Pengertian Financial Distress Prediksi Kebangkrutan pada Sektor Property and Real Estate yang terdaftar di BEI: Menggunakan Discriminant Analysis, dan Regreasi Logistik Priode 2007-2010

49 berbagai kemungkinan yang buruk. Tanda-tanda kebangkrutan tersebut dalam hal ini dilihat dalam menggunakan data-data akuntansi.

1. Pengertian Financial Distress

Menurut Rodoni Ali 2010 Financial distress pada dasarnya sukar untuk didefinisikan secara tepat. Hal ini disebabkan oleh bermacam-macam kejadian kejatuhan perusahaan pada saat financial distress. Peristiwa kejatuhan perusahaan yang disebabkan financial distress hampir tidak ada akhirnya, seperti berikut ini : terjadinya pengurangan deviden, penutupan perusahaan, kerugian-kerugian, pemecatan, pengunduran direksi dan jatuhnya harga saham. dalam penelitian terdahulu financial distress dapat diartikan sebagai berikut : a. Jika beberapa tahun perusahaan mengalami laba bersih operasi net operating income negatif, digunakan oleh Hofer 1980 dan Whitaker 1999. b. Adanya pemberhentian tenaga kerja atau menghilangkan pembayaran deviden, digunakan oleh Lau 1987 dan Hill, et al. 1996. c. Arus kas hasil operasi perusahaan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban perusahaan, digunakan oleh Karen Wruck 1990. 50 d. Rendahnya Interest Coverage Ratio, atau EBITDA negatif, diguanakan oleh Asquith, et. al. 1991 dan Pindando, et. al. 2006. e. Perubahan harga ekuitas atau EBIT negatif, diguanakan oleh John, et. al. 1992 dalam Platt 2004. f. Stock–based insolvency yaitu kekayaan bersih negatif dan nilai asset kurang dari nilai hutang dan flow –based insolvency yaitu arus kas yang berjalan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban, digunakan oleh Altman 1993. g. Adanya arus kas yang lebih kecil dari hutang jangka panjang saat ini digunakan Whitaker 1999. h. Perusahaan diberhentikan operasinya atas wewenang pemerintah dan perusahaan tersebut dipersyaratkan untuk melakukan perencanaan restrukturisasi, digunakan oleh Tirapat dan Nittayagasetwat 1999. i. Negatif EBITDA interest coverage, Negatif EBIT, Negative Net Income digunakan oleh Platt 2004. j. Beberapa tahun mengalami laba bersih operasi net operating income negatif dan selama lebih dari satu tahun tidak melakukan pembayaran deviden, digunakan oleh Almilia dan Kristijadi 2003. 51 k. Perusahaan mengalami delisted akibat laba bersih dan nilai buku ekuitas negatif berturut-turut, serta perusahaan tersebut telah merger, digunakan oleh Almilia 2004. Ketidak mampuan membayar hutang insolvency, kondisi dari asset atau milik kewajiban seseorang yang dahulunya tersedia menjadi tidak cukup untuk melunasi hutang. Definisi ini mempunyai dua bagian yaitu Stock dan Flow. Keduanya menggambarkan mengenai ketidakmampuan membayar hutang insolvency stock-based insolvency terjadi ketika perusahaan memiliki kekayaan bersih yang negatif dan nilai asset kurang dari nilai hutang. Flow-based insolvency terjadi ketika arus kas yang berjalan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban yang diminta Rodoni Ali, 2010 : 176. Flow-based insolvency mengacu pada ketidakmampuan perusahaan untuk membayar hutang. Hofer 1980 dalam Platt 2004 mendefinisikan financial distress bilamana perusahaan mempunyai negative Net Income. Whitaker 1999 menerangkan financial distress sebagai penurunan kondisi perusahaan dari kondisi sebelumnya. Penurunan kondisi perusahaan turun disebabkan economic distress, penurunan industri operating income dan poor management, atau penurunan kondisi perusahaan relative terhadap industri. Poor management didefinisikan sebagai kecenderungan penurunan Operating Income, selama lima tahun sebelumnya. Operating Income didefinisikan sebagai net sales dikurangi cost of good sold dikurangi penjualan, biaya 52 umum dan administratif sebelum depresiasi dan sebelum gains dan losses pada penjualan asset. Financial distress pada perusahaan dapat diatasi dengan beberapa cara yaitu Rodoni Ali, 2010 : 175 : 1. Berhubungan dengan asset perusahaan, yaitu dengan menjual aset-aset utama, melakukan merger dengan perusahaan lain, menurunkan pengeluaran dan biaya penelitian dan pengembangan. 2. Berhubungan dengan rekstrukturisasi aset ataupun rekstrukturisasi keuangan. 53 Gambar 2.1 Tahap Financial Distress 49 51 53 47 3 7 10 Sumber: Manajemen keuangan Rodoni dan Ali, 2010 : 175 Gambar 2.1 menjelaskan tahap-tahap financial distress perusahaan sampai dengan kepada kebangkrutan. Sejumlah 49 persen perusahaan mendapatkan manfaat dari financial distress dengan merestrukturisasi aset mereka. Perusahaan yang tidak melakukan restrukturisasi keuangan melakukan penyehatan terhadap hutang sehingga mengubah perilaku perusahaan dan mendesak perusahaan untuk membuang bisnis mereka yang tidak berhubungan Rodoni Ali, 2010 : 171-176. Financial Distress Tidak melakukan rekstrukturisasi keuangan Melakukan rekstrukturisasi keuangan Melaksanakan atas perkara sendiri Melaksanakan atas putusan pengadilan Merger dengan perusahaan lain Likuidasi Melakukan reorganisasi dan berhasil bangkit 54 Restrukturisasi keuangan dapat dilakukan sendiri atau dilakukan atas putusan pengadilan. Dalam gambar tersebut dijelaskan juga, bahwa hampir separuh restrukturisasi atas perkara sendiri. Dan yang melaksanakan restrukturisasi berdasarkan putusan pengadilan sejumlah 53 persen dapat melakukan reorganisasi dan meneruskan usahanya Rodoni Ali,2010 : 171-176 Lebih lanjut, dari kerugian yang terjadi akan mengakibatkan defisiensi modal dikarenakan penurunan nilai saldo laba yang terpakai untuk melakukan pembayaran dividen, sehingga total ekuitas secara keseluruhan pun akan mengalami defisiensi. Jika hal ini terus terjadi, maka tidak mustahil bahwa suatu saat total kewajiban perusahaan akan melebihi total aktiva yang dimilikinya. Kondisi seperti yang telah disebutkan di atas mengasosiasikan suatu perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan financial distress yang pada akhirnya jika perusahaan tidak mampu keluar dari kondisi tersebut di atas, maka perusahaan tersebut akan mengalami kepailitan. Untuk mendeteksi kesulitan keuangan perusahaan dapat digunakan analisis rasio keuangan. Secara umum rasio-rasio seperti profitabilitas, likuiditas, leverage dan cakupan arus kas berlaku sebagai indikator yang paling signifikan dalam memprediksi kesulitan keuangan maupun kebangkrutan Andre, Orina. 2009 : 2-3. 55

2. Faktor-faktor Penyebab Kebangkrutan

Dokumen yang terkait

Kajian Pengaruh Perumahan (Real Estate) Terhadap Tingkat Pelayanan Jalan Studi Kasus: Perumahan Setiabudi Indah Medan

1 45 10

Kajian Pengaruh Perumahan (Real Estate) Terhadap Tingkat Pelayanan Jalan Studi Kasus: Ruas Jalan Setiabudi Medan

1 24 164

PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE, SPRINGATE DAN ZMIJEWSKI PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2011-2013.

0 2 20

Sub sektor property dan real estate

0 0 2

ANALISIS KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 13

ANALISIS PERBANDINGAN PREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN MULTIVARIATE DISCRIMINANT ANALYSIS DAN REGRESI LOGISTIK PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA PERIODE 2010-2014

0 0 17

Sub Sektor Property dan Real Estate No

0 0 21

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SPRINGATE DAN UMUR PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL PENJELAS (Studi Pada Perusahaan Property and Real Estate Yang Terdaftar di BEI) - Perbanas Institutional Repository

0 0 20

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SPRINGATE DAN UMUR PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL PENJELAS (Studi Pada Perusahaan Property and Real Estate Yang Terdaftar di BEI) - Perbanas Institutional Repository

0 0 14

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SPRINGATE DAN UMUR PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL PENJELAS (Studi Pada Perusahaan Property and Real Estate Yang Terdaftar di BEI) - Perbanas Institutional Repository

0 0 25