BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ikan merupakan lauk yang bergizi tinggi, karena daging ikan mengandung protein sebesar 18 sampai 24, lemak, mineral serta vitamin A, B, C, D, E dan K. Ikan
dikonsumsi dalam bentuk ikan segar, ikan olahan seperti pindang, ikan asin, ikan asapan, ikan dalam kaleng dan lain-lain. Ikan sebagai bahan makanan bergizi
sangat penting bagi tubuh manusia agar dapat dihasilkan manusia atau keluarga yang sehat, cerdas, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dalam
pembangunan bangsa Simanjuntak, 1996. Ikan sebagai sumber protein hewani mempunyai kelebihan tersendiri
dibandingkan dengan hewan lainnya. Selain mempunyai kandungan protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan air serta bahan esensial lainya, daging
ikan mudah dicerna oleh tubuh manusia karena tidak berserat. Ikan mempunyai kandungan protein yang lebih tinggi dibanding dengan daging hewan lain. Hal ini
disebabkan faktor makanan hewan itu sendiri serta lingkungan Anonimus
c
, 2013. Pada dasarnya makanan yang dimakan oleh manusia mempunyai fungsi untuk
pembentukan pertumbuhan tubuh, pengganti sel-sel yang rusak serta mengatur metabolisme didalam tubuh. Manfaat makan ikan pada dasarnya untuk :
• Memperbaiki dan meningkatkan nilai gizi tubuh • Meningkatkan kesehatan dan kecerdasan
Anonimus
c
, 2013.
Universitas Sumatera Utara
Di dalam negeri permintaan ikan pun cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya pendapatan dan kesadaran mengkonsumsi makanan sehat sumber
protein hewani sebagai pengganti ayam dan daging. Ini disebabkan makanan yang berasal dari ikan dapat diterima semua lapisan masyarakat dan tidak menimbulkan
efek negatif bagi kesehatan. Pemerintah mengharapkan peningkatan konsumsi
dalam negeri dapat mencapai 30 kgkapitatahun Akbar dan Sudaryanto, 2001.
Seiring dengan program pemerintah yaitu untuk meningkatkan konsumsi ikan, dalam negeri, maka perlu dilakukan suatu upaya untuk meningkatkan produksi
ikan dalam negeri. Akan tetapi kondisi perikanan tangkap saat ini tengah mengalami stagnasi, bahkan cenderung menglami penurunan produksi dibeberapa
wilayah di Indonesia. Degradasi lingkungan perairan laut akibat perubahan iklim global, ditambah lagi dengan eksploitasi ikan yang berlebih tanpa kontrol
berdampak pada menurunnya produksi perikanan laut. Sementara itu, tingkat konsumsi ikan cenderung mengalami peningkatan seiring
dengan peningkatan jumlah penduduk tiap tahunnya. Tentunya hal ini memerlukan solusi, sebagai upaya untuk memenuhi permintaan konsumsi ikan
yang cenderung meningkat dan produksi perikanan laut yang cenderung mengalami penurunan. Perikanan budidaya merupakan salah satu solusi yang bisa
dilakukan, mengingat produksinya yang bisa dikontrol baik dengan teknologi inovasi maupun kapasitasnya Anonimus
d
, 2013. Usaha perikanan secara keseluruhan sebenarnya dapat membuka kesempatan
usaha yang baru bagi usaha kecil dan menengah. Hal ini dapat dijelaskan bahwa usaha perikanan memiliki diversifikasi usaha yang cukup luas baik di bidang
Universitas Sumatera Utara
usaha budidaya, penangkapan, pengolahan dan pemasaran produk perikanan. Sebagai contoh dalam usaha penangkapan ikan dimana usaha utama adalah
penangkapannya maka diversifikasi usaha dapat berupa pengolahan produk hasil tangkapan dan pemasarannya yang apabila dilaksanakan secara optimal akan
dapat membuka peluang usaha baru yang nantinya akan dapat membuka peluang kesempatan kerja. Dengan dijalankannya usaha budidaya ikan, secara langsung
diharapkan akan dapat menambah pendapatan bagi keluarga petani ikan sehingga dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan pembudidaya ikan Evy, 2001.
Dalam budidaya ikan, jaminan penyediaan benih ikan dalam kuantitas dan
kualitas yang memadai merupakan salah satu syarat yang dapat menentukan keberhasilan usaha. Benih ikan bisa didapat dari dua cara yaitu dengan
menangkap langsung dari perairan umum seperti sungai, atau danau dan bisa juga membelinya di tempat-tempat penjualan benih Sumantadinata, 1981.
Selain penyediaan benih ikan, penyediaan faktor-faktor input produksi lainnya
seperti pakan ikan, tenaga kerja, dan penyusutan juga berpengaruh terhadap keberhasilan usaha budidaya perikanan. Jenis pakan yang baik berupa pelet yang
mengandung 25 protein. Selain itu juga dapat diberikan pakan tambahan berupa dedak halus, ampas tahu atau bahan makanan lain yang mudah diperoleh seperti
daun. Pemberian pakan per hari harus, yaitu sebanyak 3-5 dari berat tubuh ikan. Sedangkan tenaga kerja yang baik untuk mendukung keberhasilan usaha budidaya
perikanan adalah tenaga kerja yang terampil dan berpengalaman Daniel, 2002.
Universitas Sumatera Utara
Faktor input produksi lainnya yaitu penyusutan yang terdiri dari peralatan- peralatan yang digunakan untuk mendukung usaha budidaya perikanan seperti
kolam, jaring, ember, dan timbangan. Kolam yang digunakan untuk melakukan usaha budidaya perikanan harus sesuai dengan anjuran yaitu kolam tanah dengan
jenis tanah bertekstur liat atau liat berpasir. Kedalaman kolam sebaiknya berkisar antara 0,5 - 1 m. Kedalaman ini berperan dalam menentukan tingkat kesuburan
kolam dimana kedalaman kolam berpengaruh pada masuknya sinar matahari yang berperan pada proses fotosintesis tumbuhan dalam air, sehingga menyebabkan
tersedianya makanan alami bagi ikan di dalam kolam Anonimus
a
, 2012. Beberapa contoh hasil dari usaha budidaya perikanan adalah ikan nila, ikan
gurami, ikan mas, ikan lele, ikan belut, ikan patin, ikan bawal, dan masih banyak lagi. Dengan mengembangkan kegiatan sektor perikanan, masyarakat akan
mempunyai kesempatan untuk meningkatkan sumber gizi dan tentu saja sekaligus meningkatkan pendapatan dan devisa negara bila ikan-ikan tersebut dapat menjadi
produk andalan dari Indonesia yang dapat diekspor ke luar negeri Zulkifli, 1998. Kegiatan usaha budidaya perikanan meliputi persiapan tempat usaha budidaya,
pemasukan benih, pemberian pakan dan obat-obatan, serta panen. Faktor-faktor produksi tersebut sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh.
Dalam berbagai pengalaman menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, modal untuk membeli benih, pupuk, obat-obatan, upah tenaga kerja dan aspek
manajemen adalah faktor produksi yang terpenting di antar faktor produksi lainnya Soekartawi, 1989.
Universitas Sumatera Utara
Hampir di seluruh kabupaten yang ada di Sumatera Utara melakukan usaha budidaya perikanan seiring dengan program pemerintah yaitu untuk meningkatkan
konsumsi ikan dalam negeri yang belum didukung dengan ketersediaan ikan secara memadai. Selain itu, usaha budidaya perikanan ini juga diharapkan dapat
meningkatkan pendapatan keluarga. Prospek budidaya perikanan dapat dilihat pada data produksi ikan per KabupatenKota tahun 2008 – 2011 di Provinsi
Sumatera Utara pada Tabel 1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Jumlah Produksi Ikan Budidaya Menurut KabupatenKota Tahun 2008 – 2011 Provinsi Sumatera Utara.
No. KabupatenKota Produksi Ton Persentase
1. Nias
17,1 0,02
2. Mandailing Natal
2.855,3 3,40 3.
Tapanuli Selatan 1.491,5
1,78 4.
Tapanuli Tengah 474,3
0,56 5.
Tapanuli Utara 658,7
0,78 6.
Toba Samosir 10.894,6 12,97
7. Labuhan Batu
117,4 0,14
8. Asahan
107,1 0,12
9. Simalungun 18.265,7
21,75 10.
Dairi 1.147,3
1,37 11.
Karo 7.438,6
8,86 12.
Deli Serdang 3.518,8
4,19 13.
Langkat 201,9
0,02 14.
Nias Selatan 22,6
0,03 15.
Humbang Hasundutan 1.425,5
1,70 16.
Pakpak Barat 388,1
0,46 17.
Samosir 24.935,6 29,69
18. Serdang Bedagai
2.203,3 2,62
19. Batu Bara
104,1 0,12
20. Padang Lawas Utara
2.534,0 3,02
21. Padang Lawas
949,9 1,13
22. Labuhan Batu Selatan
745,2 0,89
23. Labuhan Batu Utara
126,5 0,15
24. Nias Utara
89,6 0,11
25. Nias Barat
11,3 0,01
26. Sibolga
17,0 0,02
27. Tanjung Balai 54,9
0,06
28. Pematang Siantar
2.322,9 2,77
29. Tebing Tinggi
397,9 0,47
30. Medan
54,7 0,06
31. Binjai
148,1 0,18
32. Padang Sidimpuan
523,1 0,62
33. Gunung Sitoli
8,3 0,01
Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2012, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara
Berdasarkan data pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa Tanjung Balai berada pada urutan ke 7 terendah setelah Kabupaten Gunung Sitoli, Nias Barat, Sibolga, Nias,
Humbang Hasundutan, dan Medan. Kota Tanjung Balai merupakan salah satu
Universitas Sumatera Utara
daerah sentra penghasil ikan, akan tetapi berdasarkan data pada Tabel 1, produksi ikan di kota Tajung Balai masih terlihat belum optimal, maka perlu dilakukan
penelitian tentang optimalisasi budidaya perikanan untuk menganalisis apakah penggunaan input produksi pada daerah tersebut sudah optimal.
1.2. Identifikasi Masalah