Sedang  pemilihan  struktur  kuantitatif  dari  pasiva  akan  menentukan struktur  finansial  dan  struktur  modal.  Ini  jelas  berhubungan  langsung
dengan penentuan struktur sumber dana yang nantinya digunakan oleh perusahaan,  pada  akhirnya  akan  berpengaruh  terhadap  harga  saham.
Harga saham sendiri merupakan indikator nilai perusahaan. Berdasarkan
Balance  Theory
Brigham  2001  mengungkapkan perusahaan mendasarkan diri pada keputusan suatu struktur modal yang
optimal. Struktur modal yang optimal yaitu struktur modal yang dapat memaksimumkan nilai perusahaaan dan meminimumkan biaya modal.
Struktur modal optimal dibentuk dengan menyeimbangkan keuntungan dari    penghematan  pajak  atas  penggunaaan  utang  terhadap  biaya
kebangkrutan. Tong  dan  Green  2005  berpendapat  bahwa  meningkatnya
profitabilitas akan
mengurangi keputusan
perusahaan untuk
menggunakan  sumber  dana  eksternal  dalam  membiayai  perusahaan.
Pecking  Order  Theory
menyebutkan  bahwa  perusahaan  akan menggunakan  sumber  dana  internal  sebelum  menggunakan  sumber
dana  eksternal  dalam  membiayai  perusahaan,  karena  terkait  dengan pertimbangan manajer dalam risiko dari sumber pendanaan tersebut.
Struktur  modal  juga  dipengaruhi  oleh  profitabilitas,  salah  satu metode  pengukurannya  yaitu
Return  On  Assets
ROA.  ROA  sendiri membandingakan laba bersih dengan total aktiva perusahaan. Menurut
Weston  dan  Brigham  1998,  perusahaan    dengan  tingkat
return
on
assets
yang  tinggi  umumnya  menggunakan  utang  dalam  jumlah  yang relatif  sedikit.  Hal  ini  disebabkan  dengan
return on  asset
yang  tinggi tersebut  memungkinkan  bagi  perusahaan  melakukan  permodalan
dengan laba ditahan saja.
8. Teori Keagenan
Pentingnya  penyerahan  pengelolaan  pada  tenaga  profesional bertujuan untuk memperoleh keuntungan semaksimal mungkin dengan
biaya  yang seefisien. Namun, hal  ini tidak selamanya berjalan dengan mulus.  Para  tenaga  profesional  yang  bertugas  untuk  kepentingan
perusahaan  dan  memiliki  keleluasaan  dalam  menjalankan  manajemen perusahaan  juga  berisiko  memaksimalkan  laba  perusahaan  demi
kepentingannya sendiri dengan beban dan biaya yang harus ditanggung oleh pemilik perusahaan.
Teori  keagenan  muncul  dikarenakan  adanya  kepentingan  antara pemegang  saham  dengan  manajer,  atau  sering  disebut  konflik  antara
agent
dan
principal.
Konflik keagenan  yang terjadi dalam perusahaan pada hubungan antara : a. Pemegang saham dan manajer, b. Manajer dan
kreditor,  c.  Manajer,  pemegang  saham  dan  kreditor  Brigham, Gapenski, 1999.
Pearce  2008  mengatakan  bahwa  hubungan  antara  pemegang saham dan manajer akan efektif selama manajer mengambil keputusan
investasi yang konsisten dengan kepentingan pemegang saham. Namun,
ketika kepentingan manajer berbeda dengan kepentingan pemilik, maka keputusan
yang diambil
manajer kemungkinan
besar akan
mencerminkan preferensi manajer dibanding dengan pemilik. Secara  umum  pemilik  akan  memaksimalkan  nilai  saham.  Lain
halnya  dengan  manajer  yang  tidak  memegang  saham  perusahaan cenderung untuk meningkatkan kompensasi mereka. Konflik keagenan
sendiri  mengarah  kepada  biaya  keagenan.  Pearce  2008  sendiri menegaskan  bahwa  biaya  keagenan  atau
agency  cost
adalah  biaya masalah  keagenan  dan  biaya  dari  tindakan  yang  diambil  untuk
meminimalkannya. Bahasa sederhananya adalah biaya yang timbul atau dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengatasi konflik keagenan. Biaya
ini sering kali diidentifikasikan antara manfaat langsung yang diterima oleh agen serta nilai sekarang yang negatif.
Salah  satu  pandangan  teori  keagenan  dimana  terdapat  terjadi pemisahan  antara  pihak  agen  dan
principal
pemegang  saham  yang mengakibatkan  munculnya  potensi  konflik  dapat  mempengaruhi
kualitas  laba  yang  dilaporkan.  Pihak  manajemen  yang  mempunyai kepentingan  tertentu  akan  cenderung  menyusun  laporan  laba  yang
sesuai dengan tujuan dan bukan demi kepentingan
principal
.
9. Teori Signaling
Teori  sinyal  itu  sendiri  adalah  suatu  tindakan  yang  diambil manajemen  perusahaan  yang  memberi  petunjuk  bagi  investor  tentang
bagaimana  manajemen  memandang  prospek  perusahaan  Brigham, 2001.  Pada  dasarnya  teori  sinyal  juga  digunakan  untuk  menjelaskan
bahwa  laporan  keuangan  dimanfaatkan  untuk  memberi  sinyal  positif maupun negatif kepada pemiliknya.
Hal  ini diperkuat dari pernyataan  Sawir 2004  yang  mengatakan bahwa ada bukti empiris bahwa kenaikan dividen sering diikuti dengan
kenaikan harga saham, dan sebaliknya. Fenomena ini sebenarnya adalah salah satu sinyal bagi investor untuk mengambil keputusan dimasa yang
akan datang. Merton  Miller  dalam  Brigham  dan  Houston  2001  berasumsi
bahwa setiap orang baik investor maupun manajer memiliki informasi yang  sama  tentang  prospek  suatu  perusahaan.  Kesamaan  informasi
tersebut biasa dinyatakan sebagai informasi simetris. Akan tetapi pada kenyataannya manajer sering memiliki informasi
yang  lebih  baik  dibandingkan  dengan  investor  luar.  Hal  itu  disebut informasi  asimetris.  Padahal  kualitas  keputusan  investor  dipengaruhi
oleh  kualitas  informasi  yang  diungkapkan  perusahaan  dalam  laporan keuangan. Kualitas tersebut bertujuan untuk mengurangi ketidaksamaan
informasi  yang  timbul  ketika  manajer  lebih  mengetahui  informasi internal  dan  prospek  perusahaan  dimasa  mendatang  dibanding  pihak
eksternal perusahaan. Jika  manajer  mempunyai  informasi  yang  tidak  dimiliki  investor
maka  manajer  dapat  menggunakan  perubahan  dalam  dividen  sebagai
cara  untuk  menunjukkan  sinyal  informasi  dan  kemudian  menurunkan
asimetri informasi
. Kemudian
investor akan
menggunakan pengumuman  dividen  sebagai  informasi  untuk  menilai  harga  saham
perusahaan.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian empiris terdahulu terkait dengan topik antara lain: 1.
Penelitian  yang  dilakukan  oleh  Fauzi  Nazir  dan  Elida  Herwiyanti dengan judul Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance, Investment Opportunity  Set
IOS,  dan  Kualitas  Auditor  terhadap  Earnings Management  dan  Nilai  Perusahaan  Studi  Empiris  pada  Perusahaan
Manufaktur  periode  2005-2007.  Penelitian  ini  bertujuan  untuk mengetahui  pengaruh  mekanisme
corporate  governance
terhadap earnings  management  dan  nilai  perusahaan.  Metode  yang  digunakan
dalam penelitian ini adalah metode
purposive Sampling
dengan kriteria tertentu.
Hasil  penelitian  ini  menunjukkan  bahwa  mekanisme
corporate governance
yang  terdiri  dari  jumlah  komite  audit,  proporsi  dewan komisaris  independen,  kepemilikan  institusional,  dan  kepemilikan
manajerial, tidak berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan, sedangkan  kualitas  audit  dan
investment  opportunity  set
berpengaruh positif terhadap perusahaan.