1. Menyelidiki apakah remaja itu tergolong berperilaku sehat secara sosial- psikologis
2. Latar belakang apa yang menyebabkan remaja berperilaku menyimpang, apakah faktor lingkungan keluarga, sekolah, teman, atau lainnya.
3. Tumbuhkan motivasi bahwa remaja memiliki psikis yang sehat, serta motivasinya untuk menghadapi kehidupan masa mendatang.
4. Salurkan remaja terhadap pelatihan keterampilan dan kembangkan pengetahuan serta tanamkan mental untuk dapat mandiri, bertanggung
jawab, dan aktif kreatif. d.
Tindakan korektif Orang tua memberikan penanganan yang efektif dan tepat atas gangguan
yang dialami remaja. Misalnya dengan memberikan terapi, baik psikologis, spiritual dan medis, maupun secara sosial-psikologis Iriany, 2006.
2.6 Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Remaja
Pada umumnya seseorang memasuki usia remaja itu tanpa didasari oleh pengetahuan yang memadai tentang seks. Hal ini disebabkan orang tua tabu
membicarakan seks dengan anaknya sehingga anak berpaling kesumber-sumber lain yang tidak akurat, khususnya teman. Sikap mentabukan seks ini tidak hanya
terdapat pada orang tua saja, tetapi juga pada anak-anak itu sendiri. Sikap mentabukan seks pada remaja hanya mengurangi kemungkinan untuk
membicarakannya secara terbuka, tetapi tidak menghambat hubungan seks itu sendiri Sarwono, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Wilopo 2002, pengetahuan remaja Indonesia mengenai masalah kesehatan reproduksi memang masih sangat minim. Hal ini disebabkan
kurangnya informasi kesehatan reproduksi baik dari sekolah maupun lingkungan keluarganya.
Berdasarkan hasil survey SKRRI 2002-2003, pengetahuan seks remaja Indonesia masih relatif rendah, pengetahuan remaja laki laki hanya 46,1 dan
pengetahuan remaja perempuan hanya sekitar 43,1 SKRRI, 2004. Dari data lain diketahui hanya 55 remaja yang mengetahui proses kehamilan dengan
benar, 42 mengetahui tentang HIV AIDS dan hanya 24 mengetahui tentang PMS Baseline Survey, 1999.
Selain itu ada 86 remaja, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak mengerti tentang kapan terjadinya masa subur. Disamping
itu, hanya satu diantara dua remaja yang mengetahui adanya kemungkinan hamil apabila melakukan hubungan seks meskipun hanya sekali SKRRI, 2004.
Kurangnya pengetahuan seks remaja menyebabkan meningkatnya perilaku seks bebas dikalangan remaja sehingga meningkatkan resiko kehamilan
usia remaja dan penyakit menular seksual Soetjiningsih, 2004. Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
terbentuknya sikap. Berdasarkan hasil survey LDFEUI NFPCB 1999, ada 2,2 remaja Indonesia setuju apabila berhubungan seks sebelum menikah. Menurut
Dianawati 2006, sikap remaja yang kurang baik dalam menghadapi seks bebas dikarenakan kurangnya pengetahuan remaja tentang seks bebas tersebut.
Kurangnya pengetahuan remaja dikarenakan remaja kurang menerima dan
Universitas Sumatera Utara
menghargai arahan yang diberikan dari orangtua, sehingga remaja lebih senang menggali informasi mengenai seks bebas dengan teman-teman terdekatnya.
Berdasarkan hasil penelitian PSK UII Pusat Studi Kriminologi Universitas Indonesia 1991 Yogyakarta menunjukkan bahwa dari 1200 remaja,
23.1 sudah berciuman bibir diwaktu pacaran, 11.9 sudah memegang buah dada, 8.7 sudah pegang alat kelamin, bahkan 4.2 sudah melakukan hubungan
kelamin Sriwidodo, 1992.
Universitas Sumatera Utara
BAB III KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep penelitian ini dimodifikasi dari teori Green tahun 1980 dalam Notoatmodjo, 2007 tentang teori perilaku, seperti yang
tergambar dalam kerangka konsep berikut ini:
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
3.2 Defenisi Koseptual
3.2.1 Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu Notoadmodjo, 2007.
3.2.2 Sikap adalah reaksi atau respon dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek Notoadmodjo, 2007.
3.2.3 Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati langsung oleh pihak
luar Notoadmodjo, 2007. Perilaku Remaja dalam
Menghadapi Seks Bebas Pengetahuan
Sikap
Universitas Sumatera Utara