BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Penelitian
Kota Banda Aceh merupakan ibu kota Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam NAD, dan terletak antara 0,5,3-0,5-35 LU dan 95,30 – 99,16 BT dengan ketinggian
antara 0,80 m – 5,0 m di atas permukaan laut. Luas wilayah Kota Banda Aceh adalah 61,359 km
2
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka dan terdapat 9 kecamatan. Kota Banda Aceh berbatasan dengan :
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar 3. Sebelah Timur juga berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia. Secara demografi kota Banda Aceh mempunyai penduduk sebanyak 217.918
jiwa yang terdiri dari laki-laki 112.588 jiwa dan perempuan 105.330 jiwa, dan kepadatan penduduk 3.551 jiwakm
2
Berdasarkan data Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kota Banda Aceh 2008, di Kota Banda Aceh terdapat 77 industri Meubel formal yang terdiri
dari 5 industri ukiran kayu, 13 industri ketam kayu, 4 industri meubel rotan dan 55 industri perabot rumah tangga, sedangkan industri meubel yang non formal sebanyak
47 home industri terdiri dari 16 industri ukiran kayu, 10 industri meubel rotan dan 21 industri perabot rumah tangga.
.
Universitas Sumatera Utara
4.2 Analisis Univariat
4.2.1 Keadaan Lingkungan Industri Kecil Meubel
Keadaan lingkungan industri kecil meubel didasarkan pada keadaan ventilasi, kelembaban udara dan keadaan suhu udara. Keadaan ventilasi udara diukur dengan
meteran berdasarkan meter, kelembaban udara diukur dengan menggunakan Hygrometer dan dinyatakan dalam persen dan suhu udara diukur dengan
menggunakan thermometer udara dalam Celcius. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Keadaan Lingkungan pada Industri Kecil Meubel di Kota Banda Aceh Tahun 2010.
No Keadaan
Lingkungan Kerja Hasil
Keterangan 1
Keadaan Ventilasi
Industri Meubel 1 Memenuhi Syarat Kesehatan 16 luas lantai
Kepmenkes No.1405
Menkes SKXI2002
Industri Meubel 2 Memenuhi Syarat Kesehatan 16 luas lantai
Industri Meubel 3 Memenuhi Syarat Kesehatan 16 luas lantai
Industri Meubel 4 Memenuhi Syarat Kesehatan 16 luas lantai
Industri Meubel 5 Memenuhi Syarat Kesehatan 16 luas lantai
Industri Meubel 6 Memenuhi Syarat Kesehatan 16 luas lantai
Industri Meubel 7 Memenuhi Syarat Kesehatan 16 luas lantai
Industri Meubel 8 Memenuhi Syarat Kesehatan 16 luas lantai
Industri Meubel 9 Memenuhi Syarat Kesehatan 16 luas lantai
Industri Meubel 10 Memenuhi Syarat Kesehatan 16 luas lantai
2 Kelembaban Udara
Industri Meubel 1 Tidak Memenuhi Syarat 58,0
Kepmenkes No.1405
Menkes SKXI2002
Industri Meubel 2 Memenuhi Syarat 79,2,0
Industri Meubel 3 Memenuhi Syarat 83,1,0
Industri Meubel 4 Memenuhi Syarat 81,0
Industri Meubel 5 Tidak Memenuhi Syarat 63,0
Industri Meubel 6 Memenuhi Syarat 78,0
Industri Meubel 7 Memenuhi Syarat 78,0
Industri Meubel 8 Memenuhi Syarat 78,0
Industri Meubel 9 Memenuhi Syarat 75,2
Industri Meubel 10 Memenuhi Syarat 78,0
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1. Lanjutan
3 Keadaan Suhu
Industri Meubel 1 Tidak Memenuhi Syarat 31,6 C
Kepmenkes No.1405
Menkes SKXI2002
Industri Meubel 2 Memenuhi Syarat 26,9 C
Industri Meubel 3 Memenuhi Syarat 27,5 C
Industri Meubel 4 Tidak Memenuhi Syarat 32,5 C
Industri Meubel 5 Memenuhi Syarat 27,5 C
Industri Meubel 6 Memenuhi Syarat 27,5 C
Industri Meubel 7 Memenuhi Syarat 27,5 C
Industri Meubel 8 Tidak Memenuhi Syarat 32,2 C
Industri Meubel 9 Memenuhi Syarat 27,5 C
Industri Meubel 10 Tidak Memenuhi Syarat 32,2 C
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas menunjukkan secara keseluruhan keadaan ventilasi udara dari 10 industri kecil meubel termasuk memenuni syarat kesehatan.
Berdasarkan keadaan kelembaban udara hanya dua industri kecil meubel yang tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu industri kecil meubel 1 dan 5, masing-masing
58,0 dan 68,0 65-95, sedangkan keadaan suhu udara menunjukkan terdapat empat industri kecil meubel yang tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu industri
kecil meubel 1, industri kecil meubel 4, industri kecil meubel 8, dan industri kecil meubel 10 masing-masing melebihi dari 30
C.
4.2.2 Karakteristik Pekerja pada Industri Kecil Meubel
Karakteristik pekerja dilihat berdasarkan umur, pendidikan, masa kerja, pengetahuan, sikap dan penggunaan alat pelindung diri. Variabel umur dikategorikan
berdasarkan rata-rata umur responden dan interval umur 18 - 35 Tahun, dan 36 – 48 tahun, demikian juga dengan masa kerja juga dihitung nilai tengah dan interval masa
Universitas Sumatera Utara
kerja, kemudian dikategorikan menjadi 2-10 tahun dan 11- 19 tahun. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Karakteristik Pekerja pada Industri Kecil Meubel di Kota Banda Aceh Tahun 2010.
No Karakteristik Pekerja Jumlah n
Persentase 1 Umur Responden
a 18 - 35 Tahun 30
40,3 b 36 - 48 Tahun
47 59,7
Total 77
100,0 2 Pendidikan Responden
a SD 19
24,7 b SLTP
29 37,7
c SLTA 29
37,7
Total 77
100,0 3 Masa Kerja
a 2 - 10 tahun 34
44,2 b 11 - 19 Tahun
43 55,8
Total 77
100,0 4
Pengetahuan
1 Baik 37
48,1 2 Tidak Baik
40 51,9
Total 77
100,0 5
Sikap
1 Baik 33
42,9 2 Tidak Baik
44 57,1
Total 77
100,0
6 Penggunaan Alat Pelindung Diri
1 Menggunakan APD 45
58,4 2 Tidak Menggunakan APD
32 41,6
Total 77
100,0
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas menunjukkan mayoritas pekerja berusia 36-48 tahun yaitu sebanyak 46 orang 60 , mayoritas mempunyai pendidikan SLTP dan
SLTA masing-masing sebanyak 29 orang 37,7, dan mempunyai masa kerja 11-19 tahun yaitu sebanyak 43 orang 55,8.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pengetahuan, diketahui mayoritas pekerja mempunyai pengetahuan tidak baik yaitu sebanyak 40 orang 51,9, dan pengetahuan baik
sebanyak 37 orang 48,1. Berdasarkan sikap diketahui mayoritas pekerja mempunyai sikap kategori baik yaitu sebanyak 44 orang 57,1, dan pengetahuan
baik sebanyak 33 orang 42,9, dan dilihat dari penggunaan APD diketahui mayoritas pekerja tidak menggunakan APD yaitu sebanyak 45 orang 58,4, dan
pengetahuan baik sebanyak 32 orang 41,6.
4.2.3 Kadar Debu Kayu pada Industri Kecil Meubel
Kadar debu kayu dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Aerocet 531 dan dinyatakan dalam µgNm3. Pengukuran dilakukan pada 5 titik selama 1 jam
di areal produksi. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Distribusi Kadar Debu pada Industri Kecil Meubel di Kota Banda Aceh Tahun 2010.
No Industri
Kadar Debu Titik
PM 10 Rerata PM
10 Keterangan
1 Industri
Meubel 1 Titik 1
165,8 153,46
Tidak Memenuhi Syarat Kesehatan Lingkungan Kerja TMS
Titik 2 164,2
Titik 3 173,9
Titik 4 142,5
Titik 5 120,9
2 Industri
Meubel 2 Titik 1
154,2 132,74
Memenuhi Syarat Kesehatan Lingkungan Kerja MS
Titik 2 173,5
Titik 3 68,8
Titik 4 125,1
Titik 5 142,1
3 Industri
Meubel 3 Titik 1
163,1 156,78
Tidak Memenuhi Syarat Kesehatan Lingkungan Kerja TMS
Titik 2 172,2
Titik 3 134,6
Titik 4 140,5
Titik 5 173,5
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3. Lanjutan
4 Industri
Meubel 4 Titik 1
95,1 93,04
Memenuhi Syarat Kesehatan Lingkungan Kerja MS
Titik 2 98,2
Titik 3 87,4
Titik 4 98,2
Titik 5 86,3
5 Industri
Meubel 5 Titik 1
98,5 87,08
Memenuhi Syarat Kesehatan Lingkungan Kerja MS
Titik 2 99,5
Titik 3 89,3
Titik 4 69,8
Titik 5 78,3
6 Industri
Meubel 6 Titik 1
183,2 181,38
Tidak Memenuhi Syarat Kesehatan Lingkungan Kerja
TMS Titik 2
173,2 Titik 3
184,2 Titik 4
182,1 Titik 5
184,2 7
Industri Meubel 7
Titik 1 99,5
98,24 Memenuhi Syarat Kesehatan
Lingkungan Kerja MS Titik 2
97,2 Titik 3
96,8 Titik 4
99,4 Titik 5
98,3 8
Industri Meubel 8
Titik 1 132,6
153,78 Tidak Memenuhi Syarat
Kesehatan Lingkungan Kerja TMS
Titik 2 162,5
Titik 3 172,5
Titik 4 158,2
Titik 5 143,1
9 Industri
Meubel 9 Titik 1
155,1 151,64
Tidak Memenuhi Syarat Kesehatan Lingkungan Kerja
TMS Titik 2
162,1 Titik 3
158,0 Titik 4
131,0 Titik 5
152,0 10
Industri Meubel 10
Titik 1 98,2
89,64 Memenuhi Syarat Kesehatan
Lingkungan Kerja MS Titik 2
79,5 Titik 3
98,6 Titik 4
92,1 Titik 5
79,8 Keterangan: Memenuhi Syarat Kesehatan MS jika 150 µgNm3
Tidak Memenuhi Syarat Kesehatan TMS jika 150 µgNm3. PP No.41 tahun 1999
Berdasarkan Tabel 4.3. diketahui, ada 5 lima industri kecil meubel dengan kadar debu udara yang tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu melebih dari 150
µgNm
3
yaitu industri 1 153,46 µgN
Nm
3
, industri 3 156,78 µg
Nm
3
, industri 6, 181,38µg
Nm
3
, industri 8 153,78 µg
Nm
3
dan industri 9 151,64µg
Nm
3
.
Universitas Sumatera Utara
4.2.4 Kapasitas Vital Paru Pekerja pada Industri Kecil Meubel
4.2.4.1. Hasil Pengukuran Vital Paru Pekerja pada Industri Kecil Meubel Tabel 4.4. Distribusi Kapasitas Vital Paru Pekerja di Industri Kecil Meubel
di Kota Banda Aceh Tahun 2010.
No Industri
Hasil Pengukuran Vital Paru KVP
No Responden
FEV1 FVC
FVE1FCV
1 Industri Meubel 1
1 Pekerja 1
2,83 0,7
24,7 Berat
2 Pekerja 2
2,09 1,6
76,6 Ringan
3 Pekerja 3
2,11 0,42
19,9 Berat
4 Pekerja 4
2,83 1,91
67,5 Sedang
5 Pekerja 5
2,79 2,3
82,4 Normal
6 Pekerja 6
2,79 1,82
65,2 Sedang
7 Pekerja 7
2,81 1,07
38,1 Berat
8 Pekerja 8
2,85 1,42
49,8 Berat
2 Industri Meubel 2
9 Pekerja 1
2,78 2,3
82,7 Normal
10 Pekerja 2
2,85 2,01
70,5 Ringan
11 Pekerja 3
2,12 1,53
72,2 Ringan
12 Pekerja 4
2,31 0,46
19,9 Normal
13 Pekerja 5
2,82 0,92
32,6 Normal
14 Pekerja 6
2,31 1,21
52,4 Sedang
15 Pekerja 7
2,84 0,63
22,2 Normal
16 Pekerja 8
2,81 1,9
67,6 Ringan
3 Industri Meubel 3
17 Pekerja 1
2,71 0,92
33,9 Berat
18 Pekerja 2
2,87 0,91
31,7 Berat
19 Pekerja 3
2,53 0,82
32,4 Berat
20 Pekerja 4
2,79 2,3
82,4 Normal
21 Pekerja 5
2,31 1,21
52,4 Sedang
22 Pekerja 6
2,71 0,92
33,9 Berat
23 Pekerja 7
2,73 1,32
48,4 Berat
24 Pekerja 8
2,31 1,21
52,4 Sedang
4 Industri Meubel 4
25 Pekerja 1
2,49 2,03
81,5 Normal
26 Pekerja 2
2,79 2,21
79,2 Ringan
27 Pekerja 3
2,42 0,79
32,6 Normal
28 Pekerja 4
2,68 0,89
33,2 Normal
29 Pekerja 5
2,53 1,89
74,7 Ringan
30 Pekerja 6
2,73 0,67
24,5 Normal
31 Pekerja 7
2,82 0,92
32,6 Normal
32 Pekerja 8
2,78 1,32
47,5 Sedang
Keterangan : KVP = Kemampuan Vital Paru
FEV1 = Forced Expiratory Volume dalam waktu 1 detik FVC =Force Vital Capacity FVC
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4. Lanjutan
5 Industri Meubel 5
33 Pekerja 1
2,71 0,92
33,9 Berat
34 Pekerja 2
2,61 0,43
16,5 Normal
35 Pekerja 3
2,69 2,3
85,5 Normal
36 Pekerja 4
2,35 1,92
81,7 Normal
37 Pekerja 5
2,63 1,48
56,3 Sedang
38 Pekerja 6
2,78 1,45
52,2 Sedang
39 Pekerja 7
2,62 1,34
51,1 Sedang
40 Pekerja 8
2,89 2,35
81,3 Normal
6 Industri Meubel 6
41 Pekerja 1
2,14 1,03
48,1 Normal
42 Pekerja 2
2,52 2,03
80,6 Normal
43 Pekerja 3
2,71 0,92
33,9 Berat
44 Pekerja 4
2,74 0,92
33,6 Berat
45 Pekerja 5
2,72 1,14
41,9 Berat
46 Pekerja 6
3,77 1,19
31,6 Berat
47 Pekerja 7
2,68 2,21
82,5 Normal
48 Pekerja 8
2,79 2,3
82,4 Normal
7 Industri Meubel 7
49 Pekerja 1
2,62 1,92
73,3 Ringan
50 Pekerja 2
2,79 0,72
25,8 Berat
51 Pekerja 3
2,79 0,89
31,9 Berat
52 Pekerja 4
2,81 1,02
36,3 Berat
53 Pekerja 5
2,12 1,83
86,3 Normal
54 Pekerja 6
2,26 0,81
35,8 Berat
55 Pekerja 7
2,31 1,21
52,4 Sedang
56 Pekerja 8
2,61 1,53
58,6 Sedang
8 Industri Meubel 8
57 Pekerja 1
2,31 1,21
52,4 Sedang
58 Pekerja 2
2,78 2,21
79,5 Ringan
59 Pekerja 3
2,53 1,91
75,5 Ringan
60 Pekerja 4
2,59 1,82
70,3 Ringan
61 Pekerja 5
2,83 1,83
64,7 Sedang
62 Pekerja 6
2,71 0,92
33,9 Berat
63 Pekerja 7
2,85 1,12
39,3 Berat
9 Industri Meubel 9
64 Pekerja 1
2,61 1,53
58,6 Sedang
65 Pekerja 2
2,61 1,53
58,6 Sedang
66 Pekerja 3
2,61 1,53
58,6 Sedang
67 Pekerja 4
2,61 1,53
58,6 Sedang
68 Pekerja 5
2,78 2,21
79,5 Ringan
69 Pekerja 6
2,31 1,21
52,4 Sedang
70 Pekerja 7
2,59 1,82
70,3 Ringan
10 Industri Meubel
10 71
Pekerja 1 2,61
1,53 58,6
Sedang 72
Pekerja 2 2,67
1,52 56,9
Sedang 73
Pekerja 3 2,53
0,71 28,1
Berat 74
Pekerja 4 2,86
0,79 27,6
Berat 75
Pekerja 5 2,83
1,52 53,7
Sedang 76
Pekerja 6 2,84
0,76 26,8
Berat 77
Pekerja 7 2,72
1,92 70,6
Ringan
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan rerata kapasitas vital paru pada pekerja dari masing-masing industri kecil meubel, maka secara keseluruhan dapat dikategorikan seperti pada
Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Distribusi Kapasitas Vital Paru Pekerja di Industri Kecil Meubel di Kota Banda Aceh Tahun 2010.
No Kapasitas Vital Paru
Jumlah n Persentase
1 Normal
20 25,9
2 Ringan
13 16,9
3 Sedang
21 27,3
4 Berat
23 29,9
Total 77
100,0
Berdasarkan Tabel 4.5. diatas diketahui mayoritas pekerja mempunyai kapasitas vital paru kategori berat yaitu sebanyak 23 orang 29,9, di ikuti kategori
sedang sebanyak 21 orang 27,3, dan pekerja dengan kapasitas Vital paru kategori ringan sebanyak 13 orang 16,9, sedangkan kategori normal sebanyak 20 orang
25,9.
4.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini ditujukan untuk menganalisis hubungan variabel independen dengan kapasitas Vital paru pekerja.
4.3.1. Hubungan Keadaan Lingkungan Dengan Kapasitas Vital Paru
Adapun hubungan keadaan lingkungan kapasitas vital paru pada pekerja industri meubel dapat dilihat sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6. Hubungan Keadaan Lingkungan dengan Kapasitas Vital Paru Pekerja di Industri Kecil Meubel di Kota Banda Aceh Tahun 2010.
No Keadaan
Lingkugan Kapasitas Vital Paru
Total Nilai
Sig. Normal
Ringan Sedang
Berat n
N N
n n
Suhu
1 Memenuhi syarat
14 31,1 11 24,2
5 11,1 15 33,3
45 100,0
0,263 2
Tidak memenuhi syarat
6 18,8 10 31,3
8 25,0 8 25,0
32 100,0
Kelembaban
1 Memenuhi syarat
15 24,6 16 26,2
12 19,7 18 29,5
61 100,0
0,637 2
Tidak memenuhi syarat
5 31,3 5 31,3
1 6,3
5 31,3 16
100,0 signifikan pada tingkat kepercayaan 95.
Berdasarkan Tabel 4.6 di atas hubungan keadaan lingkungan dengan kapasitas faal paru pekerja berdasarkan kondisi ventilasi setelah dilakukan pengukuran
seluruhnya memenuhi persyaratan sesuai dengan Kepmenkes No.1405 Menkes SK XI2002.
Hubungan suhu dengan kapasitas faal paru kerja diketahui proporsi pekerja dengan kapasitas vital paru kategori berat 33,3 terdapat pada pekerja dengan
kondisi suhu yang memenuhi syarat dan hasil uji chi square menunjukkan tidak terdapat hubungan suhu dengan kapasitas vital paru pekerja p=0,263.
Hubungan kelembaban dengan kapasitas faal paru kerja diketahui proporsi pekerja dengan kapasitas vital paru kategori berat 31,3 terdapat pada pekerja
dengan kondisi kelembaban yang tidak memenuhi syarat dan hasil uji chi square menunjukkan tidak terdapat hubungan kondisi kelembaban dengan kapasitas vital
paru pekerja p=0,637.
Universitas Sumatera Utara
4.3.2. Hubungan Karakteristik Pekerja Dengan kapasitas Vital Paru
Untuk melihat hubungan karakteristik pekerja terhadap kapasitas vital paru pekerja berdasarkan hasil penelitian menunjukkan umur pekerja, diketahui proporsi
pekerja dengan kapasitas vital paru kategori berat 31,9 terdapat pada pekerja dengan usia 36 – 48 tahun, dan hasil uji chi square menunjukkan tidak terdapat
hubungan umur pekerja dengan kapasitas Vital paru pekerja p=0,958. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.7
Tabel 4.7. Hubungan Karakteristik Pekerja dengan Kapasitas Vital Paru Pekerja di Industri Kecil Meubel di Kota Banda Aceh Tahun 2010.
No Karakteristik
Pekerja Kapasitas Vital Paru
Total Nilai
Sig. Normal
Ringan Sedang
Berat n
N N
n n
Umur
1 18 - 35 Tahun
8 26,7 5 16,7
9 30,0 8 26,7 30 100,0
0,958 2
36 - 48 Tahun 12 25,5
8 17,0 12 25,5 15 31,9 47 100,0
Pendidikan
1 Rendah
8 17,4 7 15,2 12 26,1 19 41,3 46 100,0
0,031 2
Sedang 12 41,4
7 24,1 6 20,7
4 13,8 29 100,0
Masa Kerja
1 2 - 10 tahun
10 29,4 10 29,4 7 20,6
7 20,6 34 100,0 0,034
2 11 - 19 Tahun
10 23,3 3
7,0 14 32,6 16 37,2 43 100,0
Pengetahuan
1 Baik
11 29,7 9 24,3 12 32,4
5 13,5 37 100,0 0,020
2 Kurang
9 22,5 4 10,0
9 22,5 18 45,0 40 100,0
Sikap
1 Baik
11 33,3 7 21,2 12 36,4
3 9,1 33 100,0
0,008 2
Kurang 9 20,5
6 13,6 9 20,5 20 45,5 44 100,0
Penggunaan APD
1 Menggunakan
APD 7 15,6 11 24,4
8 17,8 19 42,2 45 100,0 0,015
2 Tidak
Menggunakan APD
13 40,6 10 31,3 5 15,6
4 12,5 32 100,0 signifikan pada tingkat kepercayaan 95.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 4.7 di atas juga dapat diketahui bahwa berdasarkan pendidikan diketahui proporsi pekerja dengan kapasitas Vital paru kategori berat
41,3 terdapat pada pekerja dengan pendidikan kategori rendah, dan hasil uji chi square menunjukkan terdapat hubungan pendidikan pekerja dengan kapasitas vital
paru pekerja p=0,031. Berdasarkan masa kerja diketahui proporsi pekerja dengan kapasitas vital paru
kategori berat 37,2 terdapat pada pekerja dengan masa kerja 11-19 tahun, dan hasil uji chi square menunjukkan terdapat hubungan masa kerja pekerja dengan kapasitas
vital paru pekerja p=0,034. Berdasarkan pengetahuan diketahui proporsi pekerja dengan kapasitas vital
paru kategori berat 45,0 terdapat pada pekerja dengan pengetahuan kategori kurang, dan hasil uji chi square menunjukkan terdapat hubungan pengetahuan dengan
kapasitas vital paru pekerja p=0,020. Berdasarkan sikap diketahui proporsi pekerja dengan kapasitas vital paru
kategori berat 45,5 terdapat pada pekerja dengan sikap kategori kurang, dan hasil uji chi square menunjukkan terdapat hubungan sikap dengan kapasitas vital paru
pekerja p=0,008. Berdasarkan penggunaan APD diketahui proporsi pekerja dengan kapasitas
vital paru kategori berat 53,3 terdapat pada pekerja yang tidak menggunakan APD, dan hasil uji chi square menunjukkan terdapat hubungan penggunaan APD dengan
kapasitas Vital paru pekerja p=0,003.
Universitas Sumatera Utara
4.3.3. Hubungan Kadar Debu Dengan Kapasitas Vital Paru Pekerja.
Untuk melihat hubungan kadar debu dengan kapasitas vital paru pekerja dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut :
Tabel 4.8. Hubungan Kadar Debu dengan Kapasitas Vital Paru Pekerja di Industri Kecil Meubel di Kota Banda Aceh Tahun 2010.
No Kadar Debu
Kapasitas Vital Paru Total
Nilai Sig.
Normal Ringan
Sedang Berat
n N
N n
n
1 Memenuhi syarat
13 24,5 17 32,1
12 22,6 11 15,8
53 100,0
0,022 2
Tidak memenuhi syarat
7 29,2 4
16,7 1
4,2 12 50,0
24 100,0
Berdasarakan tabel 4.8 di atas hubungan kadar debu dengan kapasitas faal paru kerja diketahui proporsi pekerja dengan kapasitas vital paru kategori berat
50,0 terdapat pada pekerja dengan kadar debu yang tidak memenuhi syarat dan hasil uji chi square menunjukkan terdapat hubungan kadar debu dengan kapasitas
vital paru pekerja p=0,022.
4.4. Analisis Multivariat
Analisis multivariat adalah analisis lanjutan analisis bivariat untuk mengetahui besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen melalui
pengujian secara serempak dengan syarat jika pada analisis bivariat terdapat nilai p- value 0,25. Adapun uji statistik yang digunakan dalam analisis multivariat ini adalah
uji regresi linear berganda karena skala ukur variabel dependen adalah skala ordinal, dan skala ukur variabel independen adalah ordinal, nominal dan rasio.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil analisis bivariat terdapat 6 enam variabel yang mempunyai nilai p-value kurang dari 0,25 yaitu variabel pendidikan p=0,031, masa
kerja p=0,034, pengetahuan p=0,020, sikap p=0,008, penggunaan APD p=0,015, dan kadar debu p=0,022. Maka hasil uji regresi linear berganda dapat
dilihat pada Tabel 4.9. Untuk mengetahui variabel paling dominan dari variabel independen yang
memengaruhi variabel kapasitas vital paru pekerja, maka hasil uji regresi linear berganda adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9. Hasil Uji Regresi Linear Berganda No
Variabel Nilai
β p-value
1 Sikap
2,447 0,005
2 Pendidikan
11,898 0,009
Konstanta -1,357
Dari Tabel 4.9. dapat dilihat bahwa variabel sikap memiliki nilai probabilitas 0,005 atau sama dengan 0,005 hal ini berarti ada pengaruh sikap terhadap kapasitas
vital paru pekerja, dan variabel pendidikan memiliki nilai probabilitas 0,009 0,05 hal ini juga berarti bahwa ada pengaruh pendidikan terhadap kapasitas vital paru
pekerja. Besarnya pengaruh masing-masing variabel dapat dijelaskan dari nilai koefisien-
β, dimana nilai koefisien-β yang paling besar adalah variabel pendidikan yaitu sebesar 11,898.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil uji regresi linear berganda Tabel 4.9. diatas diperoleh nilai koefisien regresi
β masing-masing variabel independen dengan model persamaan regresi sebagai berikut:
Y = α +
β1X1
+
β2X2
+
β3X3
Maka Kapasitas Vital paru = -1,357Constanta+2,447sikap+11,898 pendidikan dan seterusnya
Y = Kapasitas Vital Paru X1 = Sikap
X2 = Pendidikan Secara keseluruhan model ini dapat memprediksi besarnya pengaruh variabel
sikap dan pendidikan terhadap kapasitas Vital paru pekerja di industri meubel.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Keadaan Lingkungan Ventilasi, Suhu Udara dan Kelembaban Udara
5.1.1. Keadaan Ventilasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan keadaan ventilasi industri kecil meubel di Kota Banda Aceh sudah memenuhi syarat kesehatan yaitu
sudah lebih dari 16 dari luas lantai. Menurut Suma’mur 1995, memungkinkan pergantian udara secara lancar
diperlukan ventilasi atau penghawaan minimal 10 dari luas lantai. Dalam lingkungan industri, sistem ventilasi atau penghawaan dibangun berdasarkan
kepentingan ruang yaitu sebagai ruang produksi atau administrasi. Sebagai ruang produksi, sistem ventilasi umumnya terbuka atau setengah terbuka, dan banyak
dilengkapi dengan exhauster yang berfungsi sebagai penyedot udara sehingga pergantian udara menjadi lebih lancar. Hasil pengamatan penelitian keadaan sirkulasi
udara di dalam ruangan industri meubel terjaga dengan baik, karena sistem sirkulasinya mengandalkan udara bebas, dan ruanganya terbuka dengan lebar.’
5.1.2. Keadaan Suhu Udara
Suhu udara dalam penelitian ini adalah keadaan suhu udara ruangan proses produksi yang diukur dengan menggunakan thermometer dan dinyatakan dalam
derajat celsius.
Universitas Sumatera Utara