31 positif sangatlah penting bagi semua orang, dan konsep diri negatif
tidak selamanya akan berubah menjadi positif dengan sendirinya seiring dengan bertambahnya usia seseorang.
4. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Mengenai faktor yang mempengaruhi konsep diri, Fitts Hendriati Agustiani, 2006: 139 menyebutkan bahwa konsep diri
seseorang dapat dipengaruhi beberapa faktor, yaitu: a.
Pengalaman b.
Kompetensi dalam area yang dihargai oleh orang lain, c.
Aktualisasi diri atau implementasi serta realisasi dari potensi pribadi yang sebenarnya.
Berbeda dengan pendapat Fitts, Jalaluddin Rakhmat 2009: 100 mengemukakan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi
konsep diri, yaitu:
a. Orang lain
Menurut Richard Dewey dan W.J. Humber Jalaluddin Rakhmat, 2009: 101-102 orang lain yang dekat dengan
individu mempunyai ikatan emosional, dan dari orang lain itulah individu secara perlahan akan membentuk konsep
dirinya. Senyuman, pujian, maupun penghargaan positif lain membuat penilaian terhadap diri yang positif. Ejekan,
cemoohan, hardikan membuat seseorang memandang dirinya negatif.
32
b. Kelompok rujukan
Kelompok rujukan adalah kelompok yang secara emosional mengikat anggotanya, dan berpengaruh terhadap pembentukan
konsep diri anggotanya. Setiap kelompok mempunyai norma- norma tertentu.
Menambahkan pendapat di atas, Syamsu Yusuf 2007: 9 menyebutkan faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri
yaitu: a.
Kondisi fisik b.
Kematangan biologis c.
Dampak media massa d.
Tuntutan sekolah e.
Pengalaman ajaran agama f.
Masalah ekonomi keluarga g.
Hubungan dalam keluarga h.
Harapan orang tua Berdasarkan paparan di atas, dapat dilihat bahwa faktor yang
mempengaruhi konsep diri seseorang yaitu pengalaman, kompetensi dalam area yang dihargai orang lain, aktualisasi diri atau implementasi
serta realisasi dari potensi pribadi yang sebenarnya.
33
C. Kajian tentang Resiliensi
1. Pengertian Resiliensi
Resiliensi adalah sikap yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan seseoraang. Secara arti kata, istilah resiliensi berarti daya
pegas atau resiliensi adalah kemampuan dasar manusia, yang ada pada semua anak. Ketika seseorang dilahirkan di dunia, mereka akan
dikenalkan mengenai ketahanan atau sikap resiliensi oleh orang tua dan orang-orang terdekatnya melalui lisan maupun tindakan. Lebih
lengkapnya, Grotberg 1999: 2-3 menjelaskan bahwa resiliensi adalah kapasitas atau kemampuan manusia untuk menghadapi, dan mengatasi
masalah dalam kehidupannya yang dapat menghasilkan ketahanan dalam diri. Selanjutnya, ketahanan tersebut bahkan diperkuat dengan
adanya pengalaman terhadap kondisi yang tidak nyaman. sikap resiliensi bukanlah hal yang gaib magic, tidak hanya ditemukan pada
orang-orang tertentu, dan bukanlah pemberian dari sumber yang tidak diketahui. Setiap orang mempunyai kemampuan untuk belajar menjadi
seorang yang resilien melalui proses belajar terhadap kesulitan dan kondisi yang tidak nyaman.
Reivich Shatte 2002: 5 mendefinisikan bahwa resiliensi adalah kapasitas manusia untuk merespon kondisi yang tidak
menyenangkan, trauma, atau kesengsaraan dengan cara yang sehat dan produktif, terutama untuk mengendalikan tekanan-tekanan dalam
kehidupan sehari-harinya. Desmita 2009: 228 memaparkan definisi