengan penipuan, oleh karena dalam semua tindak pidana di sini terdapatnya perbuatan- perbuatan yang bersifat menipu atau membohongi orang lain. Di antara sekian banyak kejahatan dalam Bab XXV ini, ada yang diberikan kualifikasi tertentu, baik menurut UU maupun yang timbul dalam praktiek. Seperti rumusan Pasal 378 disebut dalam pasal itu sebagai penipuan, dan Pasal 379 orang disebut dalam praktik dikenal dengan sebutankualifikasi sebagai flessentrekerij penarikan botol-botol yang oleh Prodjodikoro disebutnya dengan ngemplang. Prodjodikoro, 1980:44 Ketentuan dalam Pasal 378 KUHP merumuskan tentang pengertian penipuan oplichting itu sendifi. Rumusan ini adalah bentuk pokoknya, dan ada penipuan dalam arti sempit dalam bentuk khusus yang meringankan. Karena adanya unsur khusus yang bersifat meringankan sehingga diancam pidana sebagai penipuan ringan Pasal 379. Sedangkan penipuan dalam arti sempit tidak ada dalam bentuk diperberat. Pasal 378 merumuskan sebagai berikut: Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau oranglain dengan melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu; dengan tipu muslihat ataupun dengan rangkaian kebohongan menggerakkan oranglain untuk menyerahkan sesuatu benda kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama 4 empat tahun.

2. Unsur-Unsur Penipuan