Masker Ventilasi Pengaruh Keadaan Lingkungan Kerja, Karakteristik Pekerja dan Kadar Debu Kayu (PM10) terhadap Kapasitas Vital Paru Pekerja Industri Kecil Meubel Di Kota Banda Aceh Tahun 2010

tenaga kerja yang memakainya karena mereka tidak terlindung dari bahaya potensial yang ada di tempat mereka terpapar. Oleh karena itu agar dapat memilih APD yang tepat, maka perusahaan atau industri harus mampu mengidentifikasi bahaya potensi yang ada, khususnya yang tidak dapat dihilangkan ataupun dikendalikan Boediono, 2003. Adapun jenis APD yang berkaitan dengan pencegahan pemaparan debu adalah:

1. Masker

Masker berguna untuk melindungi masuknya debu atau partikel-partikel yang lebih besar ke dalam saluran pernafasan, dapat terbuat dari kain dengan ukuran pori- pori tertentu. 1 Masker penyaring debu, Masker ini berguna untuk melindungi pernafasan dari asap pembakaran,abu hasil pembakaran dan debu. 2 Masker berhidung, Masker ini dapat menyaring debu atau benda sampai ukuran 0,5 mikron. 3 Masker bertabung, Masker ini punya filter yang lebih baik daripada masker barhidung. Masker ini tepat digunakan untuk melindungi pernafasan dari gas tertentu.

2. Respirator

1 Respirator sekali pakai, dari bahan filter cocok bagi debu pernapasan. Bagian muka alat bertekanan negatif karena paru menjadi penggeraknya. Universitas Sumatera Utara 2 Respirator separuh masker, yang dibuat dari karet atau plastik dan dirancang menutupi hidung dan mulut. Alat ini memiliki cartridge yang sesuai, alat ini cocok untuk debu, gas serta uap. Bagian muka bertekanan negatif, karena hisapan dari paru. 3 Respirator seluruh muka, dibuat dari karet atau plastik dan dirancang untuk menutupi mulut, hidung dan mata. Medium filter dipasang didalam kanister yang langsung disambung dengan sambungan lentur. Dengan kanister yang sesuai, alat ini cocok untuk debu, gas dan uap. Bagian muka mempunyai tekanan negatif, karena paru menghisap disana. 4 Respirator berdaya, dengan separuh masker atau seluruh muka, dibuat dari karet atau plastik yang dipertahankan dalam tekanan positif dengan jalan mengalirkan udara melalui filter, dengan bantuan kipas baterai. Kipas itu, filter dan baterainya biasa dipasang disabuk pinggang, dengan pipa lentuk yang disambung untuk membersihkan udara sampai ke muka. 5 Respirator topeng muka berdaya mempunyai kipas dan filter yang dipasang pada helm, dengan udara ditiupkan ke arah bawah, diatas muka pekerja di dalam topeng yang menggantung. Harrington Gill, 2005

2.11. Kapasitas Maksimal Paru Pekerja

Kapasitas paru merupakan kesanggupan paru-paru dalam menampung udara di dalamnya. Kapasitas paru adalah suatu kombinasi peristiwa-peristiwa sirkulasi paru atau menyatakan dua atau lebih volume alun nafas, volume cadangan ekspirasi dan volume Universitas Sumatera Utara residu Guyton, 1997. Menurut Corwin 2001, Kapasitas vital paru jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi maksimal, dan dalam keadaan yang normal kedua paru-paru dapat menampung udara sebanyak ± 5 liter. Kapasitas Vital adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum yang dapat dikeluarkan dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya. Pengujian kapasitas maksimal paru dapat dilakukan dengan menggunakan spirometer. Hasil pengujian spirometer dapat menunjukkan keterangan tentang kapasitas maksimal paru, dengan kategori: a. Normal, jika nilai Kapasitas Maksimal Paru ≥80 b. Ringan, jika nilai Kapasitas Maksimal Paru 65-79 c. Sedang, jika nilai Kapasitas Maksimal Paru 51-64 d. Berat, jika nilai Kapasitas Maksimal Paru 50

2.12. Landasan Teori

Landasan teori dalam penelitian ini mengacu pada konsep simpul determinan penyakit tidak menular, seperti pada gambar 2.1: Sumber - Alamiah - Industri - dll Ambient Transmisi melalui - Udara dan Air - Makanan Manusia - Kependudukan - Populasi at risk Dampak - Akut Subakut - Sehat - Samar Manajemen PTM Iklim dan Topografi Gambar 2.1. Model Manajemen Penyakit Tidak Menular Universitas Sumatera Utara Menurut Ahmadi 2008, gangguan kesehatan pekerja disebabkan oleh multifaktor dan dalam manajemen kesehatan lingkungan dikenal dengan teori simpul. Ada empat simpul terhadap terjadinya suatu gangguan kesehatan terdiri dari 1 simpul satu yang disebut sumber penyakit, 2 simpul dua yaitu media transmisi penyakit, 3 simpul tiga perilaku pemajanan, dan 4 simpul empat kejadian penyakit. Simpul-simpul dalam penelitian ini berhubungan dengan manajemen penyakit non infeksi saluran pernafasan. Simpul pertama, yaitu sumber penyakit, adalah titik mengeluarkan atau mengemisikan agent penyakit, yaitu komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan melalui kontak langsung atau melalui perantara. Simpul kedua, media transmisi penyakit, yaitu komponen-komponen yang berperan memindahkan agent penyakit ke dalam tubuh manusia. Ada lima media transmisi yang lazim menjadi transmisi agent penyakit yaitu 1 udara, 2 air, 3 tanahpangan, 4 binatangserangga, dan 5 manusialangsung. Simpul ketiga, perilaku pemajanan, yaitu jumlah kontak antara manusia dengan komponen lingkungan yang mengandung potensi bahaya penyakit, dan dalam konteks status kesehatan pekerja meubel agent penyakit masuk kedalam tubuh melalui sistem pernafasan. Simpul keempat, kejadian penyakit atau gangguan, yaitu outcome hubungan interaktif manusia dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguan kesehatan. Universitas Sumatera Utara

2.12. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1. Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Variabel independen dalam penelitian ini adalah sanitasi lingkungan industri kecil meubel yang terdiri dari keadaan ventilasi, suhu udara, dan kelembaban udara serta karakteristik pekerja yang terdiri dari umur, pendidikan, masa kerja, pengetahuan, sikap dan penggunaan APD, serta variabel kadar debu kayu PM 10 . Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah kapasitas faal paru pekerja yang diukur dengan menggunakan spirometri. Keadaan Lingkungan Industri Kecil Meubel - Ventilasi - Suhu - Kelembaban Kapasitas Faal Paru Pekerja Karakteristik Pekerja - Umur - Pendidikan - Masa kerja - Pengetahuan - Sikap - Penggunaan APD Kadar Debu PM 10 - Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis survai bersifat deskriptif-analitik dengan desain cross sectional studi yaitu menentukan pengaruh keadaan lingkungan kerja, karakteristik pekerja dan kadar debu kayu PM 10 terhadap kapasitas vital paru pekerja di industri kecil Meubel di Kota Banda Aceh.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada industri kecil Meubel di Kota Banda Aceh dengan hasil survai awal masih ada pekerja yang belum menggunakan APD, kemudian di sekitar ruang pabrik banyak debu-debu yang berterbangan, sehingga diduga kadar debu tinggi dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada pekerja.

3.3.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini diawali dari persetujuan judul, telaah pustaka, konsultasi, kolokium, penelitian lapangan, analisis data, seminar hasil, dan komprehensif membutuhkan waktu 6 bulan terhitung Januari sampai dengan Oktober 2010. Universitas Sumatera Utara

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh industri kecil meubel kayu di yang ada di Kota Banda Aceh 47 industri kecil meubel kayu, pekerja industri kecil meubel di Kota Banda Aceh sebanyak jumlah 371 orang.

3.3.2 Sampel

1. Industri Kecil Meubel Sampel industri kecil meubel adalah sebagian dari industri kecil meubel yang ada di kota Banda Aceh yang dipilih sebanyak 10 industri, dengan kriteria: a. Merupakan industri kecil meubel dengan bahan baku kayu untuk meubel b. Merupakan industri kecil meubel yang memproduksi hasil olahan kayu c. Beroperasi ≥ 5 tahun, dan masih produktif d. Terletak di Kota Banda Aceh 2. Pekerja Industri Kecil Meubel Sampel pekerja Industri Kecil Meubel adalah pekerja yang ada di 10 industri kecil meubel, dengan besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus : Vincent, 1991: Keterangan: Zc = Nilai derajat kepercayaan 95 = 1,96 P = proporsi dari populasi ditetapkan p = 0,5 G = Galat pendugaan = 0,1 N = besar populasi = 371 Pekerja n = besar sampel 1 . . 1 . . . 2 2 2 p p Zc NG p p Zc N n − + − = Universitas Sumatera Utara Dengan perhitungan: 5 , 1 5 , . 96 , 1 1 , 371 5 , 1 . 5 , . 96 , 1 371 2 2 2 − + − = x x n 7 , 76 67 , 4 30 , 356 = = n n = 77 Pekerja Maka sampel dalam penelitian ini adalah 77 pekerja dan pabrik industri industri meubel sebanyak 10 buah. Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara simple random sampling yaitu pengambilan secara acak sederhana.

3.3.4. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel penelitian mencakup: 1. Pengambilan sampel pekerja dilakukan secara simple random sampling terhadap seluruh populasi yang ada sampai memenuhi jumlah sampel penelitian. 2. Pengambilan sampel industri dilakukan secara purposive sampling, dengan ketentuan merupakan industri meubel kecil yang beroperasi lebih dari 5 tahun, dan merupakan industri meubel kategori usaha kecil. Universitas Sumatera Utara

3.4 Variabel dan Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional No Nama Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur I Variabel Independen

1. Ventilasi

1 Ventilasi

keadaan saluran udara dilihat dari kesesuaian luas ventilasi menurut luas ruangan yaitu 16 kali luas lantai Kepmenkes No.1405MenkesSKXI2002 Pengukuran Meteran 1. Memenuhi syarat kesehatan 16 luas lantai 2. Memenuhi Syarat Kesehatan 16 luas lantai Rasio 2 Suhu Keadaan suhu ruangan pabrik dalam derajat celcius. Pengukuran thermometer 1. Memenuhi Syarat Kesehatan ±30 2. Tidak Memenuhi Syarat Kesehatan 30 C Rasio C 3 Kelembaban keadaan kelembaban udara dalam ruangan industri meubel dalam persen Pengukuran Hygrometer 1. Memenuhi syarat kesehatan 65-95 2. Tidak memenuhi syarat kesehatan 65 95 Rasio 2 Karakteristik Pekerja 1 Umur lamanya hidup pekerja yang dihitung sejak lahir sampai ulang tahun terakhir dan dinyatakan dalam tahun Wawancara Kuesioner 1. 18 – 35 Tahun 2. 36 – 48 Tahun Nominal 2 Pendidikan jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh pekerja dan memperoleh ijazah yang sah Wawancara Kuesioner 1. SD 2. SLTP 3. SLTA Ordinal 3 Masa Kerja lamanya pekerja bekerja di industri kecil meubel. Wawancara Kuesioner 1. 2 – 10 Tahun 2. 11 – 19 Tahun Rasio 4 Pengetahuan segala sesuatu yang diketahui oleh pekerja tentang kadar debu, dampak pejanan debu terhadap kesehatan dan upaya pencegahannya Wawancara Kuesioner 1. Baik skor 16-20 2. Kurang skor 10-15 Ordnial 5 Sikap respon atau penilaian pekerja terhadap dampak pejanan debu terhadap kesehatan dan upaya pencegahannya Wawancara Kuesioner 1. Baik skor 16-30 2. Kurang 10-15 Ordinal 6 Pengggunaan APD ada atau tidaknya pekerja menggunakan APD dalam bekerja berdasarkan hasil observasi Observasi Daftar Tilik 1. Menggunakan APD 2. Tidak Menggunakan APD Nominal 7 Kadar Debu Kayu PM 10 konsentrasi kelompok partikel dari hasil aktifitas industri mebel kayu yang berukuran 10 mikron µm dalam satuan microgram per meter kubik µgNm 3 Pengukuran Aerocet 531 1. Memenuhi Syarat Kesehatan 150 µgNm 3 2. Tidak Memenuhi Syarat Kesehatan ≥150 µgNm 3 Nominal

3. Variabel Dependen

Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Pekerja dan Paparan Debu serta Kondisi Fisik Lingkungan Kerja terhadap Kapasitas Vital Paru Pekerja di PTP Nusantara III (Persero) PKS Rambutan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013

7 67 168

Pengaruh Karakteristik Pekerja dan Konsentrasi Debu terhadap Gangguan Faal Paru pada Pekerja Industri Pakan Ternak Medan Tahun 2010

1 34 83

Hubungan Kadar Debu Dan Karakteristik Pekerja Dengan Gangguan Paru Pekerja Pada Unit Produksi Tablet Industri Farmasi X Tahun 2002

0 22 89

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kapasitas Vital Paru Pekerja Pengolahan Batu Split PT. Indonesia Putra Pratama Cilegon Tahun 2015

2 10 133

Faktor – faktor yang berhubungan dengan Kapasitas Vital Paru (KVP) pada pekerja di industri percetakan Mega Mall Ciputat tahun 2013

4 23 154

PERBEDAAN NILAI KAPASITAS VITAL (KV) PARU PADA LAKI-LAKI ANTARA PEKERJA PABRIK KAYU DAN PEKERJA KANTORAN DI Perbedaan Nilai Kapasitas Vital (Kv) Paru Pada Laki-Laki Antara Pekerja Pabrik Kayu Dan Pekerja Kantoran Di Sukoharjo.

0 2 16

PERBEDAAN NILAI KAPASITAS VITAL (KV) PARU PADA LAKI-LAKI ANTARA PEKERJA PABRIK KAYU DAN PEKERJA KANTORAN DI Perbedaan Nilai Kapasitas Vital (Kv) Paru Pada Laki-Laki Antara Pekerja Pabrik Kayu Dan Pekerja Kantoran Di Sukoharjo.

0 2 12

Pengaruh Karakteristik Dan Kadar Debu Ambien Terhadap Kapasitas Vital Paru Pada Penyapu Jalan Di Kecamatan Medan Amplas Kota Medan Tahun 2015

0 0 17

PAJANAN DEBU KAYU (PM10) TERHADAP GEJALA PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN PADA PEKERJA MEUBEL SEKTOR INFORMAL

0 1 7

Hubungan Kadar Debu Lingkungan Dengan Kapasitas Vital Paru Pada Pekerja Di PT. Wijaya Karya Beton Boyolali - UNS Institutional Repository

0 0 12