HUBUNGAN SOMATOTYPE HEATH CARTER DENGAN PENCAPAIAN PRESTASI PADA ATLET TENIS P.R. SUKUN KUDUS TAHUN 2011

(1)

HUBUNGAN SOMATOTYPE HEATH- CARTER DENGAN PENCAPAIAN PRESTASI PADA ATLET TENIS

P.R. SUKUN KUDUS TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Ossy Ambarita Saputri 6301407079

PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011


(2)

ii SARI

Kata kunci : Komponen endomorfi, Komponen mesomorfi, Komponen ektomorfi (Somatotipe Heath-Carter) dan hasil prestasi

Ossy Ambarita Saputri, 2011. Hubungan Somatotipe Heath-Carter dengan Pencapaian Prestasi pada Atlet Tenis PR. Sukun Kudus Tahun 2011. Skripsi. Jurusan PKLO. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Unversitas Negeri Semarang.

Permasalahan penelitian ini adalah : 1) Apakah ada hubungan antara komponen endomorfi dengan pencapaian prestasi, 2) Apakah ada hubungan antara komponen mesomorfi dengan pencapaian prestasi, 3) Apakah ada hubungan antara komponen ektomorfi dengan pencapaian prestasi tenis pada atlet tenis P.R. Sukun Kudus tahun 2011.

Metode Penelitian dengan survei tes. Populasi penelitian sebanyak 5 atlet dengan teknik total sampling sehingga sampel penelitian ini ada 5 atlet. Rancangan penelitian menggunakan desain korelasi tiga variabel independen yaitu: 1) Komponen endomorfi (X1), 2) Komponen mesomorfi (X2), 3) Komponen

ektomorfi (X3) dan satu variabel dependen yaitu pencapaian prestasi (Y).

Instrumen penelitian : 1) Tes Komponen endomorfi, 2) Tes Komponen mesomorfi, 3) Tes Komponen ektomorfi. Metode analisis data menggunakan analisis deskripsi kualitatif. Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa : 1) somatotipe dari Alim Bagus P. adalah 5


(3)

(4)

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

Barang siapa yang keluar rumah untuk belajar satu bab dari ilmu pengetahuan, maka ia telah berjalan fisabilillah sampai ia kembali ke rumahnya


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, inayah dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skrisi ini.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan sripsi ini atas bantuan, bimbingan, saran dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi di Jurusan Kepelatihan Olahraga UNNES Semarang. 2. Drs. H. Harry Pramono, M.Si, Dekan FIK UNNES yang telah memberikan

ijin untuk mengadakan penelitian ini.

3. Drs. Nasuka, M. Kes, Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga yang telah memberikan penghargaan dan saran dalam penyusunan skripsi ini. 4. Sri Haryono, S.Pd., M. Or selaku pembimbing I yang telah memberikan

petunjuk dan bimbingan dalam menyelesaikan pembuatan skripsi ini.

5. Drs. Margono, M. Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan dalam menyelesaikan pembuatan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen FIK UNNES khususnya Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga yang telah membimbing saya selama kuliah.

7. Staf dan karyawan FIK UNNES yang telah memberikan bantuan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.


(7)

vii

8. Bapak Pimpinan PR Sukun yang telah memberikan ijin penelitian di Klub tenis PR. Sukun kudus.

9. Bapak Firdaus selaku pelatih fisik dan Bapak-bapak Pelatih yang lain yang telah membantu dalam penelitian ini.

10. Atlet tenis klub PR Sukun Kudus yang telah bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini.

11. Teman-teman Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNNES, teman-teman penghuni kost Villana dan semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Semoga segala amal baik saudara dalam membantu penelitian ini akan mendapat imbalan yang sesuai, serta berkah yang dilimpahkan dari Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat pada semua pihak. Amin.

Semarang, Juni 2011


(8)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

SARI ...ii

PENGESAHAN ...iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...iv

KATA PENGANTAR ...v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR GAMBAR ...xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Permasalahan ...9

1.3 Tujuan Penelitian ...10

1.4 Penegasan Istilah ...10

1.5 Kegunaan Hasil Penelitian ...12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...13

2.1 Landasan Teori ...13

2.1.1 Pengertian Pencapaian Prestasi ...13

2.1.1.1 Olahraga Tenis ...13

2.1.1.2 Aspek yang Mendukung Prestasi Tenis ...18

2.1.1.3 Prestasi dalam Olahraga ...19

2.1.2 Pengertian Somatotipe ...21

2.1.2.1 Sejarah Somatotipe ...21

2.1.2.2 Somatotipe dan Olahraga ...26

2.1.2.3 Cara perhitungan Somatotipe Heath-Carter ...27

2.1.2.4 Cara Penggunaan Skinfold Kaliper ...32


(9)

ix

2.2.1 Hubungan komponen endomorfi dengan pencapaian prestasi tenis ...35

2.2.2 Hubungan komponen mesomorfi dengan pencapaian prestasi tenis ...36

2.2.3 Hubungan komponen ektomorfi dengan pencapaian prestasi tenis ...37

2.3 Hipotesis ...38

BAB III METODE PENELITIAN ...39

3.1 Populasi Penelitian...40

3.2 Sampel Penelitian dan Teknik Sampling ...40

3.3 Variabel Penelitian...41

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian ...42

3.5 Metode dan Rancangan Penelitian...42

3.5.1 Metode Penelitian...42

3.5.2 Rancangan Penelitian ...43

3.6 Instrumen Penelitian ...44

3.6.1 Tes komponen endomorfi ...44

3.6.2 Tes komponen mesomorfi ...45

3.6.3 Tes komponen ektomorfi ...45

3.7 Pengumpulan Data ...45

3.8 Teknik Analisis Data ...46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...48

4.1 Hasil Penelitian ...48

4.1.1 Deskripsi Data ...48

4.1.1 Hasil Analisis Data ...49

4.1.2.1 Hubungan antara komponen endomorfi dengan hasil prestasi ...49

4.1.2.1 Hubungan antara komponen mesomorfi dengan hasil prestasi ...50

4.1.2.1 Hubungan antara komponen ektomorfi dengan hasil prestasi ...53

4.2 Pembahasan ...56


(10)

x

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...61

5.1 Kesimpulan ...61

5.2 Saran ...62

DAFTAR PUSTAKA ...63 LAMPIRAN


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Deskriptif Data Variabel Penelitian ...48

4.2 Deskripsi Hubungan Komponen Endomorfi dengan Hasil Prestasi ...49

4.3 Deskripsi Hubungan Komponen Mesomorfi dengan Hasil Prestasi ...49


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Lapangan Tenis ...13

2.2 Form Penghitungan Komponen Somatotipe Heath-Carter ...25

2.3 Cara Pengisian Komponen Endomorfi ...28

2.4 Cara Pengisian Komponen Mesomorfi...29

2.5 Cara Pengisian Komponen Ektomorfi ...30

2.6 Cara Pengambilan Tebal Lapisan Lemak Tubuh ...33

2.7 Cara Pengambilan Tebal Lapisan Lemak Tubuh (Triceps)...34

2.8 Cara Pengambilan Tebal Lapisan Lemak Tubuh (Subscapular) ...34

2.9 Cara Pengambilan Tebal Lapisan Lemak Tubuh (Suprailiac) ...35

3.1 Rancangan Penelitian ganda dengan tiga variabel ...43

3.2 Alat Tes Skinfold Kaliper ...44

3.3 Alat Tes Kaliper Geser ...45


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Gambar Halaman

1. Usulan Penetapan Pembimbing dan Tema ...66

2. Daftar Nama Sampel Penelitian Klub Tenis PR.Sukun Kudus Tahun 2011..68

3. Prosedur Pelaksanaan Tes Komponen Endomorfi dan Foto Pelaksanaan ...69

4. Prosedur Pelaksanaan Tes Komponen Mesomorfi dan Foto Pelaksanaan ....72

5. Prosedur Pelaksanaan Tes Komponen Ektomorfi dan Foto Pelaksanaan ...74

6. Surat Keterangan Hasil Pengujian Antropometer ...76

7. Permohonan Ijin Penelitian Pendidikan ...78

8. Jawaban Ijin Penelitian yang Telah Dilaksanakan ...79

9. Data Mentah Hasil Tes Komponen Endomorfi, Komponen Mesomorfi dan Komponen Ektomorfi ...80

10. Data Data Mentah Hasil Skor Prestasi Atlet ...90


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perusahaan rokok Sukun yang berdiri sejak tahun 1950 ini bertempat di desa Gondosari, kecamatan Gebog, kabupaten Kudus. Perusahaan Rokok Sukun adalah perusahaan yang memproduksi rokok sebagai komoditas utamanya. Perusahaan ini berdiri sejak tahun 1945 yang diprakarsai oleh Mc. Wartono yang lahir pada tahun 1921. Berpusat di Jalan Raya Sukun Kudus. Perusahaan ini berbentuk perusahaan kecil yang hanya dikelola untuk perusahaan keluarga. Perusahaan Rokok Sukun hanya bersifat


(15)

Ketekunan dalam membina usahanya yang berorientasi terhadap pemenuhan kepuasan konsumen, kearifan dalam membina tenaga kerja untuk meningkatkan produktifitasnya serta pandangan jauh ke depan terhadap situasi ekonomi nasional, semua ini membuat usahanya semakin berkembang. Tenaga kerjanya sampai dengan sekarang mencapai angka ribuan. Bermacam-macam jenis rokok dengan berbagai tingkatan harga dengan merk


(16)

mengembangkan olahraga voli dengan mencari orang-orang yang berkompeten dibidanganya untuk mengelola olahraga ini. Kerena upayanya itu Perusahaan Rokok Sukun mempunyai tim voli SUKUN yang beranggotakan karyawan-karyawan Perusahaan Rokok Sukun sendiri. Pada olahraga tenis meja juga berkembang pesat, awal mulanya pelatihan hanya untuk kalangan karyawan, tetapi lama-kelamaan pelatihan ini bukan hanya untuk karyawan, bahkan juga untuk anak karyawan. Hal yang sama juga terjadi pada olahraga tenis.

Cabang olahraga yang sampai saat ini masih tetap dikembangkan adalah cabang tenis meja dan cabang tenis. Dari tahun ketahun, perkembangan dua cabang olahraga ini lumayan pesat. Tidak jarang atlet dari masing-masing cabang ini menduduki peringkat nasional. Dan regenerasi juga terjadi sangat cepat, sehingga peringkat nasional sering diraih oleh perusahaan penghasil rokok ini.

Pada cabang tenis memiliki 5 atlet yang terdiri dari 2 perempuan dan 3 laki-laki dengan berbagai tingkatan umur. Mulai dari umur 13-17 tahun. Semua atlet di Perusahaan Rokok Sukun hanya dari pelajar sekolah dasar (SD) sampai pelajar sekolah menengah atas (SMA). Sebagai pihak yang membina atlet-atlet, Perusahaan Rokok Sukun telah menyediakan beasiswa bagi atlet yang terdaftar dalam binaan Perusahaan Rokok Sukun. Untuk membayar biaya sekolah, biaya makan dan biaya hidup sehari-hari juga ditanggung oleh perusahaan rokok ini. Adanya asrama untuk para atlet yang aktif menjalani pembinaan membuat semua kegiatan latihan dan sekolah para atlet menjadi terkoordinir, membuat semua kegiatan lancar dan terkendali. Program latihan yang disediakan pelatih juga terlaksana dengan baik, sehingga membuat prestasi yang ditargetkan oleh pelatih


(17)

dan pihak Perusahaan Rokok Sukun terhadap atlet-atletnya dapat tercapai dengan maksimal dan sangat membanggakan.

Pengertian prestasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hasil yang telah dicapai. Prestasi yang dihasilkan oleh atlet-atlet tenis P.R. Sukun cukup membanggakan. Atlet yang terdaftar dalam Klub P.R Sukun Kudus adalah : Andrea Guntara, Alim Bagus Prakosa, Rudi Haryo Pamungkas, M.P. Setyorini, Inggrid Yuniar Swansa. Prestasi yang telah diraih pada tahun-tahun terahir ini terlihat menurun. Prestasi yang pernah diraih oleh atlet-atlet tenis Perusahaan Rokok Sukun pada tahun-tahun terahir ini adalah : 1) Andrea Guntara ( Laki-laki, kelompok umur 16 tahun ) meraih: Semi Finalis Ganda Putra berpasangan dengan Henry Prio A dan Semi Finalis Tunggal Putra pada Kejuaraan Nasional Tenis Circuit Junior Bakrie-BRI di Pekalongan I tahun 2009, Juara II Ganda Putra pada kejuaraan Piala Tugu Muda Semarang seri XXXVII tahun 2010, Semi Finalis Ganda Putra, Semi Finalis Tunggal Putra dan Peringkat 7 KU 16 pada kejuaraan BAKRIE-BRI MASTER 2010, Juara I Ganda Putra berpasangan dengan Gesha Otista Amara pada kejuaraan PEMALANG OPEN VII ;

2) Rudi Haryo Pamungkas (Laki-laki, kelompok umur 13 tahun) meraih : Finalis Ganda Putra berpasangan dengan Bayu Ekha L pada Kejuaraan Nasional Tenis Circuit Junior Bakrie-BRI di Pekalongan I tahun 2009, Runner-up tunggal putra pada Kejuaraan Nasional Tenis Yunior Aroma Bakery Tegal Open II Tahun 2009, Semifinalis ganda putra berpasangan dengan Alim Bagus P. pada kejuaraan Semen Gresik


(18)

Prakosa (Laki-laki, kelompok umur 14 tahun ) meraih : Juara 5 tunggal putra pada kejuaraan Persami Tenis Ulmer & Blitz Piala Walikota di Semarang tahun 2009, Juara I tunggal putra pada Olimpiade Olah Raga Siswa Nasional (O2SN) SMP tingkat provinsi tahun 2010 di Semarang, Semifinalis ganda putra berpasangan dengan Rudi Haryo Pamungkas pada kejuaraan Semen Gresik


(19)

Juara Ganda Putri berpasangan dengan M.P. Setyorini pada Kejuaraan TEGAL OPEN III tahun 2010, Juara III Tunggal Putri pada Kejuaraan TEGAL OPEN III tahun 2010, Juara II Tunggal Putri pada Kejuaraan PIALA MENPORA tahun 2010, Finalis Ganda dan Tunggal Putri pada Kejuaraan PEMALANG OPEN VII tahun 2011.

Prestasi-prestasi yang telah diraih ini tentunya tidak hasil latihan yang singkat, tetapi memerlukan waktu yang relatif lama. Banyak faktor yang dapat menunjang tercapainya prestasi-prestasi ini. Selain latihan yang rutin setiap hari sesuai dengan program latihan, faktor bakat, faktor kondisi fisik, faktor gizi dan banyak faktor lain yang menunjang. Seperti faktor perawakan tubuh seseorang (somatotype). Selain dari faktor somatotipe atlet yang berhubungan dengan prestasi yang akan dihasilkan, faktor yang lain yang juga tidak kalah penting adalah faktor pemanduan bakat atlet.

Faktor pemanduan bakat atlet merupakan sebuah proses pengenalan dan pengidentifikasian bakat yang merupakan aktivitas yang didahulukan oleh para pelatih dan spesialis pelatihan dalam rangka untuk mengembangkan serta untuk meningkatkan kriteria psiko-biologis yang digunakan untuk menemukan seseorang yang lebih berbakat pada suatu cabang olah raga tertentu. Fakta dilapangan mememukan bahwa, para pelatih pada cabang olahraga tenis jarang melakukan tes pemanduan bakat untuk mengetahui bakat yang mana yang lebih menonjol pada suatu cabang olahraga. Padahal seharusnya pelatih melakukan pemanduan bakat terlebih dahulu sebelum melakukan pelatihan yang mengarah pada pencapaian prestasi.


(20)

Faktor kemampuan fisik sangat mendukung seseorang untuk mencapai keberhasilan pencapaian prestasi dalam suatu cabang olahraga. Proporsi fisik yang sesuai dengan cabang olahraga tersebut, akan mendukung dan memudahkan berkompetisi dengan lawan. Teknisnya, seseorang dengan tubuh yang proporsional atau ideal untuk standart seorang atlet dapat dengan mudah mengalahkan atlet dengan postur tubuh yang kurang baik dengan kemampuan yang sama.

Aspek lain yang mendukung seseorang untuk melakukan tenis dengan baik adalah aspek antropometri. Dimana Antrhopometri adalah studi yang membahas tentang variasi manusia diluar ras yang menelaah perawakan, dari anak-anak sampai dewasa dan menghubungkannya dengan faktor-faktor morfologi, fisiologi, dan psikologi. Berguna dalam menentukan gemuk, kurus anak, penilaian keadaan nutrisi dan dapat digunakan untuk menelaah perawakan olahragawan ulung dan berdasarkan ini dapat memprediksi cabang olahraga yang tepat untuk suatu perawakan.

Menurut Heath & Carter (1967) bahwa pada dasarnya somatotipe sebagai suatu deskripsi morfologis mencakup 3 nilai angka terhadap komposisi fisik dan bentuk. Komponen I atau endomorfi mengacu pada kegemukan, komponen II atau mesomorfi mengacu pada perkembangan otot-otot skelet perunit tinggi badan, dan komponen III mengacu pada linieritas.

Perawakan atau istilah ilmiahnya disebut sebagai Biotipologi dibagi menjadi 2 yaitu somatypologi dan androgini. Somatypologi merupakan bagian dari biotipologi yang mempelajari tentang perawakan atau fisik manusia.


(21)

Somatotipe yang digunakan untuk meneliti perawakan atlet tenis P.R. Sukun adalah Somatotype rating menurut Heath-carter. Somatotipologi merupakan bagian dari biotypologi yang mempelajari tentang perawakan atau somatotipe, yaitu mengklasifikasikan fisik manusia. Dalam buku Somatotyping


(22)

dan Junior Nasional di Amerika ), tidak banyak berbeda dengan yang lain, tetapi memiliki lebih mesomorf dan sedikit endomorf dibandingkan dengan sebuah kelompok kontrol.

Pada umumnya para pelatih tenis tidak memperhatikan faktor somatotipe untuk menjadi panduan mereka menentukan target prestasi yang akan dicapai oleh seorang atlet. Mereka hanya berpedoman pada pertandingan yang lalu dan memperbaikinya pada pertandingan selanjutnya. Padahal, apabila pelatih lebih dahulu melakukan tes somatotipe pada atlet-atletnya, maka akan memudahkan mereka untuk dapat menentukan target prestasi yang akan dicapai selama latihan.

Setelah memperhatikan uraian tersebut diatas, maka penulis akan mengadakan suatu penelitian guna memperoleh jawaban secara ilmiah dan memberikan informasi kepada pelatih atau asisten pelatih pada klub


(23)

1.2.2 Apakah ada hubungan antara komponen mesomorfi dengan pencapaian prestasi tenis pada atlet tenis P.R. Sukun Kudus tahun 2011?

1.2.3 Apakah ada hubungan antara komponen ektomorfi dengan pencapaian prestasi tenis pada atlet tenis P.R. Sukun Kudus tahun 2011?

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan selalu mempunyai tujuan, agar memperoleh gambaran yang jelas serta bermanfaat bagi yang menggunakannya. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1.3.1 Hubungan komponen endomorfi dengan pencapaian prestasi tenis pada atlet tenis P.R. Sukun Kudus tahun 2011.

1.3.2 Hubungan komponen mesomorfi dengan pencapaian prestasi tenis pada atlet tenis P.R. Sukun Kudus tahun 2011.

1.3.3 Hubungan komponen ektomorfi dengan pencapaian prestasi tenis pada atlet tenis P.R. Sukun Kudus tahun 2011.

1.4 Penegasan Istilah

Sesuai dengan judul dalam penelitian ini, agar permasalahan yang dibahas tidak menyimpang dari tujuan semula, serta untuk menghindari terjadinya salah penafsiran, maka penulis mengemukakan penegasan istilah sebagai berikut : 1.4.1 Hubungan

Hubungan adalah keadaan berhubungan (Departemen Pendidikan Nasional, 2007:409), jadi yang dimaksud hubungan dalam penelitian ini adalah


(24)

sesuatu yang akan digunakan untuk menghubungkan beberapa variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

1.4.2 Somatotype

Somatotype adalah perawakan tubuh. Somatotipologi yang merupakan bagian dari biotypologi yang mempelajari tentang perawakan atau somatotipe, yaitu mengklasifikasikan fisik manusia yang ditemukan oleh Heath dan Carter. Somatotype yang digunakan pada penelitian ini adalah somatotype Heath-Cater. 1.4.3. Pencapaian

Pencapaian adalah proses, cara, perbuatan mencapai (Departemen Pendidikan Nasional, 2007:194). Pengertian pencapaian disini adalah proses dan perbuatan latihan yang dilakukan oleh atlet tenis P.R.Sukun Kudus dengan jangka waktu tertentu sehingga mencapai suatu prestasi tertentu.

1.4.4 Prestasi

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dsb) (Departeman Pendidikan Nasional, 2007:895). Prestasi yang akan diukur disini adalah prestasi yang telah dicapai oleh atlet Tenis P.R. Sukun Kudus tahun 2011.

1.4.5 Atlet tenis P.R. Sukun

Atlet adalah olahragawan terutama yang mengikuti perlombaan atau pertandingan (kekuatan, ketangkasan dan kecepatan) (Departemen Pendidikan Nasional, 2007:75). Atlet klub P.R. Sukun Kudus adalah sekelompok individu putra dan putri yang berusia antara 12-16 tahun, dan terdaftar secara rutin


(25)

mengikuti pelatihan, pembinaan dan pengembangan yang sudah terprogram secara rutin dalam upaya untuk mencapai prestasi di klub tenis P.R.Sukun Kudus.

1.5 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan :

1.5.1 Membagi masukan informasi bagi para pembina, pelatih dan asisten pelatih olahraga tenis, dalam pembinaan, pelajaran atau latihan lebih banyak memiliki landasan dengan tuntunan metode latihan secara ilmiah. 1.5.2 Dapat dimanfaatkan dan disempurnakan sebagai informasi ilmiah dan

bahan perbandingan bagi peneliti yang berminat untuk mengadakan penelitian ulang atau lebih lanjut dengan faktor-faktor yang lain.


(26)

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1. Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Pencapaian Prestasi 2.1.1.1. Olahraga Tenis

Tenis adalah salah satu cabang olahraga permainan bola kecil. Olahraga yang mempunyai lapangan berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran panjang 23,77 m (78 feet) dan ukuran lebar ada dua yaitu untuk lebar lapangan tungal 8,23 m (27 feet) dan untuk lapangan ganda lebarnya 10,97 m (36 feet). Lapangan terbagi menjadi dua bagian sama panjang dengan dipisahkan oleh net yang melintang ditengah-tengah lapangan dengan tinggi bagian tengah 91,4 cm (3 feet) dan pada tiap-tiap tiang net 1,067 m (3,5 feet). Permainan ini dilakukan di atas lapangan dengan permukaan keras (hard court), tanah liat (gravel), maupun lapangan rumput (grass court) (Katilli,1973:12).

Garis belakang dan masing-masing bagian lapangan disebut baseline dan dua pasang garis samping adalah sideline lapangan tenis yang sebelah dalam untuk permainan tunggal, yang sebelah luar untuk permainan ganda. Daerah lapangan antara sideline untuk permainan tunggal dan sideline untuk permainan ganda disebut


(27)

servis, sebelah kanan dan sebelah kiri. Bagian lapangan tenis antara garis servis dan garis belakang disebut backcourt. Garis pendek yang panjangnya 10,2 cm dan membagi tengah-tengah garis belakang namanya certer mark. Garis-garis yang membagi-bagi lapangan tenis, lebarnya 5,1 cm (2 inchi), hanya baseline boleh lebih besar sampai 10,2 cm (4 inchi). Dibelakang baseline harus ada daerah kosong sekurang-kurangnya 6,4 m (20 feet) panjang dan daerah kosong disamping kanan-kiri lapangan sekurang-kurangnya 3,66 m (12 feet) lebar (Opa L


(28)

ketrampilan dasar memukul bola terlebih dahulu, maka perkembangan penguasaan pukulan akan lebih berhasil, baik dan benar ( Sumarsono Marso,1994:17 ).

Rex Lardner (1996:7) berpendapat bahwa tenis merupakan jenis olahraga yang ideal untuk bermasyarakat, tenis dapat dimainkan oleh berbagai kelompok usia, pria dan wanita secara tunggal, ganda ataupun ganda campuran. Tenis juga merupakan suatu permainan yang memerlukan kecepatan kaki, kecepatan yang terkendali, stamina, antisipasi, ketetapan hati (determination) dan kecerdikan. Meskipun demikian, jika lemah pada salah satu dari segi-segi tersebut, masih ada kemungkinan untuk menutupi dengan memperkuat diri pada segi-segi yang lain.

Olahraga tenis bisa dimainkan dengan satu orang lawan satu orang dalam permainan tunggal dan 2 orang lawan 2 orang dalam permainan ganda. Tenis bukan olahraga yang sulit untuk dimainkan, tetapi tidak juga mudah untuk dilakukan. Olahraga yang membutuhkan banyak koordinasi anggota tubuh ini prinsipnya juga sama dengan olahraga lain. Olahraga ini membutuhkan ketekunan, membutuhkan kerutinan dalam latihan dan membutuhkan pengetahuan yang cukup sebagai pendukung untuk bisa meraih prestasi puncak.

Seiring perkembangan zaman olahraga tenis tambah digemari oleh masyarakat. Semakin digemarinya olahraga ini disebabkan karena semakin kompetitifnya persaingan prestasi yang terjadi diantara para atlet-atlet dalam olahraga ini. Selain itu yang tidak bisa diabaikan adalah dukungan media cetak maupun media elektronik yang selalu memberitakan dan mempublikasikan even-even kejuaraan tenis yang terselenggara, baik di tingkat lokal maupun di level


(29)

dunia. Konsekuensi dari perkembangan ini adalah semakin ketatnya persaingan prestasi antar atlet, yang tentunya berimbas dengan semakin tinggi gelar yang akan dicapainya. Hal ini membuat prestasi atlet dari tahun ke tahun semakin meningkat untuk mendapatkan gelar juara tersebut dan atau mempertahankan gelar yang telah dicapai. Atlet-atlet dunia yang telah menorehkan prestasi atas nama negara kebanggaan mereka serta diakui prestasinya dalam olahraga ini adalah seperti : Andre Agassi (Amerika Serikat), Roger Federer (Swiss), Andy Roddick (Amerika Serikat), Carlos Moya (Spanyol), Rafael Nadal (Spanyol), Andy Murray (Inggis), Justin Henin (Belgia), Venus Williams (Amerika Serikat), Serena Williams (Amerika Serikat), Martina Hingis (Swiss), Maria Sharapova (Rusia), Martina Narvatilova (Belgia), Kim Clijsters (Belgia), dan lain-lain.

Hadirnya atlet-atlet ini disebabkan karena banyaknya turnamen-turnamen yang diikuti oleh mereka. Tercatat ada empat turnamen profesional paling bergengsi di dunia yang disebut dengan istilah granslam, yakni Wimbeldon di Inggris, Australian Open (Australia terbuka), French Open (Perancis terbuka), dan US Open ( Amerika Terbuka). Di empat ajang tertinggi kompetisi tenis profesional paling bergengsi tersebut para petenis top tingkat dunia mengerahkan segala kemampuan yang dimiliki untuk bersaing menjadi juara. Kemudian di luar empat turnamen tersebut ada beberapa turnamen lain yang lebih rendah yang diberi label sebagai grandprix serta beberapa ajang kejuaraan setingkat turnamen dibawahnya.

Perjalanan pertandingan dunia tidak hanya sebatas yang disebutkan diatas, organisasi tenis dunia juga menyelenggarakan kejuaraan internasional


(30)

amatir beregu, dimana tim yang bertanding mewaliki negara. Kejuaraan ini terbagi dalam dua ketegori yakni kelompok regu putra dan putri. Kejuaraan kelompok regu putra diselenggarakan kejuaraan Davis Cup atau Piala Davis, sementara untuk kelompok putri digelar kejuaraan Federation Cup atau piala Federasi yang populer disebut Fed Cup.

Di Indonesia, badan tingkat nasional yang menangani olahraga tenis adalah PB Pelti (Pengurus Besar Penyelenggara Tenis Lapangan Indonesia). Badan ini yang menangani serta bertanggung jawab atas kelangsungan prestasi tenis di Indonesia. PB Pelti mempunyai agenda kejuaraan tenis profesional yang disebut dengan Indonesia Open yang diikuti oleh beberapa petenis profesional lainnya dari negara-negara lainnya. Pada masa lalu indonesia mempunyai beberapa atlet tenis yang cukup disegani untuk kawasan Asia dan Asia Tenggara di kelompok putra seperti Atet Wiyono, Tintus Arianto Wibowo, Suharyadi, Wailan Walalangi atau Bonit Wiryawan serta beberapa nama lainnya. Dikelompok putri masa lalu ada nama-nama seperti Suzana Anggarkusuma dan Yayuk Basuki. Catatan khusus pantas ditujukan kepada Yayuk Basuki yang mempunyai andil cukup besar dalam membawa nama Indonesia di ajang Asian Games dan SEA Games. Selain itu ia juga tercatat sebagai perenis putri Indonesia yang paling sukses prestasinya di jalur tenis profesional.

Pada awal tahun 1990-an, yayuk basuki mengukir prestasi sebagai satu-satunya petenis putri indonesia yang berhasil masuk dalam kelompok 40 petenis putri terbaik dunia. Yayuk basuki juga tercatat sebagai satu-satunya petenis indonesia yang pernah merasakan ketatnya persaingan pada kejuaraan grandslam


(31)

seperti Wimbeldon, Perancis Terbuka, Australia Terbuka, dan Amerika Serikat Terbuka, serta beberapa turnamen profesional tingkat dunia lainnya. Dengan prestasinya tersebut maka yayuk basuki berhasil mengimbangi kekuatan petenis dari dua negara kuat dari asia lainnya yakni Korea Selatan dan Jepang.

Prestasi terdahulu yang telah diukir oleh atlet-atlet tenis yang telah mengharumkan nama bangsa Indonesia diharapkan menjadi pemicu semangat dari para peminat olahraga tenis di Indonesia agar dapat berprestasi dengan lebih baik atau paling tidak dapat sanggup untuk mengulangi prestasi yang telah dibuat oleh pendahulu-pendahulu tersebut. Prestasi yang pernah dicapai bukan hanya berasal dari latihan yang rutin dan terprogram, tetapi juga kemampuan dan perawakan fisik seseorang atlet. Penyatuan berbagai macam faktor antara latihan terprogram, kemampuan fisik dan perawakan ideal yang akan membuat seorang atlet memiliki satu kesatuan yang kuat sehingga dapat mencapai prestasi tinggi.

2.1.1.2 Aspek yang Mendukung Prestasi Tenis

Kemampuan fisik sangat menentukan keberhasilan pencapaian prestasi optimal dalam suatu cabang olahraga. Proporsi fisik yang sesuai dengan cabang olahraga tersebut, akan memudahkan berkompetisi dengan lawan. Aspek lain yang mendukung seseorang untuk melakukan tenis dengan baik adalah aspek anthropometri. Dimana anthropometri adalah studi tentang variasi manusia diluar ras yang menelaah perawakan, dari anak-anak sampai dewasa dan menghubungkannya dengan faktor - faktor morfologi, fisiologi, dan psikologi. Berguna dalam menentukan gemuk kurus anak, penilaian keadaan nutrisi, dan dapat digunakan untuk menelaah perawakan olahragawan ulung dan berdasarkan


(32)

itu dapat memprediksi cabang olahraga yang tepat untuk suatu perawakan. Biotypologi dibagi menjadi dua : somatotipologi dan androgini.

2.1.1.3 Prestasi dalam Olahraga

Tujuan manusia melakukan kegiatan olahraga adalah : 1) Rekreasi, yaitu mereka-mereka yang melakukan olahraga hanya untuk mengisi waktu luang. Mereka melakukan olahraga dengan penuh kegembiraan, santai dan semuanya berjalan tidak formal baik tempat, sarana maupun peraturannya ; 2) Pendidikan, yaitu mereka yang melakukan olahraga disekolah-sekolah yang diasuh oleh para guru olahraga. Kegiatan yang ada didalamnya telah disusun dalam kurikulum tertentu dan disampaikan dengan tujuan yang cukup jelas dan dilakukan secara formal ; 3) Mencapai tingkat kesegaran jasmani, mereka yang melakukan kegiatan olahraga ini mengerjakan olahraga dengan formal, baik program, sarana serta fasilitasnya dan dibawah asuhan tenaga ahli yang profesional ; 4) Prestasi, untuk mencapai prestasi sebagai tujuan ahirnya, maka agar maksimal dipadukan kedalam suatu bentuk program terpadu pembinaan prestasi olahraga. Di dalam hal ini ilmu pengetahuan yang terkait mengenai


(33)

Menurut M. Anwar Pasau, MA ; Ph.D dalam M.Sajoto (1995 : 2) menguraikan tentang faktor-faktor penentu pencapaian prestasi dalam olahraga sebagai berikut : 1) Aspek Biologis : 1.1) Potensi/kemampuan dasar tubuh (Fundamental Motor Skill ) : 1.1.1) Kekuatan (Strength), 1.1.2) Kecepatan (Speed), 1.1.3) Kelincahan dan Koordinasi (agility and coordination), 1.1.4) Tenaga (Power), 1.1.5) Daya Tahan Otot (Muscular Endurance), 1.1.6) Daya kerja jantung dan paru-paru (cardiorespiratory fuction), 1.1.7) Kelenturan (Flexibility), 1.1.8) Keseimbangan (Balance), 1.1.9) Ketepatan (Accuracy), 1.1.10) Kesehatan untuk olahraga (Health for Sport). 1.2) Fungsi Organ-organ tubuh : 1.2.1) Daya kerja jantung-peredaran darah, 1.2.2) Daya kerja paru-paru sistem pernafasan, 1.2.3) Daya kerja pernafasan, 1.2.4) Daya kerja paanca-indra dan lain-lain. 1.3) Stuktur dan Postur Tubuh : 1.3.1) Ukuran tinggi dan panjang tubuh, 1.3.2) Ukuran besar, lebar dan berat tubuh, 1.3.3) Bentuk tubuh: endomorfi, mesomorfi, dan ektomorfi. 1.4) Gizi (sebagai penunjang aspek biologis) : 1.4.1) Jumlah makanan yang cukup, 1.4.2) Nilai makanan yang memenuhi kebutuhan, 1.4.3) Variasi makanan yang bermacam-macam.

2) Aspek Psikologis : 2.1) Intelektual (kecerdasan = IQ),ditentukan oleh pendidikan, pengalaman, dan bakat, 2.2) Motivasi : 2.2.1) Dari diri atlet (internal) : perasaan harga diri, kebanggan, keinginan berprestasi, kepercayaan diri, perasaan sehat, 2.2.2) Dari luar (external) : penghargaan, pujian, hadiah (materi, uang), kedudukan. 2.3) Kepribadian : 2.3.1) Yang menguntungkan dalam pembinaan prestasi, 2.3.1.1) Ketekunan, 2.3.1.2) Kematangan, 2.3.1.3) Semangat,


(34)

2.3.1.4) Berani, 2.3.1.5) Teliti/cermat, 2.3.1.6) Berhati-hati, 2.3.1.7) Mudah menerima, 2.3.1.8) Bijaksana/serius, 2.3.1.9) Tenang, 2.3.1.10) Percaya diri, 2.3.1.11) Terkontrol, 2.3.1.12) Cakap/pintar, 2.3.1.13) Teguh pendirian. 2.3.2) Yang kurang menguntungkan : 2.3.2.1) Mudah tersinggung/emosi, 2.3.2.2) Cepat bosan, 2.3.2.3) Kurang cakap, 2.3.2.4) Sembrono/ceroboh, 2.3.2.5) Ragu-ragu, 2.3.2.6) Pemalu, 2.3.2.7) Lambat menerima, 2.3.2.8) Curiga/cemburu, 2.3.2.9) Bersifat kewanitaan, 2.3.2.10) Tidak terkendali, 2.3.2.11) Menyendiri, 2.3.3.12) tidak tetap pendirian, 2.3.2.13) Penakut. 2.4) Koordinasi kerja otot dan syaraf : 2.4.1) Kecepatan reaksi motorik, 2.4.2) Kecepatan reaksi karena rangsang penglihatan dan pendengaran.

3) Aspek lingkungan (environtment): 3.1) Sosial : kehidupan sosial ekonomi, interaksi antara pelatih, atlet dan sesama anggota tim, 3.2) Presarana-sarana olahraga yang tersedia dan medan, 3.3) Cuaca iklim sekitar, 3.4) Orang tua keluarga dan masyarakat (dorongan dan penghargaan). 4) Aspek Penunjang : 4.1) Pelatih yang berkualitas tinggi, 4.2) Program yang tersusun secara sistematis, 4.3) Penghargaan dari masyarakat dan pemerintah, 4.4) Dana yang memadai, 4.5) Organisasi yang tertib.

2.1.2 Pengertian Somatotipe 2.1.2.1 Sejarah Somatotipe

Sudah menjadi fakta yang semua orang dapat ketahui bahwa tidak ada dua orang yang memiliki tubuh yang persis sama ditinjau dari karakteristik fisiknya. Tidak diragukan lagi bahwa banyak variabel yang dapat mempengaruhi susunan fisik seseorang. Pada sebuah perjalanan sejarah panjang dari penelitian,


(35)

mempelajari bahwa telah dapat mengklasifikasikan tipe atau jenis tubuh, yang sekarang mengacu pada somatotipe. Contohnya, terkadang terpikir bahwa orang yang gemuk biasanya selalu bahagia dan memiliki rasa humor yang bagus, sedangkan orang kurus sering kali dikaitkan dengan penyakit darah tinggi. Sekarang ini, ahli antropologi telah mempelajari tentang fisik seseorang adalah sebuah turunan dari orang tua dengan sedikit pemahaman dari klasifikasi fisik seseorang seperti kelakuan yang lebih dominan dan pola pertumbuhan dengan spesifikasi tipe tubuh atau somatotipe.

Sebuah pemahaman kemampuan fisik berhubungan dengan somatotipe tertentu seharusnya dinilai dari pelatih fisik yang dapat menilai dari masalah individu murid itu sendiri dengan tujuan yang akan dicapainya. hal ini tergantung dari pelatih fisik untuk dapat merencanakan sebuah program yang ilmiah yang akan dapat melayani kebutuhan murid tersebut.

Hippocrates mengklasifikasikan fisik seseorang kedalam dua tipe yang mendasar yaitu : Phthisic habitus, digambarkan dengan tinggi, tubuh gemuk yang ditekanan pada dimensi vertikal; dan apoplectic habitus, digambarkan dengan pendek, tubuh kurus yang ditekankan pada dimensi horizontal.

Kretschmer, mengacu pada somatotipe yang modern dari sebelumnya dan memperbaharuinya, orang yunani menyebutnya pyknic, yang menyatakan secara tidak langsung sebuah komposisi tubuh, dan asthenic, digambarkan seperti


(36)

Metode Shaldon. Pada era modern sekarang ini, W.H Sheldon dan teman-temannya mempunyai andil yang sangat besar dalam persebaran teknik baru menghitung somatotipe. Setelah berberapa tahun melakukan penelitian, Sheldon mengklasifikasikan fisik laki-laki kedalam tiga tipe bentuk tubuh.

Perkiraan somatotipe pertama kali dilakukan oleh Sheldon dkk. pada tahun 1940, yang menggambarkan 3 komponen dasar, yaitu endoderm, mesoderm, dan ectoderm yang masing-masing berbeda dalam perkembangannya. Perkembangan selanjutnya endoderm menjadi alat-alat viscera, mesoderm menjadi tulang dan otot, ektoderm menjadi syaraf dan kulit. Tipe tubuh tergantung komponen mana yang lebih dominan perkembangannya, masing-masing bervariasi dari 1 sampai 7. Derajad satu berarti paling lemah dan 7 yang terkuat. Dari hanya terdapat tiga jenis yang merupakan bentuk ekstrem, yaitu : 1) endomorfi yang ekstrem digambarkan dengan angka 771, 2) mesomorfi yang ekstrem digambarkan dengan angka 171 dan 3) ektomorfi yang ekstrem digambarkan dengan angka 117.

Oleh karena masing-masing berbeda dalam tingkat-tingkat perkembangannya namun kira-kira 343 macam tipe tubuh dapat diklasifikasikan. Namun dapat pula dikelompokkan menjadi lebih sempit lagi menjadi 19 macam dan kini masih dapat digolongkan hanya 3 bentuk pokoknya. Metode yang dipakai adalah photografi dan somatometri. Pada somatometri diperlukan 17 ukuran dengan membagi tubuh dalam 5 daerah, menurut ukuran-ukuran sebagai berikut : 1) Tebal lipatan Kulit : disini diperlukan alat skinfold-caliper. Dengan pertolongan tabel dapat dicari komponen I dari komponen endomorfi atau angka-angka tebal lipatan kulit, sebagai berikut : triceps kanan dalam mm, subscapula dalam mm,


(37)

suprailiaca dalam mm, jumlah ketiganya dalam mm, dan betis kanan dalam mm; 2) Untuk mencari komponen II diperlukan ukuran : tinggi badan dalam mm maupun inchi, diameter bicondyler humerus dalam cm, diameter bicondyler femur dalam cm, lingkaran biceps dalam keadaan releks dalam cm, lingkaran biceps dalam keadaan kontraksi dalam cm, lingkaran betis yang masih dilengkapi dengan tebal lipatan kulit triceps dan betis, dengan pertolongan tabel diketahui komponen II ; 3) Untuk mencari komponen III hanya diperlukan berat badan dalam kg dan pound, pada nomogram antara berat dan tinggi didapatkan ponderal index. Dari besarnya komponen index ini dapat dibaca lagi dalam tabel berapa besarnya komponen III.

Somatotipe akan bergantung pada komponen mana lebih berkembang yang selanjutnya akan memberikan gambaran struktur morfologi tertentu pada individu (Sheldon et al., 1963). Semenjak Sheldon dkk. memperkenalkan somatotipe ini, banyak ahli yang kemudian memodifikasi dan mengubah metode somatotipe dalam berbagai cara.

Satu diantaranya dibuat oleh Heath dan Carter (1967) yang menentukan somatotipe sebagai suatu deskripsi morfologis. Digambarkan dengan 3 nilai angka, yang terdiri dari 3 urutan angka-angka dan selalu ditulis dalam urut yang sama. Tiap angka mewakili pemakaian 1 komponen primer fisik yang menguraikan variasi individu dalam komposisi dan morfologi manusia. Pada dasarnya perkiraan tersebut mencakup 3 nilai angka terhadap komposisi fisik dan bentuk. Komponen tersebut, yaitu: komponen I atau endomorfi mengacu pada kegemukan, komponen II atau mesomorfi mengacu pada perkembangan otot-otot


(38)

skelet perunit tinggi badan, dan komponen III atau ektomorfi mengacu pada linieritas.

Menurut Heath & Carter (1967), ada 3 cara untuk menentukan somatotipe, yaitu dengan rata-rata antropometri, rata-rata foto somatotipe, dan dengan manggabungkan kedua cara tersebut. Cara rata-rata antropometri, yaitu komponen I (endomorfi) diperoleh dengan menggunakan jumlah tebal lipatan kulit triceps, infrascapula, dan suprailiaca. Komponen II (mesomorfi) diperoleh dengan diameter biepicondylus humeri dan femoris, lingkar lengan fleksi (dikoreksi dengan tebal lipatan kulit triceps), lingkar betis (dikoreksi dengan tebal lipatan betis) dan tinggi badan. Komponen III (ektomorfi) menggunakan perbandingan tinggi dan berat badan (De Geray et al., 1974 ; Heath & Carter, 1990).

Gambar 2.2

Form penghitungan komponen Somatotype Heath-Carter ( Sumber Measurement in Physical Education, Mathews 1978:321)


(39)

2.1.2.2 Somatotipe dan Olahraga

Dewasa ini ada kecenderungan peningkatan berat badan pada masa anak-anak dibanding beberapa tahun yang lalu. Hal tersebut baragkali disebabkan oleh perbaikan ekonomi para orang tua mereka, perbaikan menu makanan bergizi tinggi, dan perbaikan perawatan kesehatan. Namun apabila badan dibiarkan kemasukan jumlah kalori lebih besar dari yang dikeluarkan, maka sisa energi yang semestinya dipergunakan untuk gerak yang memadai, akan tersimpan menjadi lemak. Akibatnya berat badan tidak terkontrol dan terjadilah kelebihan berat badan atau overweight, sehingga body weight fitness atau komposisi tubuhnya terganggu. Untuk mencegah terjadinya peristiwa tersebut, latihan olahraga adalah merupakan salah satu cara yang paling baik, dan hasilnyapun akan sesuai dengan kebutuhan kesegaran jasmani, menurut komponen berat badan.

Kesegaran keseimbangan berat badan, tergantung pada ratio perbandingan ketebalan lemak dalam tubuh dengan serabut-serabut otot serta tulang. Sedikit lemak dengan serabut otot tipis, akan menimbulkan kesegaran jasmani yang lebih baik. Namun demikian harus diingat, bahwa lemak sangat berperan dalam olahraga yang memakan waktu yang lama (endurance), dalam penyimpanan vitamin larut lemak dan dalam tugasnya untuk melindungi organ-organ tubuh dari benturan-benturan. Didalam olahraga tenis yang mengutamakan prestasi diperlukan adanya keseimbangan berat badan yang dimiliki oleh atlet. Untuk menyelesaikan pertandingan tenis rata-rata diperlukan waktu yang cukup lama dan tenaga yang konstan, agar seseorang atlet dapat memenangkan pertandingan dengan lawan yang seimbang. Disinilah peran lemak diperlukan dengan proporsi


(40)

yang sewajarnya. Kerena dengan tingkat ketebalan lemak yang tinggi, maka seseorang atlet tenis tidak mungkin berprestrasi tinggi.

Parizkova (1968) berdasarkan studi longitudinal yang dilakukan menunjukkan perbedaan yang bermakna dalam beberapa ukuran fisik antara laki-laki yang aktif dan yang tidak aktif. Diameter biacromal lebih besar pada laki-laki-laki-laki aktif dibanding yang tidak aktif, ketebalan lemak lebih kecil pada yang aktif, berat dan tinggi badan juga nyata lebih besar pada kelompok yang lebih aktif. Latihan dapat mengurangi timbunan lemak, dan dengan demikian dapat mengubah bentuk dan komposisi tubuh oleh karena itu, obesitas sering dijumpai pada anak-anak yang kurang aktif bergerak (Sinclair, 1987).

Kemampuan fisik sangat menentukan keberhasilan pencapaian prestasi optimal dalam suatu cabang olahraga. Proporsi fisik yang sesuai dengan cabang olahraga tersebut, akan memudahkan berkompetisi dengan lawan. Oleh karena itu dengan mengetahui somatotipe seseorang akan dapat mengetahui kadar keberhasilan seorang atlet.

2.1.2.3. Cara perhitungan somatotype Heath-Carter

Cara penghitungan Somatotipe Heath-Carter dibutuhkan tiga komponen, sehingga ada tiga langkah untuk dapat mencatat hasil pengukurannya. Komponen yang pertama adalah Komponen I Endomorfi, Komponen II Mesomorfi, Komponen III Ektomorfi.


(41)

Gambar 2.3

Cara pengisian komponen I (Endomorfi)

( Sumber Measurement in Physical Education, Mathews 1978:321)

Pengukuran Komponen I Endomorfi diawali dengan pengukuran tebal lipatan kulit (triceps, infrascapula, suprailiac, kulit betis dengan menggunakan Skinfold dan catat hasilnya pada kolom 1. Kemudian menjumlahkan tebal lipatan kulit (triceps, infrascapula, suprailiac) lalu mengkalikan dengan 170.18 kemudian dibagi dengan tinggi badan (dalam cm) kemudian catat hasil dari jumlah 3 lipatan kulit pada kolom 1. Tebal lipatan kulit tungkai bawah tidak dipakai untuk komponen endomorfi tapi dipakai untuk mengkoreksi ukuran lingkar betis.


(42)

Setelah diketahui hasilnya, kemudian melingkari angka disebelah kanan (kolom 2) yang mendekati jumlah tersebut, tapi bila berada diantara batas bawah dan tengah atau batas atas dan tengah maka lingkarilah yang tengah. Lingkari angka pada kolom komponen endomorfi tepat dibawah jumlah angka yang didapat langkah yang ke tiga.

Gambar 2.4

Cara pengisian komponen II (Mesomorfi)

( Sumber Measurement in Physical Education, Mathews 1978:321)

Pengukuran Komponen II Mesomorfi bermula dari mengukur tinggi badan, lebar biepicondilus humerus dan lebar biepikondilus femur serta lingkar tungkai bawah. Untuk lingkar bicep dikurangi dengan tebal lipatan kulit tricep dan lingkar tungkai bawah dikurangi dengan tebal lipatan kulit betis. Catat hasilnya dalam kolom 1 lalu lingkari angka terdekat yang ada dikolom 2 sebelah kanannya (lingkari angka yang kecil atau lebih rendah apabila jumlah dari lingkar dan lebar dengan kolom tinggi badan. Apabila hasilnya menyimpang ke kanan dari kolom


(43)

tinggi badan disebut penyimpangan positif dan bila kekiri disebut negatif, dan bila memiliki angka nol berarti diabaikan. Hitung jumlah penyimpangan dengan rumus Deviasi dibagi 8 tambah 4.0 = (D/8) + 4,0. Bulatkan nilai yang didapat ke nilai terdekat dengan setengah (½) unit. Lingkari angka yang didapat sesuai dengan kolom mesomorfi.

Komoponen III Ektomorfi diukur dari mencatat berat badan. Kemudian menghitung Height-weight ratio (HWR) dengan cara tinggi dibagi akar pangkat 3 dari berat badan dan catat hasilnya pada kolom 1. Lingkari angka di kolom 2 yang mendekati nilai hasil HWR. Kemudian lingkari komponen III (ektomorfi) tepat dibawah lingkaran hasil HWR.

Gambar 2.5

Cara pengisian komponen III (Ektomorfi)

( Sumber Measurement in Physical Education, Mathews 1978:321)

Setelah dilakukan pengukuran terhadap semua komponen somatotipe baik komponen endomorfi, komponen mesomorfi, dan komponen ektomorfi maka


(44)

langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah dengan mengkonversi angka - angka yang telah didapat dari perhitungan dengan tabel klasifikasi somatotipe. Dalam kasifikasi somatotipe menurut Shaldon terdapat 19 kategori yang masing-masing kategori terdiri dari 3 unsur angka yang bervariasi dengan nilai 1-7. Pembacaan klasifikasi ini dimulai dari muka kebelakang yaitu pembacaan dimulai dari komponen endomorfi dilanjutkan komponen mesomorfi dan komponen ektomorfi. Kasifikasinya adalah : 1) extreme endomorph dengan somatotipe 711, 2) strong endomorph dengan somatotipe 622


(45)

Setelah mengkonversi angka dengan klasifikasi tersebut diatas maka akan mengetahui jenis somatotipe dari atlet yang telah diteliti sehingga akan terlihat komponen mana yang lebih dominan dari komponen yang lain.

2.1.2.4.Cara Penggunaan Skinfold Kaliper

Pengukuran Somatotipe Heath-Carter ini dilakukan dengan menggunakan beberapa alat, yaitu anthropometer, skinfold kalipers, meteran, timbangan berat badan. Penggunaan skinfold kalipers dalam pengukuran ini sangat dominan, yaitu digunakan untuk mengukur triceps, subscapular, suprailiac.

Skinfold Kaliper adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur ketebalan dari kulit yang berada dibawah lapisan lemak. Skinfold Kaliper memiliki sebuah pegas yang mana menggunakan suatu tekanan tertentu, umumnya 10 gm./sq.mm., dan skala yang akurat untuk mengukur tingkat ketebalan lemak dalam mili meter. Dengan mengetahui beberapa lokasi yang digunakan untuk mengukur ketebalan lemak pada tubuh, dapat menggambarkan jumlah total dari lemak tubuh, ini memungkinkan untuk dapat mengetahui persen jumlah lemak seseorang. Lokasi tubuh yang digunakan untuk mengukur persen lemak badan terletak pada bagian yang tidak dapat dijangkau oleh orang yang diukur, sehingga membutuhkan bantuan orang lain untuk dapat mengukurnya dengan tepat. Hal ini penting dikarenakan penempatan kaliper harus sangat dekat dengan orang yang mengukur.

Ada beberapa aturan yang harus diperhatikan dalam penggunaan dan pengukuran alat ini. Jika skinfold kaliper dipegang dengan menggunakan tangan kanan, tarik lapisan kulit yang akan diukur menggunakan tangan kiri. Pada saat


(46)

tangan kiri mengambil lapisan kulit ini, gunakan jari tangan yang tepat agar pengambilan lapisan lemaknya bisa maksimal. Gunakan jari tulunjuk dan ibu jari. Lapisan kulit yang akan diukur ketebalan lemaknya haruslah terdiri dari lapisan lemak, tanpa ada unsur lain yang dapat mempengaruhi perhitungan seperti lapisan otot. Struktur lapisan otot dan lapisan lemak bisa dibedakan kerena struktur otot sangat kuat dan lurus sehingga pada saat pengambilan lapisan lemak ini lapisan otot dapat terpisahkan secara sendirinya. Setiap pengambilan ini dilakukan pada bagian tubuh sebelah kanan. Gambar bawah ini akan lebih menjelaskan tentang cara pengambilan lapisan lemak tubuh dengan benar.

Gambar 2.6

Cara pengambilan tebal lapisan lemak tubuh

( Sumber How To Measure Your % Body Fat, Wallace C. Donoghue 2004:13)

Pengambilan lapisan lemak yang benar akan mempengaruhi akurat tidaknya pembacaan angka hasil dari skinfold kaliper. Saat rangkaian gerakan pada gambar telah terlampaui dan lapisan lemak telah ditahan oleh jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri, kemudian pegang kaliper dengan menggunakan tangan kanan. Tempatkan jepitan yang ada pada kaliper ke lapisan lemak yang sudah ditahan oleh jari tadi. Setelah itu amati pergerakan jarum yang ada pada kaliper. Jangan lepaskan jari tangan kiri pada saat pembacaan angka pada kaliper. Angka yang ditunjukkan oleh kaliper tersebut merupakan hasil dari tingkat ketebalan


(47)

lemak. Jangan lepaskan pegangan pada kaliper sebelum kaliper menunjukkan angka yang benar. Karena pegangan yang tidak tepat dan tidak kuat, akan mengubah hasil dari pembacaan angka pada kaliper tersebut.

Dalam pengukuran Somatotype Heath-Carter, skinfold kaliper digunakan dalam pengukuran triceps, subscapular, suprailiac. Gambar dibawah ini akan menjelaskan bagian mana yang akan diukur tingkat ketebalan lemaknya.

Gambar 2.7

Cara pengambilan tebal lapisan lemak tubuh (triceps)

( Sumber How To Measure Your % Body Fat, Wallace C. Donoghue 2004:9)

Gambar 2.8

Cara pengambilan tebal lapisan lemak tubuh (subcsapular)


(48)

Gambar 2.9

Cara pengambilan tebal lapisan lemak tubuh (suprailiac)

( Sumber How To Measure Your % Body Fat, Wallace C. Donoghue 2004:11)

2.1 Kerangka Berpikir

2.2.1 Hubungan komponen endomorfi dengan pencapaian prestasi tenis Komponen endomorfi merupakan salah satu komponen dalam perhitungan Somatotype Heath–Carter yang digunakan untuk mengetahui bagaimana tingkat pencapaian prestasi atlet tenis dilihat dari pengukuran Skinfold. Pengukuran yang dilakukukan adalah pengukuran triceps, subscapular, suprailiac, dan calf. Pengukuran keempat jenis ini akan menghasilkan suatu angka yang jika digabungkan dengan komponen yang lain akan menggambarkan suatu jenis bentuk tubuh seseorang. Mengukur komponen endomorfi, akan membahas tentang tebal lipatan kulit. Seorang atlet yang ingin mencapai prestasi tinggi hendaknya memiliki tubuh yang ideal. Tubuh yang ideal ini berasumsi bahwa tubuhnya sebagian besar terdiri dari otot dengan sedikit lemak. Lemak yang terlalu banyak pada seorang atlet akan menghasilkan penampilan dalam pertandingan yang kurang maksimal. Dalam sebuah pertandingan tenis yang memakan waktu lama


(49)

akan membutuhkan endurance atau daya tahan tubuh untuk dapat memenangkan pertandingan, oleh karena itu lemak juga dibutuhkan untuk tubuh. Tetapi dengan porsi yang cukup dan tidak berlebihan, karena dengan tingkat ketebalan lemak yang tinggi fleksibilitas, reaksi dan kecepatan seseorang atlet akan berkurang sehingga akan menimbulkan kekalahan pada saat bertanding jika bertanding dengan atlet yang mempunyai tingkat kemampuan yang sama tetapi dengan ketebalan lemak yang lebih rendah.

Dengan tingkat ketebalan lemak yang tinggi, maka seorang atlet akan memerlukan tenaga yang besar dalam setiap gerakan yang dilakukannya. Tenaga yang besar setiap gerakan akan membuat cepat lelah, karena energi yang tersimpan pada tubuh atlet yang memiliki tingkat ketebalan lemak yang tinggi akan cepat habis, sehingga kelelahan pada atlet cepat terjadi yang akan mengakibatkan kekalahan dalam pertandingan.

Dari uraian diatas maka dapat diduga komponen endomorfi mempunyai hubungan yang negatif terhadap pencapaian prestasi atlet. Artinya dengan komponen endomorfi yang rendah akan menghasilkan prestasi atlet yang bagus. 2.2.2 Hubungan komponen mesomorfi dengan pencapaian prestasi tenis

Komponen mesomorfi mengacu pada perkembangan otot-otot skelet perunit badan. Pada pengukuran komponen mesomorfi berisi pengukuran tinggi badan, lebar biepikondilus humerus dan lebar biepikondilus femur, lingkar bicep dan lingkar tungkai bawah. Komponen mesomorfi akan mengukur tingkat perkembangan dari otot-otot yang telah diukur, yang hasilnya dapat mengetahui tingkat perkembangan otot yang telah dilatih selama ini. Dengan otot-otot yang


(50)

terlatih dengan baik selama masa latihan akan mempersiapkan tubuh tersebut untuk dapat menghasilkan tenaga, kekuatan, power dan daya tahan yang maksimal dan hasil dari setiap pertandingan akan memuaskan, sehingga meningkatkan prestasi yang akan dicapai. Pengukuran komponen mesomorfi ini akan menghasilkan suatu angka yang apabila digabungkan dengan komponen yang lain dapat menghasilkan suatu jenis perawakan tubuh seseorang.

Dari uraian diatas maka dapat diduga komponen mesomorfi mempunyai hubungan yang positif terhadap pencapaian prestasi atlet. Artinya dengan komponen mesomorfi yang bagus akan menghasilkan pencapaian prestasi atlet yang bagus.

2.2.3 Hubungan komponen ektomorfi dengan pencapaian prestasi tenis Komponen ektomorfi mengacu pada linieritas, pada pengukuran komponen ektomorfi hanya mengukur berat badan. Hasil ahir didapat setelah adanya penghitungan yang menggabungkan antara pengukuran berat badan dengan tinggi badan, sehingga dihasilkan suatu angka yang apabila digabungkan dengan komponen lain dapat menghasilkan suatu jenis perawakan tubuh seseorang. Komponen ektomorfi yang mengacu pada linieritas seorang atlet dapat berhubungan terhadap fleksibility, keseimbangan, koordinasi dan agility. Dalam pertandingan tenis hal-hal tersebut sangat berpengaruh terhadap tingkat kemenangan seorang atlet. Dengan komponen ektomorfi yang baik maka akan menghasilkan fleksibility, keseimbangan, koordinasi dan agility yang baik pula. Sehingga akan menghasilkan penampilan yang bagus dalam pertandingan dan juga akan meningkatkan hasil prestasi yang telah dicapai.


(51)

Dari uraian diatas maka dapat diduga komponen ektomorfi mempunyai hubungan yang positif terhadap pencapaian prestasi atlet. Artinya dengan komponen ektomorfi yang bagus akan menghasilkan pencapaian prestasi atlet yang bagus.

2.2 Hipotesis


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Suharsimi Arikunto, 2006:160). Sedangkan penelitian adalah merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian itu merupakan cara ilmiah, berarti penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu : rasional, empiris, dan sistematis (Sugiyono, 2002 :1).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Somatotype Heath-Carter dengan pencapaian prestasi atlet tenis P.R. Sukun Kudus tahun 2011. Maka dilakukan penelitian dengan menggunakan metode survey dimaksudkan untuk membuktikan hipotesis. Yang dimaksud studi survey adalah salah satu pendekatan penelitian yang pada umumnya digunakan untuk mengumpulkan data yang luas dan banyak. Survey merupakan bagian dari studi deskriptif yang bertujuan mencari kedudukan atau status gejala atau fenomena dan menentukan kesamaan status dengan cara membandingkan dengan standar yang sudah ditentukan (Suharsimi Arikunto, 2002:93).

Dalam bagian ini akan diuraikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :


(53)

3.1 Populasi penelitian

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian, Suharsimi Arikunto (2006:130). Populasi dibatasi sebagai sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat sama Sutrisno Hadi (2004:182).

Populasi dalam penelitian ini adalah atlet tenis P.R. Sukun yang berjenis kelamin putra dan putri yang tergolong dalam kelompok umur 13-16 tahun dan memiliki prestasi tenis yang bersertifikat ITF (International Tenis Federation) sehingga memenuhi syarat populasi yaitu mempunyai sifat yang sama atau homogen. Adapun sifat yang sama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) populasi masuk dalam kelompok umur 13-16 tahun 2) populasi keseluruhan adalah atlet tenis P.R Sukun tahun 2011 3) populasi mempunyai prestasi yang bersertifikat dan diakui oleh ITF.

3.2 Sampel Penelitian dan Teknik Sampling

Sampel adalah sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi, juga harus memiliki satu sifat yang sama (Sutrisno Hadi, 2004:182). Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti Suharsimi Arikunto (2006:131). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 5 atlet dengan memiliki satu sifat yang sama yaitu : sama-sama pemain tenis usia 13-16 tahun klub tenis sukun Kudus tahun 2011. Sehingga sampel dalam penelitian ini dapat dikatakan homogen. Sampling adalah cara atau teknik yang digunakan untuk mengambil sampel (Sutrisno Hadi, 2004:183). Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel dengan total sampling. Maka penelitian ini disebut penelitian


(54)

sampel. Penentuan jumlah sampel apabila subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subyeknya besar, dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih (Suharsimi Arikunto, 2006:134). Oleh karena itu sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh atlet usia 13-16 tahun pada klub tenis sukun Kudus tahun 2011 yang berjumlah 5 atlet.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2007:2). Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau obyek yang mempunyai


(55)

3.3.1 Variabel bebas (independen)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Somatotype Heath-Carter yang meliputi: Komponen Endomorfi, Komponen Mesomorfi dan Komponen Ektomorfi.

3.3.2 Variabel terikat (dependen)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil prestasi pada atlet tenis usia 13-16 tahun klub tenis sukun Kudus tahun 2011.

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian di lapangan tenis Jl. PR Sukun Gondosari Gebog Kudus, Telp.(0291)432575 dan waktu penelitian dilakukan pada tanggal 24 Febuari 2011 pukul 15.00


(56)

dalam hal ini diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti, sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis dan teknik analisis statistik yang akan digunakan.

3.5.2 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan korelasi ganda dengan tiga variabel independen. Dalam korelasi ini, maka ada tiga variabel independen tersebut adalah komponen endomorfi (X1), komponen mesomorfi (X2) dan

komponen ektomorfi (X3) dan satu variabel dependen yaitu hasil prestasi atlet

tenis kelompok umur 13-16 klub sukun Kudus tahun 2011 (Y). .

rx1y

rx2y

r X3Y

Gambar 3.1 Rancangan penelitian ganda dengan tiga variabel independen (Sumber : Sugiyono, 2007:11)

Keterangan :

rx1y = Hubungan antara komponen Endomorfi dengan hasil prestasi

rx2y = Hubungan antara komponen Mesomorfi dengan hasil prestasi

rx3y = Hubungan antara komponen Ektomorfi dengan hasil prestasi

Komponen I Endomorfi(X1) Komponen II Mesomorfi(X2) Komponen III Ektomorfi(X3)


(57)

3.6 Instrumen Penelitian

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 2006 : 150). Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes untuk mengetahui perawakan tubuh seseorang menggunakan pengukuran Somatotype oleh Heath-Carter (Mathews,1978) yaitu suatu proses pengukuran dan penggambaran suatu jenis perawakan manusia yang terbagi menjadi beberapa komponen sehingga dari penghitungan komponen tersebut dihasilkan sekumpulan angka yang dapat dikonversi menjadi suatu jenis perawakan tertentu. Tes ini memiliki koefisien korelasional sebesar 0.90 (Mathews 1978 : 319). Instrumen-intrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :1) Tes komponen Endomorfi; 2) Tes komponen Mesomorfi; 3) Tes komponen Ektomorfi.

3.6.1 Tes komponen endomorfi

Tes ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketebalan lemak seorang atlet tenis dengan menggunakan alat Skinfold Kaliper. Dengan tingkat reliabilitas 0,90 dan 0.96. ( Mathews, 1978: 319)

Gambar 3.2 Alat tes skinfold kaliper


(58)

3.6.2 Tes komponen mesomorfi

Tes ini bertujuan untuk mengetahui lingkar lengan dan lingkar kaki atlet tenis dengan menggunakan alat kaliper geser. Dengan tingkat reliabilitas 0.98 (Mathews, 1978: 319).

Gambar 3.3 Alat tes kaliper Geser

(Sumber:Practical Measurements for Evaluation in Physical Education, 1973:187)

3.6.3 Tes komponen ektomorfi

Tes ini bertujuan untuk mengetahui tinggi badan dan berat badan atlet dengan menggunakan antropomerter. Dengan tingkat reliabilitas 0.98 ( Mathews, 1978: 319)

Gambar 3.4 Alat tes Antropometer (Sumber: Tes dan Pengukuran Olahraga, 2008:4)


(59)

3.7 Pengumpulan data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei dengan tes prestasi. Teknik pengambilan data yang digunakan yaitu dengan melakukan tes dan pengukuran. Metode untuk pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes Somatotype Heath-Carter. Tes ini dilakukan dengan melakukan tes variabel terikat dan tes variabel bebas, meliputi : 1) tes komponen endomorfi(X1), 2) tes komponen mesomorfi (X2), dan 3) tes komponen ektomorfi

(X3). Sedangkan tes pada variabel terikat adalah prestasi tenis (Y).

Dalam penelitian ini pengambilan data penelitian untuk mengukur komponen endomorfi yang dilakukan dengan tes mengukur ketebalan lemak tubuh menggunakan skinfold kaliper setiap pengukuran masing-masing komponennya dilakukan sampai 3 kali ulangan dengan mengambil hasil yang sama pada setiap pengukuran. Tes untuk mengukur komponen mesomorfi yang menggunakan kaliper geser dilakukan sampai 3 kali ulangan dengan mengambil hasil yang sama pada setiap pengukuran, dan tes komponen ektomorfi yang menggunakan antropometer dilakukan sampai 3 kali ulangan dengan mengambil nilai yang sama pada setiap pengukuran. Hasil yang telah didapat dari penghitungan yang konstan pada setiap instrumen secara bersama-sama dikorelasikan dengan data hasil pencapaian prestasi pada atlet tenis kelompok umur 13-16 tahun klub sukun Kudus tahun 2011.


(60)

3.8 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah serangkaian pengamatan terhadap suatu variabel yang diambil dari data ke data dan dicatat menurut urut-urutan terjadinya serta disusun sebagai data statistik. Dalam penelitian ini karena berupa angka-angka dan akan melihat besarnya hubungan komponen-komponen yang tergabung dalam perhitungan somatotype heath-carter dengan hasil prestasi yang dicapai, dimana terdapat tiga variabel bebas dan satu variabel terikat, maka teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis deskripsi kualitatif.


(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Data

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah atlet tenis usia 13-16 tahun pada klub tenis PR Sukun Kudus tahun 2011. Data hasil tes dan pengukuran komponen endomorfi, komponen mesomorfi , komponen ektomorfi dan hasil prestasi disajikan pada tabel 4.1. Data masing-masing variabel penelitian memiliki satuan yang berbeda-beda, maka untuk pengolahan data terlebih dahulu diubah menjadi skor T (dibakukan) dengan jalan nilai hasil dikurangi rata-rata per standart deviasi kali 10 ditambah 50.

Tabel.4.1 Deskriptif Data Variabel Penelitian

Variabel N Minimum Maximum Mean Std.Deviation

X1 5 42.70 67.04 50.0000 9.99898

X2 5 40.00 60.00 50.0000 10.00000

X3 5 36.46 58.37 50.0040 10.00257

Y 5 34.80 59.81 50.0000 10.00032

Valid N (listwise) 5 Sumber : data penelitian 2011

Pada tabel 4.1 dilihat komponen endomorfi atlet tenis usia 13-16 tahun pada klub tenis sukun kudus tahun 2011 rata-rata 50 dengan nilai tertinggi 67,04 dan nilai terendah 42,70 , serta standart deviasi sebesar 9,99898. Komponen mesomorfi rata-rata 50 dengan nilai tertinggi 60,00 dan nilai terendah 40,00 serta standart deviasi 10. Komponen ektomorfi rata-rata 50 dengan nilai tertinggi 58,37


(62)

dan nilai terendah 36,46 serta standart deviasi 10. Hasil prestasi rata-rata 50 dengan nilai tertinggi 59,81 dan nilai terendah 34,80 dengan standart deviasi 10.

4.1.2 Hasil Analisis Data

Hasil analisis data dalam penelitian ini mengkaji hubungan antara komponen endomorfi, komponen mesomorfi dan komponen ektomorfi dengan hasil prestasi atlet dilakukan dengan analisis hubungan menggunakan teknik statistik deskripsi kualitatif.

4.1.2.1 Hubungan antara komponen endomorfi dengan hasil Prestasi

Berdasarkan hasil analisis deskripsi antara komponen endomorfi dengan hasil prestasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel.4.2 Deskripsi hubungan Komponen Endomorfi dengan Hasil Prestasi

Nama K1 K2 K3 Somatotipe

Alim Bagus P. 5 3 2 Mesomorfi Endomorf

Sumber :data penelitian 2011

Dari tabel diatas diperoleh data bahwa somatotipe dari Alim Bagus P. adalah 5


(63)

bertanding dengan atlet yang mempunyai tingkat kemampuan yang sama tetapi dengan ketebalan lemak yang lebih rendah.

Pada olahraga tenis dibutuhkan keseimbangan berat badan untuk dapat mencapai hasil prestasi yang maksimal. Dengan komponen endomorfi yang tinggi akan membuat peluang yang kecil untuk memenangkan sebuah pertandingan. Hal ini selaras dengan hasil prestasi yang tidak cukup memuaskan oleh Alim Bagus P. yang hanya memiliki prestasi seperti: 1) Juara 5 tunggal putra pada kejuaraan Persami Tenis Ulmer & Blitz Piala Walikota di Semarang tahun 2009, 2) Juara I tunggal putra pada Olimpiade Olah Raga Siswa Nasional (O2SN) SMP tingkat provinsi tahun 2010 di Semarang, 3) Semifinalis ganda putra berpasangan dengan Rudi Haryo Pamungkas pada kejuaraan Semen Gresik


(64)

Tabel.4.3 Deskripsi hubungan Komponen Mesomorfi dengan Hasil Prestasi

Nama K1 K2 K3 Somatotipe

Rudi Haryo P. 3.5 4 3.5 Mesomorfi Seimbang

Andrea Guntara 3 4 3 Mesomorfi Seimbang

Sumber :data penelitian 2011

Dari tabel diatas diperoleh data bahwa somatotipe dari Rudi Haryo P. adalah 3.5


(65)

Haryo P dan Andrea Guntara. Catatan hasil prestasi yang telah dicapai oleh Rudi Haryo P dan Andrea Guntara adalah : a) Andrea Guntara ( Laki-laki, kelompok umur 16 tahun ) meraih: 1) Semi Finalis Ganda Putra berpasangan dengan Henry Prio A, 2) Semi Finalis Tunggal Putra pada Kejuaraan Nasional Tenis Circuit Junior Bakrie-BRI di Pekalongan I tahun 2009, 3) Juara II Ganda Putra pada kejuaraan Piala Tugu Muda Semarang seri XXXVII tahun 2010, 4) Semi Finalis Ganda Putra kejuaraan BAKRIE-BRI MASTER 2010, 5) Semi Finalis Tunggal Putra kejuaraan BAKRIE-BRI MASTER 2010, 6) Peringkat 7 KU 16 pada kejuaraan BAKRIE-BRI MASTER 2010, 7) Juara I Ganda Putra berpasangan dengan Gesha Otista Amara pada kejuaraan PEMALANG OPEN VII.

b) Rudi Haryo Pamungkas (Laki-laki, kelompok umur 13 tahun) meraih : 1) Finalis Ganda Putra berpasangan dengan Bayu Ekha L pada Kejuaraan Nasional Tenis Circuit Junior Bakrie-BRI di Pekalongan I tahun 2009, 2) Runner-up tunggal putra pada Kejuaraan Nasional Tenis Yunior Aroma Bakery Tegal Open II Tahun 2009, 3) Semifinalis ganda putra berpasangan dengan Alim Bagus P. pada kejuaraan Semen Gresik


(66)

pada komponen mesomorfi pada skala yang ditentukan maka prestasi yang diraih akan semakin rendah.

4.1.2.3 Hubungan antara komponen ektomorfi dengan hasil Prestasi

Berdasarkan hasil analisis deskripsi antara komponen ektomorfi dengan hasil prestasi dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel.4.4 Deskripsi hubungan Komponen Ektomorfi dengan Hasil Prestasi

Nama K1 K2 K3 Somatotipe

Inggrid Yuniar S. 3.5 3.5 4 Ektomorfi Seimbang

M.P. Setyorini 3 3 4 Ektomorfi Seimbang

Sumber :data penelitian 2011


(67)

Karena tingkat ektomorfi yang dimiliki oleh Inggrid Yuniar S. dan M.P. Setyorini lebih tinggi daripada komponen lain maka diharapkan dapat mencapai prestasi yang tinggi. Hal ini selaras dengan hasil yang telah dicapai oleh Inggrid Yuniar S. dan M.P. Setyorini. Catatan hasil prestasi yang telah dicapai oleh Inggrid Yuniar S. dan M.P. Setyorini adalah :

a) Mirnawati P. Setyorini ( Perempuan, kelompok umur 16 tahun ) meraih: 1) peringkat 3 pada Kejuaraan Nasional Tenis Yunior Master Series Bakrie 2008 di Jakarta, 2) Runner-up ganda putri berpasangan dengan Inggrid Yuniar Swansa pada Kejuaraan Gresik


(68)

4)Juara Ganda Putri berpasangan dengan M.P. Setyorini pada Kejuaraan TEGAL OPEN III tahun 2010, 5) Juara III Tunggal Putri pada Kejuaraan TEGAL OPEN III tahun 2010, 6) Juara II Tunggal Putri pada Kejuaraan PIALA MENPORA tahun 2010, 7) Finalis Ganda dan Tunggal Putri pada Kejuaraan PEMALANG OPEN VII tahun 2011.

Dari analisis diatas maka dapat digambarkan antara komponen ektomorfi dengan hasil prestasi pada atlet tenis PR. Sukun tahun 2011 berhubungan, karena semakin besar komponen ektomorfi pada skala yang ditentukan maka semakin tinggi prestasi yang akan dicapai. Dan sebaliknya apabila semakin kecil angka pada komponen ektomorfi pada skala yang ditentukan maka prestasi yang diraih akan semakin rendah.

Mengacu dari hasil penelitian ini, atlet tenis hendaknya mampu menyikapi secara positif akan arti penting somatotipe Heath-Carter yang terdiri dari komponen endomorfi, komponen mesomorfi dan komponen ektomorfi sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi dicabang olahraga tenis. Sebab walaupun atlet memiliki komponen endomorfi yang baik, komponen mesomorfi dan komponen ektomorfi yang tinggi, akan tetapi intensitas latihan yang tidak maksimal, maka prestasi yang dihasilkan kurang optimal. Dengan demikian komponen endomorfi yang baik, komponen mesomorfi dan komponen ektomorfi yang tinggi mutlak dimiliki oleh atlet tenis, selain faktor-faktor lain yang sudah dijelaskan di atas juga mempengaruhi hasil prestasi yang dicapai.


(69)

4.2 Pembahasan

Somatotipe adalah sebuah deskripsi morfologis yang digambarkan dengan 3 nilai angka yang terdiri dari 3 urutan angka-angka dan selalu ditulis dalam urut yang sama. Tiap angka mewakili pemakaian 1 komponen primer fisik yang menguraikan variasi individu dalam komposisi dan morfologi manusia. Pada somatotipe Heath-Carter mencakup 3 nilai angka terhadap komposisi fisik dan bentuk. Komponen tersebut, yaitu: komponen I atau endomorfi mengacu pada kegemukan, komponen II atau mesomorfi mengacu pada perkembangan otot-otot skelet perunit tinggi badan, dan komponen III atau mesomorfi mengacu pada linieritas. Untuk mencapai hasil prestasi yang tinggi maka dibutuhkan aspek antropometri atau perawakan tubuh yang bagus pula. Untuk mengetahui perawakan tubuh seseorang atlet yang dapat menghasilkan prestasi tinggi atau rendah menggunakan tes somatotipe Heath-Carter. Tes ini mencakup tiga komponen, yaitu komponen endomorfi, komponen mesomorfi dan komponen ektomorfi. Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa untuk mencapai suatu hasil prestasi yang maksimal dalam tenis maka memerlukan dukungan dari berbagai aspek salah satunya adalah aspek antropometri seorang atlet sehingga prestasi yang dihasilkan dapat meningkat. Secara lebih spesifik, jenis somatotipe yang harus dimiliki oleh atlet mendekati pada komponen endomorfi yang sedang, komponen mesomorfi yang tinggi dan komponen ektomorfi yang tinggi. Ketiga komponen tersebut sangat berpengaruh dalam meningkatkan hasil prestasi atlet.


(70)

Pernyataan tersebut sejalan terhadap hasil penelitian ini, dimana komponen endomorfi, komponen mesomorfi dan komponen ektomorfi berhubungan dengan peningkatan hasil prestasi.

4.2.1 Hubungan Komponen Endomorfi dengan Hasil Prestasi

Komponen endomorfi adalah komponen yang mengacu pada kegemukan. Kegemukan berhubungan dengan tingkat ketebalan lemak. Komponen endomorfi menghitung tinggi rendahnya tingkat ketebalan lemak seorang atlet. Semakin tinggi tingkat ketebalan lemaknya, maka komponen endomorfi akan tinggi juga. Lemak yang seimbang dalam tubuh juga diperlukan pada saat bertanding, karena pada saat bertanding memerlukan daya tahan atau endurance yang bagus. Dalam olahraga tenis diperlukan tingkat ketebalan lemak yang rendah, karena dengan tingkat ketebalan lemak yang rendah akan berpengaruh terhadap tingkat fleksibilitas, reaksi dan kecepatan seseorang atlet sehingga akan menimbulkan kekalahan pada saat bertanding jika bertanding dengan atlet yang mempunyai tingkat kemampuan yang sama tetapi dengan ketebalan lemak yang lebih rendah. Hal tersebut terbukti dari hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa komponen endomorfi tidak ada hubungan dengan hasil prestasi pada atlet tenis PR.Sukun Kudus tahun 2011. Dalam penelitian tersebut dapat digambarkan dengan hasil prestasi rendah yang dicapai oleh Alim Bagus P. yang memiliki tingkat komponen endomorfi yang tinggi. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh tersebut dapat dijelaskan bahwa setiap terjadi peningkatan komponen endomorfi, maka hasil prestasi akan menurun.


(71)

4.2.2 Hubungan Komponen Mesomorfi dengan Hasil Prestasi

Komponen mesomorfi adalah komponen yang menggambarkan perkembangan otot seorang atlet. Komponen mesomorfi menghitung tinggi rendahnya tingkat perkembangan otot atlet yang akan mempengaruhi tingkat pencapaian prestasi atlet. Semakin bagus perkembangan otot yang dimiliki atlet maka semakin tinggi komponen mesomorfi. Peran otot yang maksimal sangat penting dalam pertandingan. Dengan perkembangan otot yang baik maka akan mempersiapkan tubuh tersebut untuk dapat menghasilkan tenaga, kekuatan, power dan daya tahan yang maksimal, sehingga hasil dari setiap pertandingan akan memuaskan dan meningkatkan prestasi yang akan dicapai.

Hal tersebut terbukti dari hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa komponen mesomorfi ada hubungan dengan hasil prestasi pada atlet tenis PR.Sukun Kudus tahun 2011. Dalam penelitian tersebut dapat digambarkan dengan hasil prestasi tinggi yang dicapai oleh Rudi Haryo P dan Andrea Guntara yang memiliki tingkat komponen mesomorfi yang tinggi. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh tersebut dapat dijelaskan bahwa setiap terjadi peningkatan komponen mesomorfi, maka hasil prestasi akan meningkat.

4.2.3 Hubungan Komponen Ektomorfi dengan Hasil Prestasi

Selain komponen mesomorfi, berdasarkan hasil penelitian komponen ektomorfi juga berhubungan dengan hasil prestasi pada atlet tenis klub PR.Sukun Kudus tahun 2011. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa komponen ektomorfi yang tinggi akan menghasilkan prestasi yang tinggi. Komponen ektomorfi menggambarkan adanya linieritas pada tubuh seorang atlet. Dengan linieritas yang


(72)

tinggi maka fleksibility, keseimbangan, koordinasi dan agility seorang atlet juga akan tinggi pula, sehingga hasil pada setiap pertandingan akan memuaskan dan terjadi peningkatan prestasi.

Hal tersebut terbukti dari penelitian ini yang menunjukkan bahwa komponen ektomorfi berhubungan dengan hasil prestasi atlet tenis klub PR. Sukun tahun 2011. Dalam hasil penelitian ini digambarkan dengan hasil prestasi tinggi yang dicapai oleh Inggrid Yuniar S. dan M.P. Setyorini yang memiliki komponen ektomorfi yang tinggi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi komponen ektomorfi maka akan semakin tinggi hasil prestasi yang akan dicapai.

Mengacu dari hasil penelitian ini, atlet tenis hendaknya mampu menyikapi secara positif akan arti penting somatotipe Heath-Carter yang terdiri dari komponen endomorfi, komponen mesomorfi dan komponen ektomorfi sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi dicabang olahraga tenis. Sebab walaupun atlet memiliki komponen endomorfi yang baik, komponen mesomorfi dan komponen ektomorfi yang tinggi, akan tetapi intensitas latihan yang tidak maksimal, maka prestasi yang dihasilkan kurang optimal. Dengan demikian komponen endomorfi yang baik, komponen mesomorfi dan komponen ektomorfi yang tinggi mutlak dimiliki oleh atlet tenis, selain faktor-faktor lain yang sudah dijelaskan di atas juga mempengaruhi hasil prestasi yang dicapai.


(73)

4.2 Kelemahan Penelitian 4.2.1 Faktor Kesungguhan

Faktor kesungguhan dalam pelaksanaan penelitian dari masing-masing sampel tidak sama, untuk itu peneliti dalam pelaksanaan tes selalu mengawasi dan mengontrol setiap aktifitas yang dilakukan dengan membagi tugas untuk masing-masing tester untuk mengarahkan kegiatan sampel pada tujuan yang akan dicapai. 4.2.2 Faktor Penggunaan Alat

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat-alat yang telah disediakan dari pihak fakultas, dengan harapan dapat memperlancar jalannya penelitian. Sebelum sampel menggunakan alat tersebut sehingga di dalam pelaksanaan penelitian tidak terjadi kesalahan.

4.2.3 Faktor Kemampuan Sampel

Masing-masing sampel mempunyai dasar yang berbeda, baik dalam penerimaan materi lisan maupun kemampuan dalam penggunaan alat tes. Untuk itu penulis selain memberikan informasi secara klasikal, secara individu peneliti berusaha memberikan koreksi agar tes yang dilakukan benar-benar baik.

4.3.5 Faktor Kegiatan Sampel di Luar Penelitian

Tujuan utama pelaksanaan penelitian ini adalah memperoleh data seakurat mungkin. Untuk menghindari adanya sampel di luar penelitian yang bisa menghambat proses pengambilan data, peneliti berusaha mengkondisikan sampel untuk tidak melakukan aktifitas yang melelahkan.


(74)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

5.1.1 Tidak ada hubungan antara komponen endomorfi dengan pencapaian hasil prestasi pada atlet tenis PR. Sukun Kudus tahun 2011.

5.1.2 Ada hubungan antara komponen mesomorfi dengan pencapaian hasil prestasi pada atlet tenis PR. Sukun Kudus tahun 2011.

5.1.3 Ada hubungan antara komponen ektomorfi dengan pencapaian hasil prestasi pada atlet tenis PR. Sukun Kudus tahun 2011.

5.2 Saran

Beberapa saran yang dapat penulis ajukan berkaitan dengan kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

5.2.1 Pelatih hendaknya memperhatikan faktor somatotipe atletnya agar dapat dicapai hasil prestasi yang maksimal.

5.2.2 Atlet yang memiliki somatotipe mesomorfi seimbang dan ektomorfi seimbang untuk meningkatkan intensitas latihan agar hasil prestasinya meningkat.


(75)

5.2.3 Atlet yang belum memiliki somatotipe yang mendekati somatotipe mesomorfi seimbang dan ektomorfi seimbang agar melakukan latihan fisik untuk membentuk tubuh menjadi somatotipe yang mendekati somatotipe mesomorfi seimbang dan ektomorfi seimbang untuk dapat meningkatkan prestasi.

5.2.4 Bagi Peneliti lain yang hendak melakukan penelitian yang sejenis agar meneliti faktor lain yang berhubungan dengan somatotipe atlet.


(76)

DAFTAR PUSTAKA

Agus Salim. 2008. Buku Pintar Tenis. Bandung : Nuansa.

Alwi Hasan. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3. ____ : ____ Brown, Jim. 2002. Tenis Tingkat Pemula. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Carter, J.E. Lindsay and Barbara Honeyman Heath. 1584. Somatotyping- development and applications. New York : Cambridge University Press. Donoghue, Wallace C.2004. How to Measure Your % Bodyfat. Unitate States of

America : Twenty Fifth Printing.

Echols, Jhon M. and Hassan Shadily.2003. Kamus Inggis Indonesia. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Handono, Murti. 2002. Tenis Sebagai Prestasi dan Profesi. Jakarta : Tyas Biratno Pallal.

Huberman, A. Michael and Matthew B. Miles. 2009. Analisis Data Kualitatif. Jakarta : UI-Press.

Jhonson, Barry L. And Jack K. Nelson. 1979. Practical Measurements for Evaluation in Physical Education . London : Macmillan Publishing Company.

Katili, A.A. 1973. Olahraga Tenis. Jakarta : Bumi Restu Offset.

Keputusan Dekan FIK UNNES No. 504/FIK/2009. Pedoman Penyusunan Skripsi Mahasiswa Program Strata 1 FIK UNNES

Kirkendall, Don R, Joseph J. Gruber and Robert E. Jhonson. 1987. Measurement and Evaluation For Physical Educators. Amerika : Human Kinetics Publishers, Inc.


(77)

Mathews, Donald K.1978. Measurement in Physical Education. London : W.B. Saunders Company.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Poerwodarminto. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN. Balai Pustaka

Sajoto, M. 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Semarang : Dahara Prize.

Scharff, Robert. 1981. Bimbingan Main Tenis Cepat dan Mudah. Jakarta : Mutiara.

Sri Haryono. 2008. Buku Pedoman Praktek Laboratorium Mata Kuliah Tes dan Pengukuran Olahraga. Semarang : Prodi Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Suharsimi Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Sutrisno Hadi. 1987. Statistik Jilid 3. Yogyakarta : Andi Offset. Tri Tunggal Setiawan.2009. Kinesiologi. Semarang.


(78)

(79)

Lampiran 1


(80)

(81)

Lampiran 2

DAFTAR NAMA SAMPEL PENELITIAN KLUB TENIS PR. SUKUN KUDUS TAHUN 2011

NO. Nama Usia (Tahun) L/P

1. Andrea Guntara 16 tahun L

2. Alim Bagus Prakoso 14 tahun L

3. Rudi Haryo Pamungkas 13 tahun L

4. Inggrid Yuniar Swansa 16 tahun P


(1)

Lampiran 10

DATA MENTAH HASIL SKOR PRESTASI ATLET

No Nama Pertandingan (skor) Jmlh

1 2 3 4 5 6 7 8

1. Andrea Guntara 7 7 8 7 7 0 10 0 46

2. Rudi Haryo P. 8 8 7 7 8 0 0 0 38

3. Alim Bagus P. 0 6 7 0 0 0 0 0 13

4. Mirnawati P.S 7 8 10 7 7 7 7 8 61


(2)

91

Lampiran 11


(3)

(4)

(5)

(6)