Latar Belakang Analisis Perilaku Petugas dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Manajemen Upaya Kesehatan Kerja (UKK) di Puskesmas Kota Medan Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2013

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat adalah unit fungsional pelayanan kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota yang melaksanakan upaya penyuluhan, pencegahan dan penanganan kasus- kasus penyakit di wilayah kerjanya, secara terpadu dan terkoordinasi. Sebagai Pelaksana Teknis Dinas UPTD puskesmas mempunyai tanggung jawab untuk menyelenggarakan program pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dan mempunyai kewajiban memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat termasuk kepada masyarakat pekerja Depkes RI, 2004. Tujuan upaya pelayanan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi tingginya, dalam rangka mencapai visi “Indonesia Sehat 20015” Depkes RI, 2009. Untuk mencapai tujuan tersebut, Puskesmas harus menyelenggarakan 3 tiga fungsi yaitu : 1 sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, 2 sebagai pusat pemberdayaan masyarakat, dan 3 sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Universitas Sumatera Utara Puskesmas dalam melaksanakan fungsinya sebagai pusat pemberdayaan masyarakat dan sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama, yaitu salah satunya dengan melaksanakan upaya pelayanan kesehatan kerja kepada masyarakat pekerja beserta keluarganya. Upaya kesehatan kerja mempunyai upaya yang sangat penting dalam proses pemberdayaan masyarakat yaitu : melalui pembelajaran dari, oleh dan bersama masyarakat sesuai dengan lingkungan sosial pekerja setempat, agar masyarakat pekerja dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan kerja serta mengenali bahaya atau potensi bahaya di tempat kerja. Sehingga masyarakat pekerja menghasilkan kesehatan kerja yang optimal dan meningkatkan produktifitas kerjanya. Upaya kesehatan kerja berperan dalam proses peningkatan kualitas tenaga kesehatan agar lebih responsif dan mampu memberdayakan kliennya, sehingga akan tercapai pelayanan kesehatan kerja yang bermutu, adil dan merata Depkes RI, 2004. UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan khususnya bab XII kesehatan kerja pada pasal 164-166, secara tegas menyatakan tentang tujuan, sasaran, peran dan tanggung jawab pemerintah, kewajiban dan tanggung jawab pengelola tempat kerja, pengusaha dan kewajiban pekerja dalam upaya kesehatan kerja. Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan dalam rangka mewujudkan produktifitas kerja yang optimal. Berdasarkan hal tersebut, pemerintah wajib membina dan melaksanakan upaya kesehatan kerja dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat khususnya masyarakat pekerja Kemkes RI, 2011. Universitas Sumatera Utara Program kesehatan kerja merupakan suatu upaya pemberian perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja bagi masyarakat pekerja yang bertujuan untuk memeliharan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja, mencegah timbulnya gangguan kesehatan, melindungi pekerja dari bahaya kesehatan serta menempatkan pekerja di lingkungan kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerja. Upaya kesehatan kerja mencakup kegiatan pelayanan, pendidikan dan pelatihan serta penelitian di bidang kesehatan melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit termasuk pengendalian faktor resiko, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan termasuk pemulihan kapasitas kerja Depkes RI, 2005. Berdasarkan permasalahan di atas tentunya kita perlu menyadari bahwa dalam lingkup pekerjaan di bidang kesehatan mempunyai banyak risiko terhadap para pekerjanya. Sehingga muncul pertanyaan dalam benak kita bagaimana pula dengan lingkup pekerjaan lain yang bukan bidang kesehatan. Kalau kita lihat dari gambaran masalah kesehatan kerja yang mencakup angka kesakitan dan kematian akibat kerja dan akibat hubungan kerja dari International Labaour Organization ILO yaitu 1,2 juta orang meninggal setiap tahun karena kecelakaan kerja atau penyakit akibat hubungan kerja PAHK. Dari 250 juta kecelakaan, 3.000.000 orang meninggal dan sisanya meninggal karena PAHK. Diperkirakan ada 160 juta PAHK baru setiap tahunnya Depkes RI, 2005. Untuk besaran masalah kesehatan kerja yang menyangkut angka kesakitan dan kematian akibat kerja dari beberapa penelitian diperoleh gambaran bahwa lebih dari 50 pekerja Indonesia peserta jamsostek mengidap penyakit kulit akibat Universitas Sumatera Utara masuknya zat kimia melalui kulit dan pernafasan. Nelayan penyelam tradisional di Pulau Bungin, NTB menderita nyeri persendian 57,5 dan gangguan pendengaran 11,3. Pandai besi menderita gangguanpengurangan tajam pendengaran 30-54. Dan penyelam tradisional menderita kelainan pernafasan berupa sesak nafas Depkes RI, 2005. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 128MENKESSKII2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas menyatakan bahwa puskesmas merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan KabupatenKota yang bertanggungjawab dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Mengingat tingginya risiko kesehatan dan keselamatan kerja bagi pekerja dan adanya amanat dalam Undang-Undang untuk menerapkan kesehatan kerja di tempat kerja, maka perlu dilaksanakannya Upaya Kesehatan Kerja di wilayah kerja Puskesmas Depkes RI, 2004. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.128MenkesSKII2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas Depkes RI, 2004, disebutkan bahwa program kesehatan kerja merupakan program upaya pengembangan Puskesmas, yang mengandung arti bahwa upaya kesehatan yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. Dan Undang-undang RI No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah menyebutkan bahwa daerah diberi wewenang yang luas, nyata dan bertanggung jawab secara proporsional. Sebagai penjabaran lebih lanjut telah di keluarkan Peraturan Pemerintah PP No. 25 Tahun 2000 tentang Universitas Sumatera Utara Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom. Salah satunya bidang kesehatan termasuk kesehatan kerja menjadi kewenangan daerah yang wajib dilaksanakan oleh Kabupaten Kota. Program Upaya Kesehatan Kerja UKK dalam penyelenggaraan di Dinas Kesehatan Kota Medan ditetapkan sebagai program Upaya Kesehatan Pengembangan di Puskesmas. Dan pada tahun 2010, dari 39 Puskesmas yang ada di kota Medan, 4 diantaranya telah dibina dalam pelaksanaan Upaya Kesehatan Kerja. Adapun puskesmas tersebut adalah Puskesmas Amplas, Puskesmas Kedai Durian, Puskesmas Medan Deli dan Puskesmas Medan Labuhan. Pemilihan keempat puskesmas tersebut untuk dibina pada tahap pertama adalah karena puskesmas tersebut memenuhi kriteria, yaitu puskesmas yang memilki wilayah kerja yang luas dan terletak di daerah sentral industri yang banyak pekerja formal dan informalnya. Upaya Kesehatan Kerja Puskesmas Kota Medan saat ini dikelola oleh seorang petugas pengelola program kesehatan kerja Puskesmas. Petugas tersebut mendapat surat tugas berupa surat keputusan dari Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan dan telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan tentang penatalaksanaan program kesehatan kerja berdasarkan buku Pedoman Pelaksanaan Upaya Kesehatan Kerja di Puskesmas dari Direktorat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Beberapa kegiatan program kesehatan kerja yang telah dilakukan di Puskesmas Kota Medan : 1 Pelatihan petugas pengelola program kesehatan kerja Universitas Sumatera Utara Puskesmas yaitu pertemuan koordinasi dalam rangka pembinaan Upaya Kesehatan Kerja UKK. 2 Dibagikannya buku pedoman pelaksanaan program kesehatan kerja dari Kementerian Kesehatan RI, buku pedoman UKK di Puskesmas tidak disosialisasikan dan dilaksanakan kepada pengelola program. 3 Supervisi oleh Dinas Kesehatan Kota Medan. 4 Pembentukan petunjuk penyelenggaraan kegiatan Pos UKK oleh Dinas Kesehatan Kota Medan. Keikutsertaan seseorang di dalam suatu aktifitas dalam pengelolaan program upaya kesehatan kerja di Puskesmas sangat erat hubungannya dengan pengetahuan, sikap dan praktek dari pelakunya. Pengetahuan terhadap manfaat suatu kegiatan dalam program akan menyebabkan seseorang mempunyai sikap yang positif. Karena keberhasilan suatu kegiatan sangat dipengaruhi oleh seseorang yang mempunyai pengetahuan dan sikap yang positif Notoatmodjo, 2003. Hasil studi pendahuluan pada pengelola program kesehatan kerja di puskesmas kota Medan diperoleh sebagai berikut : 1 Upaya pelayanan kesehatan kerja di puskesmas telah dilaksanakan tetapi belum ada pencatatan data penyakit akibat kerja, penyakit akibat hubungan kerja dan kecelakaan akibat kerja. Pada pemeriksaan, belum digunakan formulir diagnosis penyakit akibat kerja. 2 Sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan kerja di puskesmas belum sesuai dengan standar format pelayanan kesehatan kerja dasar. Berdasarkan standar kesehatan kerja pada format harus mencantumkan jenis pekerjaan formal dan informal, jumlah pekerja, bahaya potensial, angka gangguan kesehatan dan kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan. 3 Pelayanan kesehatan kerja terhadap Universitas Sumatera Utara pekerja sektor formal dan non formal dilaksanakan namun sebatas pengobatan penyakit, seharusnya bila pada hasil pemeriksaan ternyata ada hubungan atas penyakit menular lainnya maka dilakukan tindakan lanjut pemantauan ke tempat kerja untuk memberikan penyuluhan mencegah timbulnya penyakit kecelakaan kerja. Dengan kegiatan yang sudah dilakukan, petugas puskesmas yang menangani kegiatan upaya kesehatan kerja menganggap bahwa program upaya kesehatan kerja merupakan program puskesmas secara keseluruhan sehingga tidak perlu dilaksanakan secara khusus. Beberapa petugas pengelola program beranggapan ketidakmampuan petugas dalam melaksanakan kegiatan disebabkan keterbatasan pengetahuan petugas dalam kemampuan menyusun tujuan kegiatan dan proses manajemen program. Petugas beranggapan bahwa kegiatan pelayanan kesehatan kerja hanya melayani pekerja yang datang ke puskesmas. Selanjutnya petugas menjawab bahwa untuk menentukan penyakit akibat kerja PAK, penyakit akibat hubungan kerja PAHK dan kecelakaan akibat kerja KAK adalah sama dengan penentuan penyakit pada umumnya. Petugas puskesmas mengatakan kurangnya sarana dan peralatan penunjang kegiatan merupakan bagian dari terhambatnya praktek program kesehatan kerja di puskesmas. Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk menganalisis sejauh mana perilaku pelaksanaan Manajemen Upaya Kesehatan Kerja UKK di Puskesmas Kota Medan Dinas Kesehatan Kota Medan. Universitas Sumatera Utara

1.2. Permasalahan