Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP sebagai Perwujudan Sosialisasi Norma Demokrasi

B. Promosi Demokrasi UE di Maroko dalam Kerangka ENP sebagai Perwujudan Sosialisasi Norma Demokrasi

Oleh karena norma spesifik yang ingin disosialisasikan oleh UE adalah norma demokrasi, maka sosialisasi norma dapat diwujudkan melalui promosi

demokrasi, sebagaimana diungkapkan oleh Risse. 168 Adapun promosi demokrasi biasanya dilakukan seiring dengan adanya proses demokratisasi

yang terjadi dalam suatu negara. Sesuai dengan asumsi Grugel dan Nielinger, bahwa demokratisasi merupakan hasil dari berbagai faktor internal dan

eksternal. 169 Proses demokratisasi di Maroko pada tahun 2011-2013 didorong

167 Jean Grugel, “The “International” in Democratization: Norms and the Middle Ground,” Socializing Democratic Norms: The Role of International Organizations for the Construction of 168 Europe , ed. Trine Flockhart, (New York: Palgrave Macmillan, 2005), hlm. 3

Jonas Wolff dan Iris Wurm, “Towards a Theory of External Democracy Promotion? Approximations from the perspective of International Relations theories,” (the 51st Annual Convention of the International Studies Association (ISA), New Orleans, 17-20 Februari, 2010), hlm. 7

169 Mathias Kamp, “The EU as External Democracy Promoter in Sub-Saharan Africa-The Role of Conditionality and Positive Measures,” (Skripsi, Universities of Münster and Twente, 2007), hlm.

oleh beberapa faktor internal, yakni terjadinya gerakan 20 Februari dan reformasi konstitusi 2011. Adapun promosi demokrasi dari UE dalam program ENP penulis lihat sebagai faktor eksternal yang mendorong proses demokratisasi di Maroko pada tahun 2011-2013.

Demokrasi yang ingin dipromosikan oleh UE sendiri adalah demokrasi substantif dalam tiga bidang reformasi demokrasi Maroko tersebut. Sebagaimana telah dipaparkan pada bab II bahwa Maroko sesungguhnya telah memiliki standar demokrasi prosedural sejak awal kemerdekaannya, seperti telah adanya pemisahan kekuasaan secara institusional, parlemen, dan organisasi masyarakat sipil. Namun, semua standar demokrasi tersebut hanya tertulis dalam konstitusi. Adapun pada praktiknya Kerajaan tetap mendominasi kekuasaan dalam pemerintahan Maroko, parlemen tidak memiliki kekuatan untuk membuat perubahan, dan tidak ada kontrol rakyat terhadap kebijakan. Maka peran UE di Maroko setelah adanya reformasi konstitusi 2011 adalah memastikan berjalannya reformasi demokrasi yang telah dimulai Maroko, agar demokrasi substantif yang menjadi tujuan demokratisasi dapat terwujud.

Sesuai juga dengan asumsi Morlino 170 , penulis melihat bahwa Maroko tengah mengalami transisi dari rezim politik non-demokratis menjadi rezim

yang demokratis, setelah Maroko melaksanakan reformasi konstitusi 2011. Penulis melihat bahwa dalam proses transisi ini, UE sebagai aktor sosial berusaha mensosialisasikan norma-norma demokrasi sebagai landasan bagi

170 Leonardo Morlino, Democracy and Democratization (Bologna: Il Mulino, 2003), hlm. 12 170 Leonardo Morlino, Democracy and Democratization (Bologna: Il Mulino, 2003), hlm. 12

ini juga sesuai dengan pendapat Sandschneider, 171 bahwa promosi demokrasi yang dilakukan oleh UE adalah keseluruhan usaha UE sebagai aktor eksternal

dalam merubah pola keteraturan politik dan pembuatan kebijakan Maroko, sehingga menghasilkan kriteria minimun akan keteraturan demokratis, di mana dalam penelitian ini adalah adanya pemisahan kekuasaan dan peran parlemen yang jelas, serta partisipasi masyarakat sipil.

Bila dikaitkan kembali dengan perspektif konstruktivisme, promosi demokrasi yang dilakukan oleh UE dilihat sebagai bentuk sosialisasi norma.

Merujuk pada pendapat Risse-Kappen, 172 penulis melihat bahwa norma demokrasi yang diharapkan UE dapat dipahami oleh Maroko harus

dipromosikan oleh UE sendiri sebagai aktor atau agen sosial. Sebab cara yang demikian menurut Risse-Kappen lebih kondusif dibandingkan dengan cara yang lain. Sementara itu, bila merujuk pada asumsi Barnes, maka promosi demokrasi UE di Maroko ini adalah sebuah proses induksi Maroko ke dalam cara berperilaku yang diharapkan oleh UE, yaitu yang sesuai dengan norma demokrasi UE.

171 Janine Reinhard, “EU Democracy Promotion Through Conditionality in Its Neighborhood: The Temptation of Membership Perspective or Flexible Integration?”, Caucasian Review of

International Affairs , Vol. 4 (3) (Summer 2010), hlm. 198 172 Loc.Cit

Adapun kemudian, sosialisasi norma dalam wujud promosi demokrasi yang dilakukan oleh UE dilaksanakan melalui strategi pengaruh sosial ( social influence ) atau penguatan dukungan ( reinforcement ) yang diungkapkan oleh Flockhart. Hal ini terlihat dengan pemberian imbalan materi berupa bantuan dana, bantuan teknis, dan imbalan psikologis dengan menaikkan status kemitraan, yang diberikan UE kepada Maroko. Hal ini dilaksanakan melalui program-program kerjasama ENP sebagaimana telah dipaparkan di atas, yang merupakan ciri dari strategi pengaruh sosial ( social influence ) atau penguatan dukungan ( reinforcement ) .