Bimbingan Skills lab Ketrampilan Proses Bimbingan

commit to user Skills lab ketrampilan adalah suatu fasilitas tempat mahasiswa dapat berlatih ketrampilan yang mereka perlukan, dimana bukan merupakan suatu konteks nyata antara dokter-pasien. Terdapat beberapa kelebihan berlatih ketrampilan di skills lab, antara lain latihan dapat dilaksanakan setelah teori diberikan sehingga dapat membantu proses belajar mahasiswa. Mahasiswa juga dapat mengulang jika terjadi kesalahan dalam melaksanakan ketrampilan tertentu sampai betul-betul trampil. Ketrampilan dapat dilatih tahap demi tahap sehingga menjadi trampil. Saat mahasiswa melaksanakan praktek di skills lab, umpan balik dapat diberikan secara langsung baik dan instruktur maupun dan teman berlatih sehingga bisa segera dievaluasi. Hal ini tidak mungkin untuk dilakukan di depan pasien, karena pasien akan merasa menjadi kelinci percobaan dan mahasiswa menjadi kurang rasa percaya diri.

a. Bimbingan Skills lab Ketrampilan

Sebelum melakukan bimbingan atau pelatihan perlu diketahui beberapa hal antara lain adalah siapa yang melatih, siapa yang dilatih, apa yang dilatihkan, bagaimana proses melatihnya, kapan waktu melatih, dimana tempat berlatih, sarana dan prasarana apa yang dibutuhkan. Hal ini sangat penting untuk mempersiapkan suatu pelatihan ketrampilan agar tercapai tujuan yang diharapkan. Dilihat dari segi siapa yang melatih terdapat beberapa syarat yang harus diperhatikan oleh seorang instruktur atau pelatih antara lain harus berperan dalam suasana yang berbeda, baik pada saat memberikan kuliah maupun pada saat membimbing ketrampilan dengan suatu model yang commit to user digambarkan seperti bentuk aslinya. Instruktur harus mengarahkan pemikiran mahasiswa seperti menghadapi keadaan yang sesungguhnya. Ditinjau dari siapa yang dilatih di laboratoriurn ketrampilan, belajar di pendidikan setingkat akademi adalah cara pembelajaran orang dewasa. Orang dewasa membutuhkan umpan balik positif dan rasa penghargaan atas apa yang telah dilakukan. Dalam kaitannya dengan tujuan belajar, terdapat beberapa tingkatan kinerja suatu pelatihan ketrampilan FIGO, 1997: 18 yaitu: 1 Tingkat awal skill acquisision, merupakan tingkat pertama dalam mempelajari ketrampilan klinik baru. Bantuan dan pengawasan diperlukan untuk memperoleh kinerja yang benar. 2 Tingkat mampu skill competency, merupakan tingkat rnenengah dalam mempelajari ketrampilan klinik baru. Mahasiswa sudah dapat melakukan langkah-langkah dan urutannya dengan memuaskan, tetapi belum efisien. 3 Tingkat mahir skill proficiency, merupakan tingkat akhir dalam mempelajari ketrampilan klinik baru. Mahasiswa sudah dapat melakukan langkah-langkah dan urutannya dengan memuaskan dan efisien.

b. Proses Bimbingan

Menurut Federation of International Gynaecology and Obstetric FIGO, 1997 : 20 dalam Clinical Training Skills-Developing Clinical Skills adalah : commit to user 1 Tahap 1 Mendemonstrasikan ketrampilan klinik meliputi : 2 Tahap 2 Praktek oleh mahasiswa di bawah pengawasan dosen pada model klien 3 Tahap 3 Evaluasi kompetensiketrampilan mahasiswa oleh dosen Abbat dalam Camphell, 1996 : 61 menjelaskan metode yang dapat digunakan oleh pengajar dalam mengajar praktek diantaranya : permainan peran, proyek, simulator, studi kasus, pengalaman kerja, sehingga mahasiswa lebih terbuka dan mandiri untuk mengaplikasikan teori-teori yang ia dapatkan ke dalam proses pembelajaran skills lab. Evaluasi hasil belajar dalam pembelajaran ketrampilan psikomotor sebaiknya memakai cara langsung, yaitu dengan observasi langsung dalam praktek dan akan lebih baik bila dilengkapi dengan observasi tak langsung memakai uji lisan atau kuesioner. Uji lisan menyita banyak waktu dan sering dikritik oleh karena penilaian tidak reliable. Ujian lisan jarang menguji ketrampilan yang penting dan biasanya tidak banyak membantu mahasiswa belajar. Penilaian dengan menggunakan daftar pemeriksaan check list memiliki keuntungan dapat memberikan umpan balik kepada mahasiswa dan pengajar Abbat dalam Camphell, 1996 : 76.

4. Mata Ajaran Keperawatan Medikal Bedah