Kondisionalitas Sebagai Instrumen Promosi Demokrasi UE di Maroko

C. Kondisionalitas Sebagai Instrumen Promosi Demokrasi UE di Maroko

Merujuk pada asumsi konstruktivisme sebagai landasan pemikiran dalam penelitian ini, instrumen yang dapat digunakan untuk menjalankan strategi pengaruh sosial ( social influence ) atau penguatan dukungan ( reinforcement ) tersebut adalah kondisionalitas. Maka, sesuai dengan definisi

umum kondisionalitas yang diungkapkan oleh Killick, 173 ENP adalah bentuk dari seperangkat peraturan yang saling mengatur, yang diambil oleh UE,

melalui janji-janji dan kebijakan nyata yang diwujudkan melalui program- program ENP di Maroko.

Sesuai juga dengan asumsi dasar kondisionalitas, penulis melihat bahwa program-program yang mendukung demokrasi di Maroko dalam kerangka ENP menghasilkan progres yang dapat mendorong terwujudnya

173 Viljar Veebel, “European Union‟s Positive Conditionality Model in Pre-accession Process”, TRAMES , Vol. 13 (63/58), No. 3 (2009), hlm. 208 173 Viljar Veebel, “European Union‟s Positive Conditionality Model in Pre-accession Process”, TRAMES , Vol. 13 (63/58), No. 3 (2009), hlm. 208

Asumsi utama dalam konsep kondisionalitas adalah adanya kondisi yang disyaratkan oleh negara yang membuat peraturan dan imbalan yang dijanjikan kepada negara target. Sebagaimana telah dideskripsikan pada bab

III, UE selalu mensyaratkan kondisi tertentu pada setiap program kerjasama dengan Maroko dalam kerangka ENP. Dalam program Partnership for Democracy and Shared P roseperity misalnya, UE mensyaratkan adanya progres yang jelas dalam penerapan nilai dan norma demokrasi yang diharapkan UE kepada Maroko. Progres ini kemudian ditunjukkan oleh Maroko dengan melakukan reformasi di bidang pemisahan kekuasaan. Sebagai imbala nnya, UE memberikan status „ partner for democracy ‟ dan meningkatkan „advanced status’ untuk Maroko.

Kemudian, penulis melihat bahwa program Strengthening democratic reform in the Southern Mediterranea n yang merupakan kelanjutan program Partnership for Democracy and Shared Proseperity adalah bentuk imbalan lain dari UE karena Maroko berhasil melaksanakan reformasi dalam bidang pemisahan kekuasaan. Adapun imbalan yang diberikan UE berupa dana Kemudian, penulis melihat bahwa program Strengthening democratic reform in the Southern Mediterranea n yang merupakan kelanjutan program Partnership for Democracy and Shared Proseperity adalah bentuk imbalan lain dari UE karena Maroko berhasil melaksanakan reformasi dalam bidang pemisahan kekuasaan. Adapun imbalan yang diberikan UE berupa dana

peran parlemen. Dalam program ini, UE juga memberi bantuan teknis dengan menyediakan contoh kerangka kerja untuk parlemen Maroko. sebagian kerangka kerja ini kemudian diadopsi sebagai kerangka kerja baru bagi parlemen Maroko sejak tahun 2012.

Selain itu, bantuan dana sebesar 3 Juta Euro untuk mendukung Parlemen Maroko dari program SPRING 175 , yang merupakan penunjang

program-program kawasan untuk demokrasi Maroko di atas, menurut penulis juga merupakan bentuk imbalan atas kondisi yang disyaratkan oleh UE dalam program SPRING tersebut, yaitu adanya progres individual dari masing- masing negara Mediterania Selatan. Dalam hal ini, penulis melihat bahwa reformasi dalam bidang pemisahan kekuasaan dan penguatan peran parlemen adalah progres yang dipenuhi Maroko sebagai pra-syarat untuk mendapatkan bantuan dana tersebut.

Selain dalam program-program di atas, dalam bidang penguatan peran organisasi masyarakat sipil dalam pembangunan demokrasi, UE juga mensyaratkan kondisi tertentu yang harus dipenuhi oleh Maroko dalam beberapa programnya. Secara garis besar kondisi yang disyaratkan oleh UE adalah adanya progres atau reformasi demokrasi di Maroko. Maroko sendiri

174 European Commission, Joint Staff Working Document: Implementation of the European Neighbourhood Policy in 2013 Regional report : A Partnership for Democracy and Shared

Prosperity with the Southern Mediterranean Pa rtners (27 Maret 2014), hlm. 9 175 European Commission, Joint Staff Working Document: Implementation of the

European Neighbourhood Policy Statistical Annex , (Brussels, 27 Maret 2014), hlm. 65 European Neighbourhood Policy Statistical Annex , (Brussels, 27 Maret 2014), hlm. 65

A New Institutional Act yang mendukung penguatan peran partai politik pada 22 Oktober 2011 misalnya, menurut penulis dilakukan karena Maroko telah berhasil memulai reformasi yang lebih mendasar dalam pemerintahan yaitu reformasi di bidang pemisahan kekuasaan dan penguatan peran parlemen. Menurut penulis, UE melihat bahwa dukungan kepada Partai Politik, sebagai bagian dari masyarakat sipil Maroko, melalui penandatanganan perjanjian ini perlu dilakukan agar reformasi dalam dua bidang sebelumnya yang telah berjalan mendapat keseimbangan dan semakin kuat dengan adanya peran dari organisasi masyarakat sipil Maroko yang mampu mendukung reformasi tersebut.

Penandatangan

Sementara itu, penulis melihat bahwa program - program ENP lainnya seperti pendirian School of Political Studies dan Civil Society Forum National Platforms oleh UE di Maroko, merupakan bentuk imbalan dari UE atas progres demokratisasi yang ditunjukkan oleh Maroko dengan memulai reformasi demokrasi. Meskipun bukan berupa materi atau dana bantuan, pendirian sekolah politik dan forum diskusi ini merupakan imbalan atas terpenuhinya kondisi yang diinginkan oleh UE yaitu adanya progres demokratisasi yang nyata. Sebagaimana diterangkan oleh Flockhart, kondisionalitas adalah bentuk dari pengaruh sosial ( social influence ) atau Sementara itu, penulis melihat bahwa program - program ENP lainnya seperti pendirian School of Political Studies dan Civil Society Forum National Platforms oleh UE di Maroko, merupakan bentuk imbalan dari UE atas progres demokratisasi yang ditunjukkan oleh Maroko dengan memulai reformasi demokrasi. Meskipun bukan berupa materi atau dana bantuan, pendirian sekolah politik dan forum diskusi ini merupakan imbalan atas terpenuhinya kondisi yang diinginkan oleh UE yaitu adanya progres demokratisasi yang nyata. Sebagaimana diterangkan oleh Flockhart, kondisionalitas adalah bentuk dari pengaruh sosial ( social influence ) atau

Meskipun demikian, dalam program ENP lain terkait penguatan peran organisasi masyarakat sipil, penulis melihat bahwa imbalan berupa dana bantuan masih tetap dilakukan oleh UE. Seperti dalam program pembangunan Civil Society Facility di Maroko, dimana UE memberikan dana bantuan setiap tahun selama tahun 2011-2013 untuk mendukung aktor-aktor non-pemerintah dan pemerintah lokal di Maroko.

Adapun kemudian, merujuk pada klasifikasi kondisionalitas berdasarkan sifat-sifatnya sebagai sebuah konsep, penulis melihat bahwa kondisionalitas dalam kerangka ENP yang dilaksanakan oleh UE di Maroko terkait reformasi dalam tiga aspek yang telah disebutkan sebelumnya, bersifat Ex Ante Conditionality . Seperti telah dipaparkan dalam penjelasan sebelumnya, bahwa program-program ENP terkait tiga aspek tersebut mensyaratkan kondisi-kondisi tertentu yang harus dipenuhi oleh Maroko, namun pemenuhan kondisi tersebut telah dilaksanakan atau masih berlangsung sebelum perjanjian atau kesepakatan kerjasama untuk program-program tersebut ditandatangani atau disetujui.

Sebagai contoh, UE dan Maroko sepakat melaksanakan program Strengthening Democratic Reform in the Southern Mediterranea n dan program SPRING terkait penguatan peran parlemen setelah Maroko berhasil

176 Flockhart, hlm. 15 176 Flockhart, hlm. 15

Selain bersifat Ex Ante Conditionality, menurut penulis kondisionalitas dalam kerangka ENP ini bersifat multilateral, karena program-program promosi demokrasi UE di Maroko tersebut dibentuk dan dilaksanakan dalam kerangka ENP yang terdiri atas banyak negara anggota. Penulis juga melihat bahwa kondisionalitas dalam kerangka ENP juga bersifat positif. Sifat ex ante yang dimiliki oleh kondisionalitas ENP menunjukkan bahwa kondisionalitas ENP juga bersifat positif. Sesuai dengan pemaparan sebelumnya, terlihat bahwa inisiatif Maroko untuk melakukan reformasi demokrasi dalam tiga bidang tersebut adalah bentuk dari pemenuhan kondisi yang disyaratkan oleh UE sehingga janji UE untuk memberikan insentif tertentu dapat dipenuhi. Merujuk pada asumsi lain dari kondisionalitas positif, penulis melihat bahwa Maroko bersedia memenuhi kondisi yang disyaratkan oleh UE, adalah karena keuntungan atau imbalan yang dijanjikan oleh UE jauh lebih besar daripada biaya yang harus dikeluarkan oleh Maroko untuk memenuhi kondisi-kondisi tersebut.

Pada pemaparan sebelumnya di bab 1, penulis menjelaskan bahwa UE telah menggunakan kondisionalitas positif sebagai instrumennya dalam Pada pemaparan sebelumnya di bab 1, penulis menjelaskan bahwa UE telah menggunakan kondisionalitas positif sebagai instrumennya dalam

positif UE tidak tepat sasaran karena hanya bergantung pada progres reformasi selain reformasi politik, dan imbalan yang diberikan UE selalu bersifat ekonomis, sehingga tidak mendorong terciptanya reformasi politik di Maroko. Adapun kondisionalitas positif yang terapkan UE di Maroko pada periode 2011-2013, didasarkan pada progres reformasi politik yang jelas, dan tidak hanya menggunakan imbalan ekonomis melainkan juga bantuan teknis yang mendorong reformasi politik di Maroko. Pada akhirnya, beberapa perubahan penting dalam tiga bidang politik yang direformasi oleh Maroko dapat tercapai, seperti penggunaan kerangka kerja parlemen UE oleh Maroko.

Adapun promosi demokrasi UE dalam bentuk kondisionalitas yang dijalankan oleh UE di Maroko seperti yang dipaparkan di atas, bila dikaitkan kembali dengan perspektif konstruktivisme yang menjadi landasan penulis dalam menganalisa penelitian ini, merupakan bentuk dari norma UE sendiri yang ingin dipromosikan kepada Maroko. Merujuk pada asumsi Karen

Smith 178 , kondisionalitas UE yang penulis lihat dalam penelitian ini juga membuktikan bahwa ada signifikansi norma atau keyakinan bersama dalam

kebijakan luar negeri UE dan Maroko, yaitu norma demokrasi.

Selain itu, kondisionalitas UE tersebut juga dapat dilihat sebagai instrumen untuk menjalankan strategi pengaruh sosial ( social influence ) atau

177 Lihat bab 1, hlm. 4 178 Karen E. Smith, “The Use of Political Conditionality in the EU‟s Relations with Third Countries: How Effective?”,(ECSA International Conference, Seattle, 29 Mei-1 Juni, 1997) hlm. 3

penguatan dukungan ( reinforcement ). Jadi, kondisionalitas dalam kerangka ENP dijalankan oleh UE, sebagai aktor sosial, untuk merubah perilaku Maroko. Kondisionalitas tersebut juga digunakan sebagai instrumen kontrol sosial UE terhadap Maroko, sehingga bila Maroko pro terhadap perilaku sosial yang diharapkan oleh UE, yang dalam penelitian ini adalah menerapkan norma demokrasi, maka Maroko akan terus diberi imbalan. Dengan demikian, UE berharap pada waktu tertentu (bila masa operasionalisasi program- program kerjasama di tiga bidang habis), Maroko akan dapat terus menerapkan norma demokrasi tanpa harus mendapat imbalan dari UE.

Penggunaan kondisionalitas sebagai instrumen promosi demokrasi UE juga tertuang dalam tujuan utama ENP. Sebagaimana disebutkan dalam dokumen Copenhagen European Council pada tahun 2002, bahwa ENP bertujuan untuk mempromosikan nilai-nilai Eropa, yaitu demokrasi, melalui kerjasama regional dan sub regional serta integrasi yang dikondisikan untuk kestabilan politik, pembangunan ekonomi, dan pengurangan tingkat kemiskinan. Tujuan ini menunjukkan bahwa kondisionalitas adalah cara UE dalam mempromosikan demokrasi melalui ENP.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa promosi demokrasi yang UE di Maroko dalam kerangka ENP tahun 2011-2013 sesuai dengan landasan pemikiran utama dalam penelitian ini, yaitu konstruktivisme dan dua konsep pendukungnya, yaitu promosi demokrasi dan kondisionalitas, serta sesuai juga dengan asumsi awal penulis yang telah dipaparkan di bab 1. Dapat disimpulkan juga bahwa UE mempromosikan demokrasi dengan menggunakan instrumen Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa promosi demokrasi yang UE di Maroko dalam kerangka ENP tahun 2011-2013 sesuai dengan landasan pemikiran utama dalam penelitian ini, yaitu konstruktivisme dan dua konsep pendukungnya, yaitu promosi demokrasi dan kondisionalitas, serta sesuai juga dengan asumsi awal penulis yang telah dipaparkan di bab 1. Dapat disimpulkan juga bahwa UE mempromosikan demokrasi dengan menggunakan instrumen

Bagan IV.1. Operasionalisasi Kerangka Pemikiran 179