29
BAB III METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan pendekatan korelasional yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
manajemen kelas terhadap motivasi berprestasi pada siswa.
A. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel tergantung dependent variabel Variabel tergantung pada penelitian ini adalah motivasi berprestasi
achievement motivation.
2. Variabel bebas independent variabel Variabel bebas dipilih dan dimanipulasi oleh peneliti untuk melihat efeknya
terhadap variabel lain. Adapun variabel bebas pada penelitian ini adalah manajemen kelas classroom management.
B. Defenisi Operasional 1. Variabel tergantung: motivasi berprestasi
Motivasi berprestasi adalah dorongan yang terdapat dalam diri individu untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing, sehingga individu selalu berusaha
atau berjuang untuk meningkatkan atau memelihara kemampuannya setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan, baik
Universitas Sumatera Utara
yang berasal dari standar prestasinya sendiri di masa yang telah lalu ataupun prestasi orang lain.
Motivasi berprestasi diukur dengan menggunakan Skala Motivasi Berprestasi berdasarkan teori McClelland 1987 mengenai karakteristik individu
dengan motivasi berprestasi. Adapun karakteristik individu dengan motivasi berprestasi pada penelitian ini ada lima, yaitu: pemilihan tingkat kesulitan tugas,
ketahanan atau ketekunan dalam mengerjakan tugas, harapan terhadap umpan balik feedback, harapan atas hadiah, dan kemampuan dalam melakukan inovasi.
Semakin tinggi skor yang didapat individu dalam Skala Motivasi Berprestasi ini, maka semakin tinggi motivasi berprestasi individu. Semakin rendah skor yang
didapat individu dalam Skala Motivasi Berprestasi, maka semakin rendah motivasi berprestasinya.
2. Variabel bebas: manajemen kelas classroom management
Manajemen kelas adalah usaha sadar guru untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis yang mengarah kepada penyiapan bahan
belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi dan kondisi proses belajar mengajar serta pengaturan waktu sehingga
pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai. Manajemen kelas pada penelitian ini diukur dengan menggunakan metode
kuesioner yang disebarkan kepada beberapa orang guru dan mengobservasi guru pada saat sedang mengajar. Pengukuran dengan metode kuesioner maupun
observasi didasarkan pada aspek-aspek manajemen kelas yang diungkap oleh
Universitas Sumatera Utara
Dirjen. PUOD dan Dirjen. Dikdasmen dalam Hadis, 2006, yaitu aspek penyiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang
belajar, kondisi proses belajar mengajar, dan pengaturan waktu.
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi dan sampel
Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas 5 sekolah dasar swasta Pertiwi yang berlokasi di Jalan Budi Pembangunan No. 1 Pulo Brayan Darat,
Medan. Usia rata-rata siswa adalah 10-12 tahun. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas 5 yang terpilih
secara acak yaitu siswa-siswi kelas 5-4, 5-5, dan 5-6. Alasan pemilihan sampel kelas 5 adalah karena siswa kelas 5 SD memiliki karakteristik yang
memungkinkan untuk diteliti secara langsung terhadap sampel, sedangkan alasan pemilihan SD Swasta Pertiwi karena jumlah kelas 5 di sekolah cukup banyak
yaitu 9 buah kelas. Banyaknya kelas ini memungkinkan penelitian dilakukan di dalam kondisi kebijakan, peraturan, kondisi sekolah yang sama, yang tentunya
berkaitan dengan manajemen kelas guru.
2. Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengambilan sampel acak klaster cluster random sampling. Dalam teknik
pengambilan sampel ini, sampel diambil secara acak terhadap kelompok- kelompok individu, bukan terhadap subjek secara individual Winarsunu, 2002.
Universitas Sumatera Utara
Prosedur klaster dilakukan dalam menentukan sampel penelitian, siswa siswi yang terpilih bukan sebagai individu tetapi sebagai kelompok individu yang
berasal dari satu kelas. Prosedur random dilakukan dalam menentukan tiga buah kelas dari total sembilan buah kelas. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 65
orang.
D. Instrumen yang Digunakan
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan skala untuk mengukur motivasi berprestasi yang dikenakan pada siswa dan metode kuesioner serta observasi
untuk mengukur kemampuan manajemen kelas classroom management guru.
1. Pengukuran motivasi berprestasi siswa
Motivasi merupakan suatu konstrak atau konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu, sehingga pengukuran motivasi
berprestasi pada siswa menggunakan skala Azwar, 2005. Pertimbangan penggunaan skala dalam pengukuran motivasi berprestasi
adalah sebagai berikut Hadi, 2000: a.
subjek adalah individu yang paling tahu tentang dirinya, b.
apa yang dinyatakan subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya,
c. interpretasi subjek tentang peryataan-pernyataan yang diajukan kepadanya
cenderung sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.
Universitas Sumatera Utara
Skala Motivasi Berprestasi ini dibuat berdasarkan karakteristik individu dengan motivasi berprestasi, yaitu:
a. Memilih tugas dengan tingkat kesulitan menengah moderate task
difficulty, b.
Bertahan atau tekun dalam mengerjakan berbagai tugas, tidak mudah menyerah ketika mengalami kegagalan dan cenderung untuk terus
mencoba menyelesaikan tugas, c.
Mengharapkan umpan balik feedback yang sifatnya konkret atau nyata mengenai seberapa baik hasil kerja yang telah dilakukan,
d. Tidak mengharapkan hadiah reward, individu lebih tertarik untuk
merasakan kepuasan intrinsik intrinsic satisfaction, e.
Inovatif, melakukan sesuatu lebih baik dengan cara berbeda dari biasanya, menghindari hal-hal rutin, aktif mencari informasi untuk menemukan cara
yang lebih baik dalam melakukan sesuatu, dan cenderung menyukai hal- hal yang sifatnya menantang.
Skala Motivasi Berprestasi menggunakan model skala Likert di mana peneliti menggunakan 4 pilihan jawaban, yaitu SS sangat sesuai, S sesuai, TS
tidak sesuai, dan STS sangat tidak sesuai. Penilaian bergerak dari 3 sampai 0 untuk aitem-aitem yang favorabel dan 0 sampai 3 untuk aitem-aitem yang
unfavorabel.
Universitas Sumatera Utara
Di bawah ini adalah tabel penilaian Skala Motivasi Berprestasi. Tabel 1. Penilaian Skala Motivasi Berprestasi
Bentuk Pernyataan
Skor SS S TS
STS
Favorable 3 2 1 0
Unfavorable 0 1 2 3
Semakin tinggi skor yang diperoleh siswa dalam Skala Motivasi Berprestasi ini, maka semakin tinggi motivasi berprestasi siswa dan semakin
rendah skor yang diperoleh siswa dalam Skala Motivasi Berprestasi ini, maka semakin rendah motivasi berprestasi pada siswa.
Skala Motivasi Berprestasi memiliki distribusi aitem-aitem sebagaimana terdapat pada blue print tabel 2.
Tabel 2. Blue Print Skala Motivasi Berprestasi Sebelum Uji Coba
No. Karakteristik
Aitem Total
Favorable Unfavorable
1. Pemilihan tingkat
kesulitan tugas 1, 11, 21, 31
6, 16, 26, 36 8
2. Ketahanan atau
ketekunan dalam mengerjakan tugas
2, 12, 22, 32, 41
7, 17, 27, 37, 43
10 3.
Harapan terhadap umpan balik feedback
8, 18, 28, 38 3, 13, 23, 33
8 4.
Harapan atas hadiah reward
9, 19, 29, 39 4, 14, 24, 34
8 5. Kemampuan
dalam melakukan inovasi
10, 20, 30, 40, 42, 45
5, 15, 25, 35, 44,46
12
Total 23 23
46
2. Pengukuran manajemen kelas
a. Metode kuesioner digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
kelas pada guru karena kuesioner dapat mengungkap data faktual atau
Universitas Sumatera Utara
yang dianggap fakta dan kebenaran yang diketahui oleh subjek Azwar, 2005.
Aspek-aspek manajemen kelas yang akan diukur melalui metode kuesioner yaitu:
1. penyiapan bahan belajar Guru diharapkan membuat perencanaan yang dituangkan dalam bentuk
persiapan mengajar atau satuan acara pelajaran satpel sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Kemp dalam Widyastono,
2006 mengatakan bahwa dalam menyusun persiapan mengajar, pada hakikatnya, guru harus mengetahui apa yang harus diajarkan tujuan
pengajaran, prosedur dan sumber yang digunakan untuk mencapai tujuan, dan bagaimana mengevaluasi pembelajaran.
2. penyiapan sarana dan alat peraga Guru dituntut memaksimalkan proses belajar mengajar dengan
keharusan memiliki kemampuan menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam sesuai mata pelajaran, misal: alat yang tersedia
atau yang dibuat sendiri, gambar, studi kasus, nara sumber dan sebagainya.
3. pengaturan ruang belajar Eggen dan Kauchack 2004 mengatakan bahwa pengaturan ruang
belajar mengacu pada aspek fisik kelas, sehingga guru harus mempertimbangkan beberapa hal, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a visibility: kelas harus diatur sehingga setiap siswa dapat melihat
papan tulis, proyektor atau tampilan lain. b
accessibility: kelas harus didisain sehingga akses untuk area yang padat tetap bersih dan terpisah dari tempat lainnya seperti tempat
menyimpan minum, loker dan sebagainya. c
distractibility: kelas harus diatur sehingga gangguan-gangguan yang potensial seperti lalu lalang orang tidak terlihat melalui pintu dan
jendela kelas. d
pencahayaan, guru memperhatikan kapan lampu atau penerangan lainnya harus dihidupkan atau sebaliknya.
e suhu dan sirkulasi udara, guru memperhatikan apakah siswa merasa
suhu ruangan cukup nyaman untuk belajar atau tidak. f
kebisingan, bagaimana guru melindungi kelas dari kebisingan yang berasal dari luar ruang kelas.
g pajangan, bagaimana pajangan di kelas di tata, apakah diatur oleh
guru, baik itu digantung di dinding maupun dipajang di lemari penyimpanan khusus.
h pengaturan posisi duduk siswa, adakah rotasi duduk yang dilakukan
secara rutin atau prioritas tempat duduk paling depan bagi siswa berkebutuhan khusus.
i kebersihan kelas, kebersihan, bagaimana kebersihan di kelas,
apakah tersedia alat-alat kebersihan dan bagaimana melibatkan siswa dalam menjaga kebersihan kelas.
Universitas Sumatera Utara
4. mewujudkan situasi belajar mengajar yang kondusif a
ada peraturan dan prosedur yang ditegakkan b
kemampuan guru dalam penegakan aturan di dalam kelas sebagai bentuk pencegahan maupun penanganan terhadap perilaku siswa
yang mengganggu. c
kemampuan guru dalam menciptakan suasana aktif sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan
mengemukakan gagasan. d
kemampuan guru dalam menciptakan kegiatan belajar kreatif yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.
e suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa
memusatkan perhatiannya secara penuh pada saat belajar. f
penampilan fisik guru, berkaitan dengan bagaimana penampilan fisik guru saat mengajar, apakah pakaian serta riasan yang
digunakannya sesuai dengan perannya sebagai guru. g
kedisiplinan guru di kelas, berkaitan dengan kedisiplinan untuk hadir tepat waktu dan perilaku lainnya saat berada di dalam kelas.
h intonasi yaitu tinggi rendahnya suara guru saat mengajar serta
volume suara. i
pemilihan istilah atau bahasa dalam menerangkan pelajaran 5. pengaturan waktu
a. smoothness yaitu guru mampu memberi pelajaran secara terurut dan
menghindari loncatan-loncatan
dari satu topik ke topik lain.
Universitas Sumatera Utara
b. withitness yaitu kemampuan guru untuk mengetahui apa yang dilakukan
siswanya. c. overlapping yaitu kemampuan guru dalam melakukan interupsi
secara diam-diam, tanpa menghentikan pelajaran dan tanpa diketahui siswa lainnya.
d. transition yaitu guru mampu mengatur dari satu aktivitas ke aktivitas lain seperti dari satu mata pelajaran ke mata pelajaran lain
atau dari satu pelajaran ke waktu istirahat. Tabel 3. Penilaian Kuesioner Manajemen Kelas
Pilihan Jawaban Skor
TP 0 KD 1
SR 2 SL 3
Semakin tinggi skor yang diperoleh guru dalam Kuesioner Manajemen Kelas, maka semakin tinggi kemampuan manajemen kelas guru dan semakin
rendah skor yang diperoleh guru dalam Kuesioner Manajemen Kelas, maka semakin rendah kemampuan manajemen kelasnya.
Universitas Sumatera Utara
Kuesioner Manajemen Kelas memiliki distribusi aitem-aitem sebagaimana terdapat pada blue print tabel 4.
Tabel 4. Blue Print Kuesioner Manajemen Kelas Sebelum Uji Coba
Aspek Aitem
Favorable Aitem
Unfavorable Jumlah
1. Penyiapan
bahan belajar 1,2,3,4,5 9,18,19,20,24 10
2. Penyiapan sarana dan alat
peraga 6,7,8 21,22,23 6
3. Pengaturan ruang belajar
10,11,12,13,1 4,15,16,17,25,
26,27,28,29,3 0.
31,32,33,34,35,36,3 7,38,39,40,41,42,43
,44. 28
4. Mewujudkan situasi dan
kondisi proses belajar
mengajar 45,46,47,48,4
9,50,51,52,53, 54,55,56,57
58,59,60,61,62,63,6 4,65,66,67,68,69,70
, 26
5. Pengaturan waktu
71,72,73,74 75,76,77,78 8
Total 39 39 78 b.
Metode observasi digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen kelas karena observasi memberikan data dari seting alami Hadi, 2000.
Teknik observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi sistematik yang disebut juga observasi berkerangka structured
observation. Pelaksanaan observasi sistematik menggunakan pedoman pelaksanaan observasi untuk membatasi lingkup observasi. Jumlah aitem
dalam observasi adalah 40 aitem.
Universitas Sumatera Utara
Setiap aitem memiliki jenjang penilaian yang bergerak dari skor 0 hingga 2.
Tabel 5. Penilaian aitem Observasi Manajemen Kelas
Skor Jenis aitem
Manajemen kelas tidak efektif 1
Manajemen kelas cukup efektif, namun belum maksimal
2 Manajemen kelas efektif
Semakin tinggi skor yang diperoleh guru dalam Observasi Manajemen Kelas, maka semakin tinggi kemampuan manajemen kelas
guru dan semakin rendah skor yang diperoleh guru dalam Observasi Manajemen Kelas, maka semakin rendah kemampuan manajemen kelas
guru. Berikut adalah Pedoman Pelaksanaan Observasi Manajemen Kelas
yang dibuat guna membatasi lingkup observasi dan memudahkan pengamatan oleh kedua observer.
Tabel 6. Pedoman Pelaksanaan Observasi Pelaku Interaksi: Guru
ASPEK INDIKATOR
1. Penyiapan bahan
belajar a.
persiapan materi dalam bentuk persiapan mengajar atau satuan acara pelajaran.
b. mengetahui apa yang harus diajarkan tujuan
pengajaran. c.
menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
d. mengevaluasi pembelajaran, bagaimana guru menilai
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
Universitas Sumatera Utara
2. Penyiapan sarana dan
alat peraga a.
mempersiapkan media pembelajaran, peralatan pembelajaran atau alat mengajar yang digunakan untuk
membantu kegiatan belajar mengajar. • Media pembelajaran: segala sesuatu yang digunakan
untuk melakukan pembelajaran, seperti: patung anatomi tubuh, mikroskop, globe, peta, dsb.
• Peralatan pembelajaran: kelengkapan yang memperlancar kegiatan belajar mengajar, seperti:
papan tulis, OHP, infocus. • Alat mengajar: segala sesuatu yang digunakan guru
untuk membantu kegiatan guru dalam mengajar, seperti: kapur tulis, spidol, penghapus papan tulis,
penggaris panjang, dsb.
b. penggunaan ketersediaan media pembelajaran,
peralatan pembelajaran atau alat mengajar di kelas. c.
memiliki kemampuan menggunakan media pembelajaran, peralatan pembelajaran atau alat
mengajar.
3. Pengaturan ruang belajar
a. visibility: kelas harus diatur sehingga setiap siswa dapat
melihat papan tulis, proyektor atau tampilan lain. b.
accessibility: kelas harus didisain sehingga akses untuk area yang padat tetap bersih dan terpisah dari tempat
lainnya seperti tempat menyimpan minum, loker dan sebagainya.
c. distractibility: kelas harus diatur sehingga gangguan-
gangguan yang potensial seperti lalu lalang orang tidak terlihat melalui pintu dan jendela kelas.
d. pencahayaan, guru memperhatikan kapan lampu atau
penerangan lainnya harus dihidupkan atau sebaliknya. e.
suhu dan sirkulasi udara, guru memperhatikan apakah siswa merasa suhu ruangan cukup nyaman untuk belajar
atau tidak. f.
kebisingan, bagaimana guru melindungi kelas dari kebisingan yang berasal dari luar ruang kelas.
g. pajangan, bagaimana pajangan di kelas di tata, baik itu
digantung di dinding maupun dipajang di lemari penyimpanan khusus.
h. pengaturan posisi duduk siswa, apakah posisi duduk
siswa sesuai dengan kebutuhannya. i.
kebersihan kelas.
Universitas Sumatera Utara
4. Mewujudkan situasi dan
kondisi proses belajar
mengajar a.
ada peraturan dan prosedur yang ditegakkan peraturan: pernyataan yang menjelaskan apa yang
harus dilakukan dan apa yang dilarang dilakukan selama di kelas.
prosedur: penjelasan mengenai bagaimana melakukan sesuatu, menyangkut pergerakan siswa student
movement maupun obrolan siswa student talk dan bagaimana siswa melakukan rutinitasnya.
b. kemampuan guru dalam penegakan aturan di dalam kelas
sebagai bentuk pencegahan maupun penanganan terhadap perilaku siswa yang mengganggu.
c. kemampuan guru dalam menciptakan suasana aktif
sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
d. guru menciptakan kegiatan belajar kreatif yang beragam
sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. e.
suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada saat
belajar.
f. penampilan fisik guru
g. kedisiplinan guru di kelas
h. intonasi yaitu tinggi rendahnya suara guru saat mengajar
serta volume suara. i.
pemilihan istilah atau bahasa dalam menerangkan pelajaran.
5. Pengaturan waktu
a. smoothness yaitu guru mampu memberi pelajaran secara
terurut dan menghindari loncatan-loncatan dari satu topik ke topik lain atau dari satu pelajaran ke pelajaran lain.
b. withitness yaitu kemampuan guru untuk mengetahui apa
yang dilakukan siswanya. c.
overlapping yaitu kemampuan guru dalam melakukan interupsi secara diam-diam, tanpa menghentikan
pelajaran dan tanpa diketahui siswa lainnya.
d. transition yaitu guru mampu mengatur dari satu aktivitas
ke aktivitas lain seperti dari satu mata pelajaran ke mata pelajaran lain atau dari satu pelajaran ke waktu istirahat.
Universitas Sumatera Utara
E. Validitas, Reliabilitas dan Uji Daya Beda Alat Ukur
1. Validitas Item Pengujian validitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji coba alat ukur
dalam menjalankan fungsinya. Validitas isi adalah sejauh mana suatu tes yang merupakan seperangkat soal, dilihat dari isinya benar-benar mengukur apa yang
dimaksudkan untuk diukur Hadi, 2000. Validitas isi juga merupakan validitas yang diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional dan
melalui professional judgement Azwar, 2004. Dalam penelitian ini, peneliti meminta professional judgement dari dosen eksperimen dan dosen pembimbing
skripsi di Fakultas Psikologi USU.
2. Reliabilitas Alat Ukur Reliabilitas alat ukur menunjukkan derajat keajegan atau konsistensi alat
ukur yang bersangkutan bila diterapkan beberapa kali pada kesempatan yang berbeda Hadi, 2000. Reliabilitas alat ukur yang dapat dilihat dari koefisien
reliabilitas merupakan indikator konsistensi butir-butir pernyataan tes dalam menjalankan fungsi ukurnya secara bersama-sama. Reliabilitas alat ukur ini
sebenarnya mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran Azwar, 2000.
Dalam penelitian ini teknik reliabilitas yang digunakan adalah teknik satu kali pengukuran atau disebut juga konsistensi internal Suryabrata, 2000.
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan koefisien reliabilitas alpha.
Universitas Sumatera Utara
Pengujian reliabilitas skala penelitian dilakukan dengan mengolah data-data dengan bantuan program SPSS 15,0 for Windows.
3. Uji Daya Beda Uji daya beda butir pernyataan dilakukan untuk melihat sejauhmana butir
pernyataan mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja yang
digunakan dalam analisis butir pernyataan ini adalah dengan memilih butir-butir pernyataan yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes.
Dengan kata lain, peneliti memilih butir pernyataan yang mengukur hal yang sama dengan apa yang diukur oleh tes sebagai keseluruhan Azwar, 1999.
Pengujian daya beda aitem ini dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada aitem dengan suatu kriteria yang relevan yaitu
skor aitem dikorelasikan dengan skor total tes. Prosedur pengujian ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total yang dikenal dengan indeks
diskriminasi aitem Azwar, 2004. Pengujian daya beda aitem ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 15.0 for Windows.
F. Hasil Uji Coba Alat Ukur 1. Skala Motivasi Berprestasi