5.2.4. Pengaruh Pengetahuan Pekerja terhadap Kapasitas Vital Paru Pekerja
Pengetahuan dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang diketahui oleh pekerja tentang gangguan vital paru, keadaan lingkungan kerjanya dan upaya
pencegahan terhadap gangguan vital paru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 51,9 responden mempunyai
pengetahuan yang kurang dibandingkan dengan responden dengan pengetahuan yang baik. Secara proporsi menunjukkan pekerja dengan kapasitas vital paru kategori berat
45,0 terdapat pada pekerja dengan pengetahuan kategori kurang, dan hasil uji chi square menunjukkan terdapat pengaruh pengetahuan terhadap kapasitas vital paru
pekerja p=0,020. Hal ini menunjukkan bahwa pekerja dengan pengetahuan yang baik akan berdampak terhadap upaya pencegahan terjadinya gangguan paru kearah
yang positif. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Widodo 2007, bahwa
pengetahuan pekerja Genteng mempunyai pengaruh signifikan terhadap kapasitas vital paru pekerja, dimana pekerja dengan pengetahuan yang kurang 72,4
mengalami gangguan vital paru, dan kapasitas vital paru termasuk berat.
5.2.5. Pengaruh Sikap Pekerja terhadap Kapasitas Vital Paru Pekerja
Sikap dalam penelitian ini adalah respon atau tanggapan pekerja terhadap upaya pencegahan gangguan vital paru pekerja di Industri kecil meubel. Hasil
penelitian menunjukkan 57,1 pekerja mempunyai sikap yang kurang tentang
Universitas Sumatera Utara
gangguan vital paru, dampak yang ditimbulkan dari lingkungan yang tidak sehat dan sikap terhadap upaya penggunaan alat pelindung diri.
Secara proporsi menunjukkan pekerja dengan sikap yang kurang 45,5 mempunyai kapasitas vital paru kategori berat, artinya sikap yang kurang secara tidak
langsung akan berimplikasi terhadap kemampuan pekerja melepaskan atau menghirup udara total oleh paru-parunya. Hasil uji chi square menunjukkan
terdapat hubungan sikap dengan kapasitas vital paru pekerja p=0,008 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Purnomo 2007, bahwa sikap
pekerja akan berdampak terhadap upaya pencegahan gangguan vital paru, dan secara statistik menunjukkan sikap mempunyai pengaruh signifikan terhadap kapasitas vital
paru pekerja dengan nilai p=0,005.
5.2.6. Pengaruh Penggunaan APD terhadap Kapasitas Vital Paru Pekerja
Penggunaan APD adalah upaya yang dilakukan pekerja untuk menggunakan alat pelindung diri ketika bekerja. Hasil penelitian menunjukkan 12,5 yang tidak
menggunakan APD mempunyai kapasitas vital paru kategori berat. Secara proporsi pekerja dengan kapasitas vital paru kategori berat 42,2
terdapat pada pekerja yang tidak menggunakan APD, dan hasil uji chi square menunjukkan terdapat pengaruh penggunaan APD terhadap kapasitas vital paru
pekerja p=0,015 berarti nilai p0,05. Menurut penelitian Widjaya 1998, didapatkan pekerja yang menggunakan
APD hanya 9,3 yang mempunyai kelainan klinis saluran pernapasan. Hasil
Universitas Sumatera Utara
penelitian Holmess, 1989 dalam Wright 1991, terhadap 50 pekerja furniture ditemukan bahwa pekerja yang tidak konsisten dalam menggunakan APD berupa
masker sebanyak 27 mengalami penyakit pernapasan. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan informasi yang
berkaitan dengan APD yang cukup protektif terhadap pajanan debu kayu kepada pemilik usa informal. Untuk itu kiranya diperlukan kerjasana antara pihak Dinas
Kesehatan dengan Dinas Perindustrian yang menangani bidang Usaha Kecil Menengah untuk melakukan monitoring terhadap penggunaan APD pada pekerja. Hal
ini dilakukan guna memberikan kesadaran pekerja akan pentingnya APD. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Mawardi 2009, bahwa
dengan uji square menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan penggunaan APD dengan fungsi saluran nafas dengan nilai p=0,015 p0,05, artinya bahwa
semakin sering pekerja tidak menggunakan APD maka semakin besar kemungkinan untuk terjadi gangguan paru, karena tanpa pelindung mulut atau hidup akan
memudahkan debu untuk masuk dan mengendap di paru-paru. Pekerja yang menggunakan APD pun hanya menggunakan masker dan kain
penutup sehingga tidak mampu secara sempurna menghambat debu masuk ke dalam mulut, hidung dan paru-paru, selain itu dari hasil penelusuran yang dilakukan
pemekaian APD tidak digunakan secara maksimal, sehingga pekerja masih terpapar dengan debu meubel. Sementara seyogyanya pekerja menggunakan APD pernafasan
jenis respiratory, baik respiratory sekali pakai, separuh masker, separuh muka maupun respiratory berdaya. Hasil telaah dokumen pabrik, pihak manajemen pabrik
Universitas Sumatera Utara
tidak menyediakan respiratory jenis apapun yang ada hanya masker. Penggunaan respiratory ini jauh lebih baik dibandingkan masker dan kain penutup mulut.
5.3. Pengaruh Kadar Debu Udara dengan Kapasitas Vital Paru Pekerja