10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Job insecurity
2.1.1 Definisi
Job Insecurity
Keamanan kerja didefinisikan sebagai harapan-harapan karyawan terhadap keberlangsungan pekerjaannya. Keamanan kerja tidak dapat dipisahkan dari
perhatian terhadap ketidakpastian kelanjutan pekerjaan seseorang dan situasi yang tidak pasti yang dihasilkan dari adanya perubahan dalam organisasi seperti
downsizing
,
merger
dan reorganisasi dan belum adanya penelitian yang sistematik yang dilakukan untuk menguraikan peran ketidakpastian dalam mempengaruhi
reaksi individual dari adanya perubahan organisasi, Widodo,2010:27. Agustina, 2006:4 menyatakan bahwa kenyamanan kerja merupakan hal
yang emergensi dalam dunia kerja, karena kenyamanan akan mempengaruhi tingkat produktivitas seseorang dalam berkarya. Ketidaknyamanan yang dialami
oleh seseorang akan memicu terjadinya penurunan kualitas kerja yang dihasilkan oleh seseorang. Ketidaknyamanan tersebut dapat disebabkan oleh suasana kerja,
demografi tempat kerja dan masih banyak lagi.
Job insecurity
didefinisikan sebagai keadaan rasa tidak aman yang diakibatkan oleh adanya ancaman terhadap keberlangsungan pekerjaannya. Hal
ini menjelaskan bahwa
job insecurity
merupakan sebuah pengalaman internal individu yang dicirikan dengan adanya ketidakpastian terhadap keberlangsungan
pekerjaannya. Definisi operasional dari
job insecurity
adalah keseluruhan kekhawatiran atau rasa tidak aman tentang eksistensi keberlangsungan
pekerjaannya di masa depan yang berkaitan dengan kestabilan pekerjaan,
Universitas Sumatera Utara
11
perkembangan karir, dan penurunan penghasilan yang menyebabkan keadaan distress, cemas dan tidak aman, Yuliani, 2005: 218. Setiawan dkk 2006:5
menambahkan, menurutnya
job insecurity
merupakan kondisi ketidakamanan kerja yang dialami oleh seseorang yang disebabkan oleh perubahan-perubahan
lingkungan faktor eksternal dan watak atau 5 kepribadian dan mental seseorang yang mengalami kondisi tersebut faktor internal.
Job insecurity
merupakan kondisi
ketidakberdayaan untuk
mempertahankan kesinambungan yang diinginkan dalam situasi kerja yang mengancam. Perasaan tidak aman akan membawa dampak pada
job attitudes
karyawan, penurunan komitmen, bahkan keinginan untuk
turnover
yang semakin besar, Wenning, 2005:136. Menurut Ito dan Brotheridge 2007:28
job insecurity
dapat didefinisikan sebagai jumlah ancaman yang diterima pegawai
terhadap fitur pekerjaan mereka.
Job insecurity
pada pegawai dapat ditimbulkan oleh adanya ketidakpastian terhadap fitur pekerjaan
yang dirasakan pegawai. Menurut Setiawan dkk 2007:15,
job insecurity
yang dirasakan pegawai dalam jangka panjang akan
memberikan efek buruk pada performansi karyawan yang
berakibat pada penurunan produktifitas organisasi. Blau dkk 2010:450-460
menambahkan bahwa pegawai yang merasakan
job insecurity
tinggi akan memiliki kepuasan kerja yang
rendah
.
Ratnaningsih, 2009:45 mengartikan
job insecurity
sebagai kondisi psikologis seorang karyawan yang menunjukkan rasa bingung atau rasa tidak
aman dikarenakan kondisi lingkungan yang berubah-ubah. Lingkungan yang berubah-ubah yang dimaksud adalah berawal dari perkiraan subjektif dan
Universitas Sumatera Utara
12
karyawan melihat besarnya peluangkemungkinan dirinya kehilangan pekerjaan, misalnya, karena perampingan atau penyusutan kerja atau kontrak kerja yang
sementara dalam suatu organisasi atau perusahaan, Wite: 2005:3-5. Menurut Rogelberg 2007:32, Setiap karyawan pada umumnya memiliki
ekspektasi yang tinggi terhadap perusahaan tempat dia bekerja. Namun ketika dihadapkan pada situasi yang berubah-ubah, karyawan akan merasa hal semacam
ini dapat menciptakan suatu rasa tidak aman dalam pekerjaan mereka serta akan muncul kekhawatiran terhadap keberlangsungan karir mereka, Santosa, 2005:75-
79. Berdasarkan defenisi-defenisi diatas dapat disimpulkan
job Insecurity
adalah suatu ketidakamanan kerja yang dirasakan berbeda oleh tiap individu di dalam sebuah sebuah organisasi, dimana rasa tidak aman inilah yang nantinya
akan memicu terjadinya hal-hal yang lebih buruk lagi, bahkan didalam tahap lebih lanjut lagi dapat terjadi penurunan kualitas pegawai, komitmen berkurang,
kepuasan kerja berkurang, kinerja tidak maksimal, dan bahkan dapat terjadi
turnover
secara besar-besaran. Hal ini dapat di deteksi secara lebih dini, yaitu dengan cara melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap karyawan, misalnya
dengan cara mengevaluasi kinerja karyawan secara bertahap, atau juga dapat dilihat dari tingkat absensi karyawan. Karena semakin cepat perusahan dapat
mengetahui gejala ini lebih awal, perusahaan dapat segera mencari solusi agar dampak dari
job insecurity
ini tidak segera meluas keseluruh lapisan karyawan.
Universitas Sumatera Utara
13
2.1.2 Dimensi