daerah sentra penghasil ikan, akan tetapi berdasarkan data pada Tabel 1, produksi ikan di kota Tajung Balai masih terlihat belum optimal, maka perlu dilakukan
penelitian tentang optimalisasi budidaya perikanan untuk menganalisis apakah penggunaan input produksi pada daerah tersebut sudah optimal.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah-masalah diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Berapa macam input produksi yang digunakan pada usaha budidaya perikanan
di daerah penelitian? 2.
Bagaimana pengaruh input produksi terhadap produksi usaha budidaya perikanan di daerah penelitian?
3. Apakah penggunaan input produksi di daerah penelitian sudah optimal?
4. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat optimalisasi penggunaan
input produksi di daerah penelitian?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1.
Untuk menganalisis input produksi apa yang digunakan pada usaha budidaya perikanan di daerah penelitian.
2. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh input produksi terhadap produksi
usaha budidaya perikanan di daerah penelitian. 3.
Untuk menganalisis apakah penggunaan input produksi pada daerah penelitian sudah mencapai tingkat optimal.
Universitas Sumatera Utara
4. Untuk menganalisis faktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat optimalisasi
penggunaan input produksi pada daerah penelitian.
1.4. Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan informasi bagi para petani budidaya perikanan dalam rangka
meningkatkan nilai optimalisasi penggunaan input produksi. 2.
Sebagai bahan informasi bagi pemerintah maupun lembaga lainnya dalam menentukan kebijakan terhadap upaya peningkatan nilai optimalisasi
penggunaan input produksi usaha budidaya perikanan. 3.
Sebagai bahan referensi dan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Budidaya Perikanan
Pengertian budidaya perikanan dalam arti sempit adalah usaha memelihara ikan yang sebelumnya hidup secara liar di alam menjadi ikan peliharaan. Sedangkan
dalam arti luas, semua usaha membesarkan dan memperoleh ikan, baik ikan itu masih hidup liar di alam atau yang sudah dibuatkan tempat tersendiri, dengan
adanya campur tangan manusia. Jadi, pengertian budidaya tidak hanya memelihara ikan dikolam, tambak, empang, akuarium, sawah, dan sebagainya.
Secara luas pengertian ini juga mencakup kegiatan mengusahakan komoditi perikanan di danau, sungai, waduk, ataupun di laut. Kegiatan usaha budidaya
perikanan meliputi persiapan tempat usaha budidaya, pemasukan benih, pemberian pakan dan obat-obatan, dan panen Rahardi, 2000.
Salah satu contoh ikan hasil budidaya adalah ikan gurami. Ikan gurami adalah
salah satu jenis ikan air tawar yang banyak dipilih petani untuk dipelihara atau dibudidayakan. Keunggulan gurami bagi petani antara lain ikan ini dapat
berkembang biak secara alami, mudah dipelihara karena bersifat pemakan apa saja dan dapat hidup di air tergenang. Selain itu, harganya relatif mahal. Habitat asli
gurami adalah rawa dataran rendah yang berair dalam. Ikan ini bersifat sangat peka terhadap suhu rendah dan memiliki organ pernapasan tambahan sehingga
dapat mengambil oksigen dari luar air. Atas dasar informasi tersebut maka usaha pemeliharaan ikan gurami akan lebih produktif jika dilakukan di daerah dataran
rendah yang beriklim panas Jangkaru, 1998.
Universitas Sumatera Utara
Selain ikan gurami, ikan lele juga dapat dibudidayakan. Ikan lele mempunyai potensi yang cukup baik untuk dibudidayakan karena kecepatan pertumbuhannya
cukup tinggi, dapat memanfaatkan berbagai jenis makanan dengan mudah, dan dapat dipelihara dengan kepadatan yang tinggi, tidak terlalu susah dalam
pembudidayaannya dan yang penting pula adalah dagingnya mengandung kadar protein yang cukup tinggi serta rasa dagingnya yang cukup gurih dan lezat
Simanjuntak, 1996. Namun dalam usaha pembudidayaan ikan selalu ada masalah yang timbul.
Demikian juga dalam usaha pembudidayaan ikan lele. Masalah pengadaan benih secara terus menerus masih merupakan hambatan. Selain itu kebiasaan ikan lele
yang suka menggali lubang pada sisi tanah untuk mencari jalan keluar ke alam bebas dan melompat dari kolam ke atas permukaan terutama pada saat hujan turun
malam hari sehingga mengakibatkan hilangnya ikan lele tersebut juga menjadi masalah bagi petani lele karena akan menimbulkan kerugian pada usaha
budidayan Simanjuntak, 1996. Ikan nila juga merupakan salah satu jenis ikan yang dapat dibudidayakan di kolam
air tawar. Nila dapat dikatakan berprospek yang cerah karena sudah dikenal lama. Sejak diperkenalkan tahun 1970, ikan ini terus berkembang dan semakin popular
di masyarakat. Hal ini wajar saja karena ikan nila tergolong ikan yang murah untuk dibudidayakan.
Tujuan budidaya perikanan untuk mendapatkan produksi perikanan yang lebih
baik atau lebih banyak dibandingkan dengan hasil dari ikan yang hidup di alam
Universitas Sumatera Utara
secara liar. Untuk memenuhi tujuan itu, perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi usaha budidaya ini. Faktor-faktor tersebut antara lain:
- Penyediaan benih
- Pembuatan tempat pemeliharaan
- Kondisi air
- Pakan
- Pengendalian penyakit
2.1.1. Penyediaan Benih
Benih yang baik sangat penting untuk mendapatkan produksi yang sangat tinggi. Benih tersebut harus sudah cukup umur untuk dilepas, ukurannya sudah
memenuhi syarat, dan sehat, serta persentase kematiannya rendah, berwarna cerah dan pergerakannya lincah Soekartawi, 1989.
2.1.2. Pembuatan Tempat Pemeliharaan
Bentuk tempat pemeliharaan tidak menjadi soal, bisa kolam, empang, tambak, keramba, tong, atau bahkan drum. Luas tempat yang disediakan untuk
membesarkan harus sesuai dengan jumlah populasi yang ditebarkan. Jangan sampai tempat itu terlalu sesak oleh ikan atau tempatnya terlalu besar sehingga
menghabiskan biaya. Perencanaan yang matang mengenai pembangunan tempat pemeliharaan sangatlah penting. Tempat pemeliharaan merupakan aset yang
berharga untuk berproduksi. Ikan dapat hidup baik di kolam yang dangkal dengan kedalaman antara 30-50 cm.
Namun akan lebih baik apabila ikan dipelihara di kolam yang lebih dalam dengan kedalaman antara 75-150 cm, karena ikan akan lebih leluasa dan dapat bertumbuh
Universitas Sumatera Utara
menjadi besar. Untuk kolam tanah 1 x 1m dapat menampung 100-150 ekor ikan yang berukuran panjang 3-5 cm atau ikan sebesar dua jari. Apabila ikan mencapai
berat 90-100 gram ekor maka jumlah ikan dalam kolam harus dikurangi sampai kira-kira 50 Soekartawi, 1989.
2.1.3. Kondisi Air
Arus air sangat membantu pertukaran air dalam keramba, membersihkan timbunan sisa-sisa metabolisme ikan, dan membawa oksigen terlarut yang sangat
dibutuhkan ikan. Usaha pembesaran ikan dapat dilakukan pada dataran rendah sampai agak tinggi sampai dengan 500 m dari permukaan laut dpl. Sumber air
tersedia sepanjang tahun dengan kualitas air tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyaklimbah pabrik. Kedalaman air minimal 5
meter dari dasar jaring pada saat surut terendah, kekuatan arus 20–40 cmdetik. Persyaratan kualitas air untuk pembesaran ikan adalah pH air antara 6,5–8,6, suhu
air berkisar antara 25–30ºC. Oksigen terlarut lebih dari 5 mgl, kadar garam air 0– 28 ppt, dan amoniak NH3 kurang dari 0,02 ppm Soekartawi, 1989.
2.1.4. Pakan
Peranan pakan sangat penting untuk meningkatkan produksi. Bila pakan yang diberikan hanya seadanya, maka produksi yang dihasilkan tentu sedikit.
Kandungan gizi pakan lebih berperan dibanding jumlah pakan yang diberikan. Jenis pakan yang baik berupa pelet yang mengandung 25 protein. Selain itu juga
dapat diberikan pakan tambahan berupa dedak halus, ampas tahu atau bahan makanan lain yang mudah diperoleh. Pemberian pakan per hari harus, yaitu
sebanyak 3-5 dari berat tubuh ikan Soekartawi, 1989.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5. Pengendalian Penyakit
Ikan dapat diserang berbagai macam penyakit. Demikian juga dalam pembudidayaan, bahkan penyakit tersebut dapat menyerang dalam jumlah yang
lebih besar dan dapat menyebabkan kematian ikan. Oleh karena itu, pencegahan penyakit dan penanggulangan merupakan aspek budidaya yang penting salah
satunya adalah dengan cara pemberian kapur dolomit pada kolam dengan dosis 10-25 grm
2
. Tujuannya adalah untuk membasmi bibit-bibit penyakit yang masih terdapat di dasar kolam dan meningkatkan pH air Soekartawi, 1989.
Faktor-faktor produksi mempengaruhi besar kecilnya produksi usaha budidaya
perikanan. Dalam berbagai pengalaman menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, modal untuk membeli benih, pupuk, dan obat-obatan, upah tenaga kerja
dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang terpenting diantara faktor produksi lainnya Soekartawi, 1989.
Istilah faktor produksi sering juga disebut dengan “korbanan produksi”, karena
faktor produksi tersebut “dikorbankan” untuk menghasilkan produksi. Dalam Bahasa Inggris, faktor produksi ini disebut dengan “input”. Macam faktor
produksi atau input ini, berikut jumlah dan kuantitasnya perlu diketahui oleh seorang produsen. Oleh karena itu untuk menghasilkan suatu produk, maka
diperlukan pengetahuan hubungan antara faktor produksi input dan produk output. Hubungan antara input dan output ini disebut dengan factor relationship
FR. Dalam rumus matematis, FR ini ditulis dengan : Y = f
�
1
, �
2
, �
3
,…Xn
Universitas Sumatera Utara
Dimana : Y
= Produk atau variabel yang dipengaruhi oleh faktor produksi X X
= Faktor produksi atau variabel yang mempengaruhi Y Soekartawi, 1994
Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis jika faktor
produksi yang dipakai menghasilkan hasil maksimum. Dikatakan efisien harga jika nilai dari produk marginal sama dengan harga faktor produksi yang
bersangkutan dan dikatakan efisien ekonomi jika usaha pertanian tersebut mencapai efisien teknis dan sekaligus mencapai efisiensi harga Rahardi, 2000.
Bagi pengusaha yang terjun dalam dunia perikanan atau para investor yang
menginvestasikan modalnya untuk usaha perikanan perlu mengetahui sifat-sifat komoditi ikan. Hal ini penting karena tidak dapat dipungkiri bahwa setiap
penjualan pasti mengharapkan untung dalam usahanya. Dengan mengetahui sifat ikan, budidaya dan pasca panennya dengan sebaik-baiknya maka akan dapat
dihindari kesulitan dan tidak menderita kerugian. Sifat-sifat komoditi perikanan antara lain :
a. Tidak tergantung musim
Berbeda dengan budidaya tanaman, misalnya sayuran, dalam budidaya ikan tidak memperlihatkan musim penghujan atau kemarau. Sewaktu-waktu dapat
dilakukan pembenihan asal syarat-syarat untuk kehidupan ikan terpenuhi. Demikian juga pada saat panen, dapat dilakukan bila ikan telah mencapai
ukuran yang diinginkan.
Universitas Sumatera Utara
b. Dipengaruhi jarak lokasi usaha ke konsumen
Jauh dekatnya lokasi usaha dengan konsumen sangat mempengaruhi harga komoditi ikan. Semakin jauh jarak tersebut, semakin mahal harga ikan di
tangan konsumen karena adanya pengaruh tata niaga. c.
Mudah rusak Tubuh semua jenis ikan mengandung protein dan air yang cukup tinggi serta
pH tubuh yang mendekati netral, sehingga bisa dijadikan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri pembusuk dan mikroorganisme.
d. Resiko tinggi
Ikan memiliki sifat mudah rusak, apabila dalam pemasarannya tidak cepat sampai ke tangan konsumen, akan menyebabkan kerugian pada pengusaha
ikan. e.
Perputaran modal cepat Umumnya waktu yang dibutuhkan dari masa pemijahan sampai ke masa panen
tidak terlalu lama. Hal ini tergantung jenis ikan yang dibudidayakan, bahkan bagi orang-orang yang mengusahakan benihnya saja, dalam waktu 1-2 bulan
modal bisa kembali. Hal ini tergantung pada kesuburan kolam, ukuran ikan yang diharapkan, teknik pemeliharaan. Biasanya untuk ukuran 500-600 grekor
pemanenan dapat dilakukan selama kurang lebih 6 sampai 9 bulan pemeliharaan. Sedangkan untuk ikan lele dapat dipanen pada umur 4 bulan.
Sehingga dengan demikian perputaran modalnya cukup cepat yaitu berkisar antara 4-6 bulan. Pemanenan di kolam dapat dilakukan dengan pengeringan air
hingga tersisa di kemalir parit kolam yang untuk selanjutnya dapat ditangkap dengan diseser Sri, dkk, 2005.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Nilai Gizi Ikan