tenaga kerja yang memakainya karena mereka tidak terlindung dari bahaya potensial yang ada di tempat mereka terpapar. Oleh karena itu agar dapat memilih APD yang
tepat, maka perusahaan atau industri harus mampu mengidentifikasi bahaya potensi yang ada, khususnya yang tidak dapat dihilangkan ataupun dikendalikan Boediono,
2003. Adapun jenis APD yang berkaitan dengan pencegahan pemaparan debu adalah:
1. Masker
Masker berguna untuk melindungi masuknya debu atau partikel-partikel yang lebih besar ke dalam saluran pernafasan, dapat terbuat dari kain dengan ukuran pori-
pori tertentu. 1 Masker penyaring debu, Masker ini berguna untuk melindungi pernafasan dari
asap pembakaran,abu hasil pembakaran dan debu. 2 Masker berhidung, Masker ini dapat menyaring debu atau benda sampai
ukuran 0,5 mikron. 3 Masker bertabung, Masker ini punya filter yang lebih baik daripada masker
barhidung. Masker ini tepat digunakan untuk melindungi pernafasan dari gas tertentu.
2. Respirator
1 Respirator sekali pakai, dari bahan filter cocok bagi debu pernapasan. Bagian muka alat bertekanan negatif karena paru menjadi penggeraknya.
Universitas Sumatera Utara
2 Respirator separuh masker, yang dibuat dari karet atau plastik dan dirancang menutupi hidung dan mulut. Alat ini memiliki cartridge yang sesuai, alat ini
cocok untuk debu, gas serta uap. Bagian muka bertekanan negatif, karena hisapan dari paru.
3 Respirator seluruh muka, dibuat dari karet atau plastik dan dirancang untuk menutupi mulut, hidung dan mata. Medium filter dipasang didalam kanister yang
langsung disambung dengan sambungan lentur. Dengan kanister yang sesuai, alat ini cocok untuk debu, gas dan uap. Bagian muka mempunyai tekanan negatif,
karena paru menghisap disana. 4 Respirator berdaya, dengan separuh masker atau seluruh muka, dibuat dari karet
atau plastik yang dipertahankan dalam tekanan positif dengan jalan mengalirkan udara melalui filter, dengan bantuan kipas baterai. Kipas itu, filter dan baterainya
biasa dipasang disabuk pinggang, dengan pipa lentuk yang disambung untuk membersihkan udara sampai ke muka.
5 Respirator topeng muka berdaya mempunyai kipas dan filter yang dipasang pada helm, dengan udara ditiupkan ke arah bawah, diatas muka pekerja di dalam
topeng yang menggantung. Harrington Gill, 2005
2.11. Kapasitas Maksimal Paru Pekerja
Kapasitas paru merupakan kesanggupan paru-paru dalam menampung udara di dalamnya. Kapasitas paru adalah suatu kombinasi peristiwa-peristiwa sirkulasi paru atau
menyatakan dua atau lebih volume alun nafas, volume cadangan ekspirasi dan volume
Universitas Sumatera Utara
residu Guyton, 1997. Menurut Corwin 2001, Kapasitas vital paru jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi maksimal, dan dalam keadaan yang normal kedua
paru-paru dapat menampung udara sebanyak ± 5 liter. Kapasitas Vital adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara
maksimum yang dapat dikeluarkan dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya.
Pengujian kapasitas maksimal paru dapat dilakukan dengan menggunakan spirometer. Hasil pengujian spirometer dapat menunjukkan keterangan tentang
kapasitas maksimal paru, dengan kategori: a. Normal, jika nilai Kapasitas Maksimal Paru
≥80 b. Ringan, jika nilai Kapasitas Maksimal Paru 65-79
c. Sedang, jika nilai Kapasitas Maksimal Paru 51-64 d. Berat, jika nilai Kapasitas Maksimal Paru 50
2.12. Landasan Teori
Landasan teori dalam penelitian ini mengacu pada konsep simpul determinan penyakit tidak menular, seperti pada gambar 2.1:
Sumber -
Alamiah -
Industri -
dll
Ambient Transmisi melalui
- Udara dan Air
- Makanan
Manusia -
Kependudukan -
Populasi at risk Dampak
- Akut Subakut
- Sehat
- Samar
Manajemen PTM
Iklim dan Topografi
Gambar 2.1. Model Manajemen Penyakit Tidak Menular
Universitas Sumatera Utara
Menurut Ahmadi 2008, gangguan kesehatan pekerja disebabkan oleh multifaktor dan dalam manajemen kesehatan lingkungan dikenal dengan teori simpul.
Ada empat simpul terhadap terjadinya suatu gangguan kesehatan terdiri dari 1 simpul satu yang disebut sumber penyakit, 2 simpul dua yaitu media transmisi
penyakit, 3 simpul tiga perilaku pemajanan, dan 4 simpul empat kejadian penyakit. Simpul-simpul dalam penelitian ini berhubungan dengan manajemen
penyakit non infeksi saluran pernafasan. Simpul pertama, yaitu sumber penyakit, adalah titik mengeluarkan atau
mengemisikan agent penyakit, yaitu komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan melalui kontak langsung atau melalui perantara.
Simpul kedua, media transmisi penyakit, yaitu komponen-komponen yang berperan memindahkan agent penyakit ke dalam tubuh manusia. Ada lima media
transmisi yang lazim menjadi transmisi agent penyakit yaitu 1 udara, 2 air, 3 tanahpangan, 4 binatangserangga, dan 5 manusialangsung.
Simpul ketiga, perilaku pemajanan, yaitu jumlah kontak antara manusia dengan komponen lingkungan yang mengandung potensi bahaya penyakit, dan dalam
konteks status kesehatan pekerja meubel agent penyakit masuk kedalam tubuh melalui sistem pernafasan.
Simpul keempat, kejadian penyakit atau gangguan, yaitu outcome hubungan interaktif manusia dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguan
kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
2.12. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Variabel independen dalam penelitian ini adalah sanitasi lingkungan industri kecil meubel yang terdiri dari keadaan ventilasi, suhu udara, dan kelembaban udara
serta karakteristik pekerja yang terdiri dari umur, pendidikan, masa kerja, pengetahuan, sikap dan penggunaan APD, serta variabel kadar debu kayu PM
10
. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah kapasitas faal paru
pekerja yang diukur dengan menggunakan spirometri.
Keadaan Lingkungan Industri Kecil Meubel
- Ventilasi
- Suhu
- Kelembaban
Kapasitas Faal Paru Pekerja
Karakteristik Pekerja - Umur
- Pendidikan
- Masa kerja
- Pengetahuan
- Sikap
- Penggunaan APD
Kadar Debu PM
10
-
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis survai bersifat deskriptif-analitik dengan desain cross sectional studi yaitu menentukan pengaruh keadaan lingkungan kerja,
karakteristik pekerja dan kadar debu kayu PM
10
terhadap kapasitas vital paru pekerja di industri kecil Meubel di Kota Banda Aceh.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada industri kecil Meubel di Kota Banda Aceh dengan hasil survai awal masih ada pekerja yang belum menggunakan APD,
kemudian di sekitar ruang pabrik banyak debu-debu yang berterbangan, sehingga diduga kadar debu tinggi dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada pekerja.
3.3.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini diawali dari persetujuan judul, telaah pustaka, konsultasi, kolokium, penelitian lapangan, analisis data, seminar hasil, dan komprehensif
membutuhkan waktu 6 bulan terhitung Januari sampai dengan Oktober 2010.
Universitas Sumatera Utara
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh industri kecil meubel kayu di yang ada di Kota Banda Aceh 47 industri kecil meubel kayu, pekerja industri kecil
meubel di Kota Banda Aceh sebanyak jumlah 371 orang.
3.3.2 Sampel
1. Industri Kecil Meubel Sampel industri kecil meubel adalah sebagian dari industri kecil meubel yang
ada di kota Banda Aceh yang dipilih sebanyak 10 industri, dengan kriteria: a. Merupakan industri kecil meubel dengan bahan baku kayu untuk meubel
b. Merupakan industri kecil meubel yang memproduksi hasil olahan kayu c. Beroperasi
≥ 5 tahun, dan masih produktif d. Terletak di Kota Banda Aceh
2. Pekerja Industri Kecil Meubel Sampel pekerja Industri Kecil Meubel adalah pekerja yang ada di 10 industri
kecil meubel, dengan besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus : Vincent, 1991:
Keterangan: Zc = Nilai derajat kepercayaan 95 = 1,96
P = proporsi dari populasi ditetapkan p = 0,5 G = Galat pendugaan = 0,1
N = besar populasi = 371 Pekerja n = besar sampel
1 .
. 1
. .
.
2 2
2
p p
Zc NG
p p
Zc N
n −
+ −
=
Universitas Sumatera Utara
Dengan perhitungan:
5 ,
1 5
, .
96 ,
1 1
, 371
5 ,
1 .
5 ,
. 96
, 1
371
2 2
2
− +
− =
x x
n
7 ,
76 67
, 4
30 ,
356 =
= n
n = 77 Pekerja Maka sampel dalam penelitian ini adalah 77 pekerja dan pabrik industri
industri meubel sebanyak 10 buah. Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara simple random sampling yaitu pengambilan secara acak sederhana.
3.3.4. Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel penelitian mencakup: 1. Pengambilan sampel pekerja dilakukan secara simple random sampling
terhadap seluruh populasi yang ada sampai memenuhi jumlah sampel penelitian.
2. Pengambilan sampel industri dilakukan secara purposive sampling, dengan ketentuan merupakan industri meubel kecil yang beroperasi lebih dari 5 tahun,
dan merupakan industri meubel kategori usaha kecil.
Universitas Sumatera Utara
3.4 Variabel dan Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional
No Nama
Variabel Definisi Operasional
Cara Ukur Alat Ukur
Hasil Ukur Skala
Ukur
I Variabel Independen
1. Ventilasi
1 Ventilasi
keadaan saluran udara dilihat dari kesesuaian luas ventilasi
menurut luas ruangan yaitu 16 kali luas lantai Kepmenkes
No.1405MenkesSKXI2002 Pengukuran
Meteran 1. Memenuhi syarat
kesehatan 16 luas lantai 2. Memenuhi Syarat
Kesehatan 16 luas lantai
Rasio
2 Suhu
Keadaan suhu ruangan pabrik dalam derajat celcius.
Pengukuran thermometer
1. Memenuhi Syarat Kesehatan ±30
2. Tidak Memenuhi Syarat Kesehatan 30
C Rasio
C 3
Kelembaban keadaan kelembaban udara
dalam ruangan industri meubel dalam persen
Pengukuran Hygrometer
1. Memenuhi syarat kesehatan 65-95
2. Tidak memenuhi syarat kesehatan 65 95
Rasio
2 Karakteristik Pekerja
1 Umur
lamanya hidup pekerja yang dihitung sejak lahir sampai
ulang tahun terakhir dan dinyatakan dalam tahun
Wawancara Kuesioner
1. 18 – 35 Tahun 2. 36 – 48 Tahun
Nominal 2
Pendidikan jenjang pendidikan formal
yang pernah ditempuh pekerja dan memperoleh ijazah yang
sah Wawancara
Kuesioner 1. SD
2. SLTP 3. SLTA
Ordinal 3
Masa Kerja lamanya pekerja bekerja di
industri kecil meubel. Wawancara
Kuesioner 1. 2 – 10 Tahun
2. 11 – 19 Tahun Rasio
4 Pengetahuan
segala sesuatu yang diketahui oleh pekerja tentang kadar
debu, dampak pejanan debu terhadap kesehatan dan upaya
pencegahannya Wawancara
Kuesioner 1. Baik skor 16-20
2. Kurang skor 10-15 Ordnial
5 Sikap
respon atau penilaian pekerja terhadap dampak pejanan
debu terhadap kesehatan dan upaya pencegahannya
Wawancara Kuesioner
1. Baik skor 16-30 2. Kurang 10-15
Ordinal 6
Pengggunaan APD
ada atau tidaknya pekerja menggunakan APD dalam
bekerja berdasarkan hasil observasi
Observasi Daftar Tilik
1. Menggunakan APD 2. Tidak Menggunakan APD
Nominal 7
Kadar Debu Kayu PM
10
konsentrasi kelompok partikel dari hasil aktifitas industri
mebel kayu yang berukuran 10 mikron µm dalam satuan
microgram per meter kubik µgNm
3
Pengukuran Aerocet 531
1. Memenuhi Syarat Kesehatan 150 µgNm
3
2. Tidak Memenuhi Syarat Kesehatan
≥150 µgNm
3
Nominal
3. Variabel Dependen