86 Kecamatan Gombong sebesar 0,765 dengan signifikansi 0.000 Psig 0,05
dan sumbangan efektif R Square sebesar 58,5. Hal ini berarti hubungan kedua variabel bebas secara bersama-sama dengan variabel terikat tersebut
bersifat positif dan signifikan, sehingga Ha diterima. Artinya, terdapat hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial dan konsep diri
dengan resiliensi pada siswa di panti asuhan se-Kecamatan Gombong dengan sumbangan efektif sebesar 58,5, sehingga semakin tinggi dukungan sosial
dan konsep diri siswa maka akan semakin tinggi pula tingkat resiliensi pada siswa. hal ini berarti masih terdapat 41,5 faktor lain yang tidak diteliti
dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil perhitungan regresi pada tabel 17, maka hipotesis mayor pada penelitian ini diterima, yaitu terdapat hubungan
positif antara dukungan sosial dan konsep diri dengan resiliensi pada siswa di panti asuhan se-Kecamatan Gombong.
D. Pembahasan
Seseorang pada dasarnya adalah makhluk sosial yang senantiasa hidup berdampingan dengan orang lain. adanya orang lain dalam kehidupan seseorang
dapat memberikan pengaruh yang besar, baik dalam kehidupannya sehari hari dengan orang lain maupun terhadap dirinya sendiri. Tidak dapat dipungkiri
bahwa seseorang membutuhkan orang lain baik dalam keadaan suka maupun keadaan duka. Ketika seseorang merasa bahagia, maka iamembutuhkan orang
lain untuk dapat berbagi kebahagiaan, dan sebaliknya ketika seseorang menemui masalah, maka ia membutuhkan orang lain untuk saling membantu.
87 Dukungan sosial yang tinggi pada siswa menunjukkan bahwa kepedulian
orang-orang di sekitar siswa sangat memberikan dukungan atau bantuan, mulai dari orang terdekat mereka yaitu pengasuh sebagai pengganti sosok orang tua di
panti asuhan yang selalu memberikan kasih sayang dan perhatian, maupun lingkungan di sekitar panti asuhan yang mendukung setiap kegiatan dan aturan
yang ada di panti asuhan. Selain itu, wawancara peneliti dengan pengasuh yang ada di panti asuhan juga menyataan bahwa banyaknya donatur, kepedulian
lingkungan sangat terasa dan berguna bagi semua pihak di panti asuhan. Siswa yang memiliki dukungan sosial yang tinggi, akan merasakan bahwa sebenarnya
orang lain sangat peduli dan menyayangi dirinya, sehingga pada proses kehidupannya ia akan merasa memiliki dirinya, dan bangga terhadap diriya
sendiri. Hal ini dikarenakan, ia merasa bahwa keberadaan dirinya dianggap ada oleh orang lain sehingga dapat memberikan dampak positif dan rasa bahagia
terhadap siswa tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Sarafino 1994: 103 bahwa ketika dukungan diberikan dengan melibatkan rasa empati dan perhatian,
maka akan memberikan perasaan nyaman dan dicintai pada individu yang menerimanya.
Diterimanya dukungan dari orang lain yaitu dukungan dukungan emosional yang berupa empati, perhatian sehingga siswa merasa nyaman,
dukungan informasi berupa saran, nasehat, petunjuk pemecahan masalah, dukungan penilaian berupa penghargaan, penilaian positif terhadap ide siswa, dan
dukungan instrumental berupa bantuan langsung yang diterima siswa ketika dibutuhkan. Semua dukungan tersebut dapat memberi dampak positif berupa
88 perasaan memiliki individu lain dan keberadaannya selalu dianggap ada,
sehingga siswa dapat menjadi orang yang resilien karena ia akan mendapatkan dukungan dari orang lain untuk dapat menghadapi masalah dan kembali bangkit
dari masalah yang dihadapi. Dukungan sosial yang berasal dari pengasuh, pengurus panti, guru di sekolah, maupun teman-teman mampu memberikan rasa
nyaman kepada siswa sehingga siswa dapat percaya terhadap kemampuan dirinya, mempunyai konsep diri positif, dan dapat menghadapi, memecahkan,
dan kembali bangkit setelah menemui masalah. Hasil penelitian tentang dukugan sosial tersebut juga ditunjang oleh Grotberg 1995: 15 bahwa salah satu faktor
resiliensi adalah I have yang di dalamnya mencakup dukungan sosial yang diterima dan dirasakan siswa.
Selain dukukngan sosial yang tinggi, data pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki tingkat konsep diri pada
kategori sedang dan tidak ada sama sekali siswa di panti asuhan se-Kecamatan Gombong yang memiliki konsep diri dengan kategori rendah. Tidak adanya
siswa yang berada dalam kategori rendah tersebut, menunjukkan bahwa tidak ada satupun siswa yang mempunyai konsep diri negatif. Konsep diri adalah persepsi
dan pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri baik pandangan psikologis, sosial, maupun fisik yang diperoleh dari hasil interaksi dengan lingkungan.
Ketika seseorang memandang dan menilai dirinya sendiri dengan penilaian yang positif, maka ia pun akan percaya terhadap semua yang ada dalam dirinya. Begitu
juga dalam menghadapi dan memecahkan masalah, serta rasa optimis dalam diri yang meyakinkan bahwa sesungguhnya dirinya mampu untuk kembali bangkit
89 dari masalah yang dihadapi dan menjadi orang yang resilien. Seperti salah satu
ciri konsep diri positif yang diungkapkan Rola Musiatun Wahaningih, 2013: 11 bahwa seseorang yang memiliki konsep diri positif akan selalu optimis, tidak
mudah putus asa, dan memiliki keyakinan bahwa dirinya sanggup untuk mengatasi masalah. Selain itu, Grotberg 1995: 16 juga mengungkapkan bahwa
salah satu faktor pembentuk resiliensi seseorang adalah faktor I am yang juga termasuk konsep diri, tentunya konsep diri yang positif agar dapat membentuk
individu yang resilien. Penulis meyakini bahwa pada dasarnya dukungan sosial dan konsep diri
adalah berkaitan satu sama lain. Dukungan sosial diterima siswa melalui adanya kontak dan komunikasi dengan orang lain, selain itu konsep diri siswa juga
terbentuk melalui proses interaksi dengan orang lain. Sehingga, dukungan sosial dan konsep diri, secara bersama-sama mempunyai hubungan dengan resiliensi
pada siswa di panti asuhan. Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
dukungan sosial dan konsep diri siswa, maka semakin tinggi pula tingkat resiliensinya. Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial dan konsep diri siswa,
maka semakin rendah pula resiliensinya. Dukungan sosial dan konsep diri merupakan faktor yang memiliki presentase cukup besar dalam memberikan
pengaruh pada tingkat resiliensi siswa di panti asuhan se-Kecamatan Gombong.
90
E. Keterbatasan Penelitian