Komitmen dan Kebijakan di Puskesmas

tujuan bersama. Komitmen merupakan faktor penting bagi keberhasilan kerjasama antar dinas.

2.5.1 Komitmen dan Kebijakan di Puskesmas

Kementerian Kesehatan telah menetapkan 10 program unggulan dalam upaya mencapai Indonesia Sehat 2010, salah satunya adalah keselamatan dan kesehatan kerja, maka pimpinan puskesmas sebagai penanggung jawab dalam melaksanakan pelayanan kesehatan masyarakat secara paripurna juga mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam menyelenggarakan program keselamatan dan kesehatan kerja kepada seluruh staf bawahannya atau kesehatan kerja di puskesmas itu sendiri. Oleh karena itu perlu adanya komitmen dan kebijakan untuk memberikan perlindungan tersebut dengan penerapan manajemen kesehatan kerja puskesmas. Sebagai tindak lanjut komitmen dan kebijakan pimpinan puskesmas dalam penyelenggaraan kesehatan kerja, perlu dilakukan beberapa hal antara lain: 1 Mengidentifikasi sumber daya yang ada di puskesmas. 2 Menetapkan tujuan yang jelas sebagai acuan pelaksanaan kesehatan kerja. 3 Sosialisasi program kesehatan dan keselamatan kerja kepada seluruh stafpetugas puskesmas. 4 Membentuk organisasi kesehatan dan keselamatan kerja atau menunjuk tim penanggung jawab kesehatan kerja. 5 Memberi wewenang dan tanggung jawab kepada tim kesehatan kerja. 6 Meningkatkan sember daya manusia SDM di bidang kesehatan kerja di puskesmas. Universitas Sumatera Utara 7 Pimpinan puskesmas melakukan advokasi ke dinas kesehatan kabupaten kota untuk mendapatkan dukungan. 8 Puskesmas perlu membuat pedoman kerja dan prosedur pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja. Dengan mengutamakan upaya peningkatan promotif dan preventif. 9 Melakukan monitoring dan evaluasi secara internal dan eksternal. Puskesmas harus membuat perencanaan penerapan sistem manajemen kesehatan kerja dengan sasaran yang jelas dan hasilnya dapat diukur. Perencanaan harus membuat tujuan, sasaran dan indikator kinerja yang ditetapkan berdasarkan indentifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian resiko sesuai dengan persyaratanstandar yang berlaku, serta hasil tujuan pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja sebelumnya. Perencanaan indentifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko di puskesmas. a. Indentifikasi Potensi Bahaya Di Puskesmas Perencanaan kesehatan kerja di puskesmas terlebih dahulu dengan melakukan indentifikasi potensi bahaya seperti mengenali, menemukan dan menentukan ada atau tidak adanya bahaya yang dapat menimbulkan resiko kesehatan dan keselamatan petugas puskesmas di setiap unit kerja pukesmas, seperti loket pendaftaran, ruang tunggu, ruang poli, ruang rawat inap, ruang obat, laboratorium, gudang dapur, kamar mandiWC dan lain sebagainya. Di samping Universitas Sumatera Utara itu indentifikasi potensi bahaya juga dilakukan terhadap proses kerja dan alat kerja yang digunakan dalam mendukung pekerjaan di puskesmas. Potensi bahaya atau resiko di tempat kerja dari proses kerja, alat kerja, dan sebagainya, memungkinkan terjadinya penyakit akibat hubungan kerja.penyakit akibat kerja dan kecekaan kerja. Penyakit akibat hubungan kerja dapat terjadi selain kerena pajanan penyakit dari pasien atau pengunjung, dapat juga terjadi akibat prilaku, cara kerja, lingkungan kerja, dan beban kerja petugas di puskesmas. b. Penilaian Resiko di Puskesmas Penilaian resiko di puskesmas dilakukan dengan cara indentifikasi potensi bahaya, kemudian melakukan besaran resiko dari potensi bahaya tersebut. Berdasarkan pada sumber bahaya, sering dan lamanya kontak petugas dan sumber bahaya tersebut. Dalam melakukan penilaian potensi bahaya, perlu diketahui bahwa setiap resiko kecelakaan dan kesehatan yang ditemukan mempunyai karakteristik tertentu, menurut temoat kerja, proses kerja, dan jenis pekerjaan. c. Pengendalian Resiko Cara pengendalian resiko dapat dilakukan sesuai dengan hirarki pengendalian dengan cara seperti : 1 Mengurangi sumber daya yang dapat menimbulkan bahaya. 2 Mengganti alatprasarana yang mempunya potensi bahaya yang tinggi dengan yang kurang berbahaya. Universitas Sumatera Utara 3 Mengurangi kontak dengan sumber bahaya. 4 Pengelolaan lingkungan kerja yang sehat dan aman. 5 Adanya aturan atau SOP tentang cara kerja yang baik dan sehat. 6 Adanya pengaturan waktu kerjashift kerja. 7 Adanya pelatihan bagi petugas puskesmas tentang cara kerja yang sehat dan selamat. 8 Penggunaan alat pelindung diri APD. 2.5.2 Pelaksanaan Kesehatan Kerja di Puskesmas Penerapanpelaksanaan kesehatan kerja di pukesmas meliputi penerapan kesehatan kerja di dalam dan di luar gedung puskesmas. Penerapan kesehatan kerja di pukesmas dilakukan dengan cara : a. Memberi informasi kepada seluruh petugas puskesmas untuk menjamin pelaksanaan kesehatan kerja di puskesmas, setelah adanya komitmen bersama dalam penerapannya perlu diinformasikan kepada seluruh staf, agar diketahui peran, wewenang dan tanggung jawab dari seluruh petugas puskesmas, antara lain: 1 Tanggung jawab dan wewenang untuk mengambil tindakan dan menginformasikan kepada semua petugas yang terlibat di puskesmas. 2 Pimpinan puskesmas menujuk penanggung jawab kesehatan kerja. 3 Pimpinan puskesmas, pimpinan poliklinik atau tempat kerja lainya bertanggung jawab atas upaya kesehatan kerja pada tempat kerjanya. Universitas Sumatera Utara 4 Pimpinan puskesmas menerima saran-saran dari ahli kesehatan kerja baik yang berasal dari dinas kesehatan kabupatenkota dan atau lintas sektor terkait. 5 Petugas yang menangani kagawat daruratan harus mendapat pelatihan kesehatan kerja. 6 Kinerja upaya kesehatan kerja dapat dimasukkan dalam laporan tahuna puskesmas. 7 Pimpinan puskesmas memberikan informasi terbaru mengenai kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja di puskesmas kepada seluruh staf baik dalam rapat staf atau mini lokarya, bila perlu kepada pengunjung dan pasien di puskesmas. b. Pelatihan petugaskaryawan kesehatan kerja puskesmas untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kesehatan kerja petugas di puskesmas, perlu di berikan pelatihan kesehatan kerja bagi seluruh petugas baik secara bersamaan atau bergantian. c. Pelaksanaan kesehatan kerja bagi petugas puskesmas meliputi : 1 Pemeriksaan kesehatan awal, berkala dan khusus pada petugas puskesmas. a Pemeriksaan awal atau sebelum kerja diberikan kepada pegawai baru yang akan mulai kerja atau kepada pegawai pindahan atau mutasi dari tempat lain atau antar tempat kerja. b Pemeriksaan berkala dilakukan kepada seluruh pegawai puskesmas, dalam pemeriksaan berkala ini paling lama 1 satu tahun sekali. Universitas Sumatera Utara Sedangkan pada unit tertentu yang mempunyai resiko tinggi sebaiknya dilakukan pemeriksaan berkala 6 enam bulan sekali. c Pemeriksaan khusus dilakukan kepada pegawai yang mengalami gangguan atau sakit tertentu yang sering kambuh walaupun sudah dilakukan pengobatan. 2 Penerapan Ergonomi Persamaan yang berkaitan dengan faktor ergonomi umumnya disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara pekerjaan dan lingkungan kerja secara menyeluruh termasuk peralatan kerja. Penerapan ergonomi di puskesmas adalah sebagai berikut: a Posisi bekerja dengan duduk, ada beberapa persyaratan : • Terasa nyaman selama melaksanakan pekerjaan • Tidak menimbulkan gangguan psikologis • Dapat melakukan pekerjaan dengan baik dan memuaskan. b Posisi bekerja dengan berdiri : Berdiri dengan posisi yang benar, dengan tulang punggung yang lurus dan bobot badan terbagi rata pada kedua tungkai. c Proses bekerja Universitas Sumatera Utara Ukuran yang benar akan memudahkan seseorang dalam melakukan pekerjaannya, tetapi akibat postur tubuh yang berbeda, perlu pemecahan masalah terutama peralatan impor dari negara-negara barat, sehinga perlu disesuaikan kembali, misalnya tempat kerja yang harus dilakukan dengan berdiri sebaiknya ditambahi bangku panjang setinggi 10-25 cm agar orang dapat bekerja sesuai dengan tinggi meja dan tidak melelahkan. d Penampilan tempat kerja Mungkin akan menjadi baik dan lengkap bila disertai petunjuk-petunjuk berupa gambar-gambar yang mudah diingat, mudah dilihat setiap saat. e Mengangkat beban Terutama di negara berkembang mengangkat beban adalah pekerjaan yang lazim dan sering dilakukan tanpa di fikirkan efek negatifnya, seperti: kerusakan tulang punggung, kelainan bentuk otot kaarna pekerjaan tertentu, prolabsus uteri, prolapsusani ataupun hernia, dll. Penanggulangan permasalahan ergonomi di setiap jenis pekerjaan dapat dilakukan setelah mengetahui terlebih dahulu bagaimana proses kerja dan posisi kerjanya. f Sikap tubuh dan bekerja Sikap tubuh dan bekerja berhubungan dengan tempat duduk, mejaa kerja dan luas pandangan. Untuk merencanakan tempat kerja Universitas Sumatera Utara perlengkapan dilakukan ukuran-ukuran tubuh yang menjamin sikap tubuh paling alamiah dan memungkinkan dilakukan gerakan-gerakan yang dibutuhkan. Pada posisi berdiri dengan pekerjaan ringan, tinggi optimum area kerja adalah 5-10 cm di bawah siku. Agar tinggi optimum ini dapat diterapkan, maka perlu diukur tinggi siku yaitu jarak vertikal dari lantai ke siku dengan keadaan lengan bawah mendatar dan lengan atas vertikal. Tinggi siku pada laki-laki misalnya 100 cm dan pada wanita misalnya 95 cm, maka tinggi meja kerja pada laki-laki adalah antara 90-95 cm bagi wanita adalah antara 85-90 cm. 3 Promosi pencegahan kesehatan kerja di puskesmas pelaksanaan kesehatan kerja di puskesmas lebih di utamakan pada 2 hal yaitu upaya promotif dan preventif. Kegiatan upaya promotif dan preventif ini sangat berperan dalam mencegah timbulnya berbagai macam penyakit maupun resiko bahaya yang ada di puskesmas. Kegiatan ini pada prinsipnya mudah untuk dilakukan dan tidak memerlukan biaya. Berdasarkan hal tersebut, maka kegiatan promosi kesehatan kerja di puskesmas perlu menjadi prioritas dalam pelaksanaan kesehatan kerja di pukesmas. Kegiatan promosi kesehatan kerja akan sangat efektif dan efisien bila dapat mengkobinasikan 3 komponen yaitu : 1 Kegiatan meningkatkan kesadaran pemasangan leaflet, poster tentang kesehatan kerja dan lain - lain, Universitas Sumatera Utara 2 Kegiatan meningkatkan kemampuan pelatihan, penyediaan alat pelinding diri dan lain - lain, 3 Kegiatan meningkatkan lingkungan kerja yang bersih, sehat, aman dan nyaman larangan merokok, larangan membuang sampah sembaranga dan lain - lain. Beberapa contoh program promosi kesehatan kerja yang perlu dilakukan di puskesmas : 1 Senam kebugaran dan olah raga bersama 2 Pembuatan dan pemasangan leaflet, poster, dan lain lain 3 Pembuatan dan sosialisasi standar operasional 4 Imunisasi petugas pukesmas hepatitis B 5 Penyediaan APD sesuai dengan jumlah yang diperlukan. 6 Penambahan asuhan gizi petugas puskesmas 7 Kegiatan pembersihan lingkungan puskesmas 8 Perbaikan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pukesmas air bersih, penyediaan tempat sampah, kebersihan kamar mandi jamban, pengolahan sampah medis dan non medis, sistem pengolahan air limbah dan lain lain. 9 Aktivitas sosial bersama, seperti: piknik bersama, buka puasa bersama, siraman rohani, dan konseling Depkes RI, 2007. Universitas Sumatera Utara

2.6 Landasan Teori