Manfaat Penelitian Muniya Alteza, M.Si., Ketua Penguji yang telah memberikan bimbingan dan
demikian. Perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi cenderung rasio hutangnya rendah.
Teori ini beranggapan bahwa semakin tinggi atau banyak perusahaan melakukan pendanaan menggunakan hutang maka
semakin besar pula risiko mereka untuk mengalami kesulitan keuangan karena membayar bunga tetap yang besar setiap tahunnya
dengan kondisi laba bersih yang belum pasti. c. Pendekatan teori keagenan Agency approach
Pendekatan ini berasumsi bahwa struktur modal disusun untuk mengurangi konflik antar berbagai kelompok kepentingan. Keputusan
pendanaan berkaitan erat dengan masalah keagenan. Manajer bertugas untuk mengelola perusahaan agar dapat meningkatkan nilai
perusahaan yang diikuti dengan meningkatnya kemakmuran pemegang saham, maka dari itu manajer mempunyai kontrol atas
sumber daya yang ada di dalam perusahaan, namun manajer bekerja tidak hanya untuk kepentingan pemegang saham. Kepentingan yang
berbeda inilah yang dapat menimbulkan masalah keagenan yang tentunya akan diikuti dengan munculnya biaya agensi. Biaya agensi
ini dapat dikurangi dengan mengikutsertakan manajer perusahaan dalam kepemilikan saham, namun jika perusahaan menggunakan
hutang maka manajer akan dipaksa untuk mengeluarkan kas dari perusahaan untuk membayar bunga.
d. Teori signalling Dengan berasumsi bahwa terdapat perbedaan informasi antara
manajer dengan investor atau adanya informasi tertentu yang hanya diketahui oleh manajer, maka penggunaan atau peningkatan utang
suatu perusahaan dapat digunakan oleh manajer sebagai sinyal bagi para investor untuk menunjukkan bahwa perusahaan memiliki
prospek yang baik, sehingga hal tersebut dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya dengan harapan dapat meningkatkan harga
saham. Perusahaan yang meningkatkan utang bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan dan mampu
membayar kewajiban di masa yang akan datang, sehingga diharapkan investor mampu menangkap sinyal tersebut dan menanamkan
modalnya. Copeland, 1997 dalam Sulistiyani, 2013 berpendapat bahwa
perusahaan yang tumbuh pesat cenderung lebih banyak menggunakan utang daripada perusahaan yang tumbuh secara lambat. Dalam
signaling theory mengatakan bahwa penggunakan hutang merupakan signal positif, diharapkan kreditur akan menangkap signal tersebut,
yang akan menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai prospek bagus, sehingga utang merupakan tanda atau signal positif.
e. Pecking Order Theory Teori pecking order menjelaskan bahwa perusahaan mempunyai
urutan dalam pembiayaan. Menurut Hanafi, 2004, skenario urutan
dalam pecking order theory yaitu: 1 Perusahaan memilih pendanaan internal. Dana internal tersebut
diperoleh dari laba atau keuntungan yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan,
2 Perusahaan menghitung target rasio pembayaran dividen didasarkan pada perkiraan investasi. Perusahaan berusaha
menghindari perubahan dividen yang tiba-tiba. Dengan kata lain, pembayaran dividen diusahakan konstan atau jika berubah terjadi
secara gradual dan tidak berubah dengan signifikan, 3 Karena kebijakan dividen yang konstan digabung dengan
fluktuasi keuntungan dan kesempatan investasi yang tidak dapat bisa diprediksi, akan menyebabkan aliran kas yang diterima oleh
perusahaan akan lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran investasi,
4 Jika pendanaan
eksternal diperlukan,
perusahaan akan
mengeluarkan surat berharga yang paling aman terlebih dulu. Perusahaan akan memulai dengan utang, kemudian dengan surat
berharga campuran hibrida seperti obligasi konvertibel, dan saham sebagai pilihan terakhir.
Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan yang profitable menguntungkan umumnya meminjam dalam jumlah
yang sedikit.