Gambaran Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian Luka Bakar Ringan Di Perumahan Bagasasi Cikarang

(1)

GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP

KEJADIAN LUKA BAKAR RINGAN

DI PERUMAHAN BAGASASI CIKARANG

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Kekeperawatan ( S.Kep )

Disusun oleh:

Laila Muthohharoh

NIM.1111104000036

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H / 2015 M


(2)

(3)

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA

Undergraduate Thesis, July 2014

Laila Muthohharoh, NIM: 1111104000036

Students’s Perception for Interprofessional Education at The Faculty of Medicine and Health Sciences Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta

xvii + 81 pages + 13 tables + 2 schemes + 7 attachments

ABSTRACT

Burn is kind of trauma with high morbidity and mortility so it needs a special caring which starting from the first fase and ending fase. Health Departement RI (2011) show, burn prevalence in Indonesia 2,2%. Mostly 69% injury burns happen at home. The first act which can decsrease damage because of burns had to be known picture of people’s behavior towards the incident of minor burns. The purpose of this study was to get examinated the picture’s of people’s behavior towards the incident of burns at Perumahan Bagasasi Cikarang. This study was quantitative with descriptive design. Samples of this study was 60 adults at Perumahan Bagasasi Cikarang with experience to take care of the injury of burns with purposive sampling metode. Data were obtained using a structured questionnaire. Data analysis using a univariate. The result show that causes burns often occur are exposed to hot water and hot oil (21,5%) and actions are often done by toothpaste (20,2%). This study suggested to medic team to increase health promotion related to handling of burn.

Keyword: Behavior, First Treatment of Burns, Society References: 77 ( years 2002-2013)


(4)

iv

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Juli 2014

Laila Muthohharoh, NIM: 1111104000036

Gambaran Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian Luka Bakar Ringan Di Perumahan Bagasasi Cikarang

xvii+ 81 halaman + 13 tabel + 2 bagan + 7 lampiran

ABSTRAK

Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi sehingga memerlukan perawatan yang khusus mulai fase awal hingga fase akhir. Menurut Departemen Kesehatan RI (2008), prevalensi luka bakar di Indonesia adalah 2,2 %.Sebagian besar 69% cidera luka bakar terjadi di rumah. Tindakan pertama yang tepat dapat mengurangi kerusakan akibat luka bakar maka perlu diketahui gambaran perilaku masyarakat terhadap kejadian luka bakar ringan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku masyarakat terhadap kejadian luka bakar ringan di Perumahan Bagasasi Cikarang. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif. Sampel penelitian adalah 60 masyarakat dewasa di Perumahan Bagasasi Cikarang yang mempunyai pengalaman menangani luka bakar dengan metode pengambilan sampel purposive sampling.

Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Analisis data yang digunakan adalah univariat. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyebab luka bakar yang sering terjadi yaitu terkena air panas dan minyak panas (21,5%), tindakan yang sering dilakukan yaitu dengan menggunakan pasta gigi (20,2%). Disarankan kepada petugas kesehatan di wilayah setempat agar meningkatkan promosi kesehatan terkait penanganan luka bakar.

Kata kunci: perilaku, penanganan pertama luka bakar, masyarakat Referensi: 77 ( tahun 2002-2013)


(5)

(6)

(7)

(8)

viii

Nama : LAILA MUTHOHHAROH

Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi, 09 Maret 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Industri No. 30 RT. 002/004 Cikarang Utara – Bekasi

HP : 083875254948

E-mail : lailamuthaharah@rocketmail.com

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program Studi

Ilmu Keperawatan

Riwayat Pendidikan : TK Islam An-Nida Cikarang (1997-1999)

SDN Karang Baru 04 Cikarang (1999-2005)

MTs Pondok Pesantren Al- Hamidiyah Depok (2005-2008)

MA Pondok Pesantren Al- Hamidiyah Depok (2008-2011)

Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT, Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan baginda nabi besar Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabat beserta pengikutnya hingga akhir zaman. Atas kekuasaan dan izin Allah SWT skripsi dengan judul “Gambaran Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian Luka Bakar Ringan di Perumahan Bagasasi Cikarang” telah selesai. Dalam penulisan skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. Namun, dengan bantuan berbagai pihak proposal skripsi ini dapat terselesaikan, oleh karena itu tiada ungkapan yang lebih pantas diucapkan kecuali ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Arief Sumantri, S.KM., M. Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc selaku Kepala Program Studi dan Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB.selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB. Selaku Dosen Pembimbing pertama dan Ibu Ns. Gusrina Komara Putri, S.Kep., M.S.N. selaku Dosen Pembimbing kedua yang senantiasa dengan sabar, tekun, tulus, dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran–saran yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun skripsi.

5. Ibu Nia Damiati, S.Kp., MSN. Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa memberikan saran dan masukan selama penulis melakukan studi di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan ilmu yang sangat berguna untuk perbekalan penulis.

7. Ayah (H.I. Kosim Basyari), ibu (Hj. Masnah) dan kakak–kakakku tersayang yang selalu sabar mendengarkan keluh kesah, serta memberi nasehat dan motivasi yang sangat membantu.


(10)

x

baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT, penulis menyerahkan segalanya dengan harapan semoga amal baik yang telah dicurahkan guna membantu penyusunan skripsi ini mendapat balasan. Aamiin. Penulis menyadari bahwa penulisan proposal skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis menerima segala bentuk kritik, saran, dan masukan yang membangun demi perbaikan di masa mendatang.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Jakarta , Februari 2015


(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Pernyataan Keaslian Karya ... ii

Abstract ... iii

Abstrak ... iv

Pernyataan Persetujuan ... v

Lembar Pengesahan ... vi

Daftar Riwayat Hidup ... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... xi

Daftar Tabel ... xiv

Daftar Bagan... xv

Daftar Lampiran... xvi

BAB I PENDAHULUAN A . Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Pertanyaan Penelitian ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6


(12)

xii

B. Konsep Masyarakat ... 13

C. Konsep Penanganan Luka Bakar ... 15

D. Penelitian Terkait ... 25

E. Kerangka Teori ... 27

BAB III KERANGKA KONSEP dan DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep ... 28

B. Definisi Operasional ... 29

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 30

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 30

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 32

D. Metode Pengumpulan Data ... 32

E. Instrumen Penelitian ... 33

F. Uji Validitas dan Reabilitas ... 35

G. Teknik Pengolahan Data ... 39

H. Metode Analisa Data ... 40

I. Etika Penelitian ... 40

BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Tempat Penelitian ... 43

B. Karakteristik Umum Responden ... 43


(13)

xiii BAB VI PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden ... 47

B. Penyebab Luka Bakar ... 48

C. Tindakan Saat Terjadi Luka Bakar ... 49

D. Gambaran Perilaku Masyarakat Dalam Memilih Pelayanan Kesehatan ... 52

E. Keterbatasan Penelitian ... 54

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58


(14)

xiv

Tabel 2.1 Klasifikasi American Burn Association (2012) 20

Tabel 3.1 Definisi Operasional 29

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Data Demografi Responden (N=60) 44

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Penyebab Luka Bakar (N=60) 45

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tindakan Yang Sering Dilakukan Responden (N=60) 45


(15)

xv

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan2.1 Kerangka Teori 27


(16)

xvi Lampiran 1. Izin Pengambilan Data dan Penelitian

Lampiran 2. Permohonan Partisipasi Penelitian

Lampiran 3. Informed Consent

Lampiran 4. Kuesioner

Lampiran 5. Hasil Olah SPSS


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lapisan pertahanan pertama yang melindungi tubuh dari serangan

mikroorganisme adalah kulit (Taylor, Lillis & Lemone, 2005). Masalah kulit yang

sering dialami oleh manusia adalah luka. Secara umum, pengertian luka adalah

rusaknya struktur jaringan dan fungsi anatomis normal sebagai akibat adanya

proses patologis yang berasal dari internal maupun eksternal yang mengenai organ

tertentu (Potter & Perry, 2005). Selain itu, pengertian luka adalah gambaran

terganggunya kontinuitas sel-sel yang dengan sendirinya akan diikuti dengan

penyembuhan luka tersebut sebagai respon. Ada beberapa jenis luka, salah

satunya adalah luka bakar (Smelzer, 2003).

Luka bakar adalah cidera akibat kontak langsung atau terpapar dengan

sumber-sumber panas (thermal), listrik (electric), zat kimia(chemical), atau radiasi

(radiation)(Jong, 2011).Luka bakar dapat diklasifikasikan berdasarkan luas luka

bakar dan derajat luka bakarnya, ada luka bakar ringan yang dapat dengan mudah

ditangani di klinik rawat jalan dan luka bakar berat yang dapat mengakibatkan

kegagalan sistem organ dan perawatan yang berkepanjangan di rumah sakit. Luka

bakar sangat berbahaya, jika salah dan terlambat dalam penanganan akan

berakibat fatal dari kecacatan hingga kematian (Moenadjat, 2010).

Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas

tinggi sehingga memerlukan perawatan yang khusus mulai fase awal hingga fase


(18)

menyebabkan 195.000 kematian per tahun di seluruh dunia terutama di negara

miskin dan berkembang. Luka bakar yang tidak menyebabkan kematian dapat

menimbulkan kecacatan pada penderitanya. Tingkatmortalitas dan morbiditas akibat luka bakar di negara berkembang sekitar 11,6 per 100.000 penduduk.Menurut Departemen Kesehatan RI (2008), prevalensi luka bakar di

Indonesia adalah 2,2%. Tingkat luka bakar tertinggi di negara berkembang terjadi

pada kalangan perempuan sedangkan di negara maju tertinggi pada kalangan

laki-laki. Kelompok terbesar dengan kasus luka bakar adalah anak-anak kelompok usia

dibawah 6 tahun. Puncak insiden kedua adalah luka bakar akibat kerja yaitu pada

usia 25-35 tahun (schrock, 2007). Sebagian besar 80% cidera luka bakar terjadi di

rumah dan 20% terjadi di tempat kerja(Peck, 2012)

Menurut penelitian James (2007), bahwa orang tua atau orang dewasa yang

berperan dalam melakukan penanganan pada saat terjadi cidera di rumah. Usia

dewasa menurut DepKes RI (2009), adalah seseorang dengan usia 26-45 tahun.

Perkembangan fungsi aspek-aspek fisik maupun pola berpikir kelompok usia terus

berkembang sesuai dengan jenis pekerjaan, pendidikan, pengalaman yang didapat.

Hal tersebut disebabkan oleh faktor internal yaitu faktor genetik sedangkan faktor

eksternal atau lingkungan yaitu keluarga, teman sebaya, pengalaman hidup, dan

kesehatan (Aliah, 2006).

Setiap manusia berkeinginan untuk hidup sehat tindakan manusia dalam

mempertahankan kesehatan tersebut mengakibatkan terjadinya pemanfaatan

pelayanan kesehatan yang ada, baik pengobatan tradisional maupun pengobatan

modern. Sejak dahulu manusia telah mengenal beberapa jenis penyakit, cara


(19)

3

sebagian anggota masyarakat dalam mencari pemecahan masalah kesehatan atau

kebiasaan mencari pengobatan yaitu, sebagian besar masyarakat di Indonesia akan

mencoba mengobati sendiri terlebih dahulu ketika sakit dengan cara atau bahan

tradisional sehari-hari dipergunakan di lingkungan keluarga atau meminta

pertolongan kepada dukun, jika belum berhasil mereka pergi ke tempat-tempat

pelayanan kesehatan, hasilnya akan jauh lebih baik daripada tidak

mengobati.Fenomena yang sering terjadi di masyarakat dalam penanganan luka

bakar adalah penggunaan kecap, pasta gigi, mentega, minyak kelapa, madu, dan

kentang (Hudspith, 2006).

Tindakan pertama yang tepat dapat mengurangi kerusakan akibat luka bakar

dan mengurangi kebutuhan pengobatan medis (Saraf, 2007). Penanganan luka

bakar yang tepat tidak akan menimbulkan dampak yang berbahaya bagi tubuh,

akan tetapi jika luka bakar tidak ditangani dengan segera akan menyebabkan

berbagai komplikasi seperti infeksi, syok, dan ketidakseimbangan elektrolit.

Komplikasi lain yang terjadi akibat luka bakar yaitu trauma psikologis yang berat

karena cacat akibat bekas luka bakar (Brunner & Suddart, 2002).

Berdasarkan penelitian Cleland (2013), perawatan yang tepat dari luka bakar ringan adalah kunci tidak terjadinya komplikasi, yang mengarah pada kebutuhan

untuk intervensi bedah dan meningkatkan kemungkinan hasil yang buruk.

Pertolongan pertama yang harus dilakukan pada luka bakar grade I yaitu dengan

menggunakan air mengalir selama kurang lebih 20 menit. Tindakan tersebut akan


(20)

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di perumahan Bagasasi Cikarang pada

tanggal 25 Oktober 2014 dengan melakukan observasi dan wawancara pada

sepuluh orang ibu diperoleh data bahwa, peristiwa kejadian luka bakar rumah

tangga di daerah tersebut sering terjadi 5 – 10 kali dalam satu bulan. Luka bakar yang sering terjadi di lingkungan rumah seperti terkena minyak goreng, air panas,

setrika listrik, maupun terkena knalpot. Berdasarkan hasil wawancara dari sepuluh

orang ibu, didapatkan pengetahuan tentang penanganan luka bakar yang tepat

masih rendah.Tindakan dalam penanganan luka bakar yang sering dilakukan pada

ibu di perumahan tersebut masih kurang tepat, dibuktikan dengan hasil

wawancara yaitu empat orang mengatakan penanganan dini yang sering dilakukan

yaitu menggunakan odol, tiga orang menggunakan kecap, dua orang mencari

orang pintar untuk didoakan, dan satu orang lainnya dengan mengipas–ngipas bagian luka atau mengabaikan luka.

Melihat besarnya dampak yang ditimbulkan oleh luka bakar,angka insiden,

fenomena penanganan yang salah akibat luka bakar, studi pendahuluan yang

dilakukan pada daerah tersebut dan belum ditemukannya penelitian terkait hal

tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tentang “Gambaran Perilaku Masyarakat Terhadap KejadianLuka Bakar Ringan Di Perumahan Bagasasi Cikarang”.

B. Rumusan Masalah

Luka bakar merupakan cidera yang sering terjadi. Penanganan dan perawatan

luka bakar memerlukan perawatan yang kompleks dan masih merupakan


(21)

5

Luka bakar yang sering terjadi di lingkungan rumah tangga menunjukkan bahwa

masyarakat masih kurang menyadari tentang risiko bahaya yang menjadi

penyebabnya. Pandangan budaya di masyarakat tentang risiko terjadinya luka

bakar masih sangat kurang, sehingga kasus kecelakaan luka bakar sering terjadi

(Elizabeth, 2009). Berdasarkan uraian diatas penulis membuat rumusan masalah

Bagaimana perilaku masyarakat terhadap kejadianluka bakar ringan di Perumahan

Bagasasi Cikarang?

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka peneliti membuat beberapa

pertanyaan penelitian yaitu:

1. Bagaimana gambaran karakteristik responden di Perumahan Bagasasi

Cikarang ?

2. Apa saja penyebab luka bakar yang sering terjadi di Perumahan Bagasasi

Cikarang ?

3. Apa saja tindakan yang sering dilakukan masyarakat di Perumahan

Bagasasi Cikarang ?

4. Bagaimana gambaran perilaku masyarakat dalam memilih pelayanan

kesehatan saat terjadi luka bakar ringan di Perumahan Bagasasi Cikarang ?

D. Tujuan Penelitian


(22)

Untuk mengetahui gambaran perilaku masyarakat terhadap kejadian luka

bakar ringandi Perumahan Bagasasi Cikarang

2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik responden di Perumahan

Bagasasi Cikarang

2. Untuk mengetahui penyebab luka bakar yang sering terjadi di

Perumahan Bagasasi Cikarang

3. Untuk mengetahui tindakan yang sering dilakukan masyarakat di

Perumahan Bagasasi Cikarang

4. Untuk mengetahui gambaran perilaku masyarakat dalam memilih

pelayanan kesehatan saat terjadi luka bakar ringan di Perumahan

Bagasasi Cikarang

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari penelitian yang dilakukan

tentang gambaran perilaku masyarakat terhadap kejadian luka bakar ringan

serta sebagai penerapan ilmu dan teori yang pernah diperoleh dari bangku

perkuliahan.

2. Bagi Responden

Untuk menambah pengetahuan mengenai cara penanganan pertama yang

baik terhadap luka bakar dan mengetahui perilaku yang benar dalam


(23)

7

3. Bagi Peneliti Lain

Untuk menambah pengetahuan, dan bahan acuan untuk melakukan

penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penanganan dini pada luka bakar

ringan.

4. Bagi Profesi Keperawatan

Menambah literatur untuk pembelajaran dan memberikan informasi

khususnya kepada perawat komunitas di wilayah Cikarang mengenai perilaku

terhadap kejadian luka bakar ringan.

5.Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan pengetahuan bagi elemen

institusi keperawatan mengenai gambaran perilaku masyarakat terhadap

kejadian luka bakar ringan.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran perilaku masyarakat

terhadap kejadian luka bakar ringan di Perumahan Bagasasi Cikarang. Penelitian

ini dilakukan oleh mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada bulan April.

Penelitian ini termasuk dalam lingkup Keperawatan Medikal Bedah. Penelitian

dilakukan pada masyarakat yang berada di Perumahan Bagasasi Cikarang dan


(24)

bakarringan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode

cross-sectional dengan pengambilan sampel secara purposive sampling di Perumahan


(25)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat

diamati langsung, maupun yang tidak diamati oleh pihak luar

(Notoatmodjo,2007). Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor

lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau

masyarakat (Notoatmodjo, 2007).

Berdasarkan definisi perilaku menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2007),

bahwa perilaku merupakan hubungan antara stimulus dengan respon, Skiner

mengemukakan ada dua respon (tanggapan) yaitu: Pertama, Respondent respon

atau reflexive respons, ialah respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan tertentu. Perangsangan-rangsangan–perangsangan semacam itu disebut elicting stimuli, karena respon–respon yang relatif tetap.

Respon kedua yaitu operant respont atau instrumental respons adalah

respon yang timbul dan berkembang diikuti rangsangan tertentu. Perangsangan

tersebut atau semacamnya disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena

perangsangan–perangsangan tersebut memperkuat respon yang dilakukan oleh orang, oleh sebab itu perangsangan yang demikian mengikuti atau memperkuat

suatu perilaku tertentu yang telah dilakukan (Notoatmodjo, 2007).

Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus atau

objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,


(26)

diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu: Perilaku pemeliharaan

kesehatan (health maintenance) adalah perilaku atau usaha seseorang untuk

memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk

penyembuhan jika sakit. Perilaku pemeliharaan kesehatan terdiri dari tiga

aspek yaitu: perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit jika

sakit, serta pemulihan kesehatan apabila telah sembuh dari penyakit, dan

perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat.

Kesehatan sangat dinamis dan relatif, oleh karena itu orang yang sehat perlu

diupayakan agar mencapai tingkat kesehatan yang optimal

(Notoatmodjo,2007).

Setiap manusia berkeinginan untuk hidup sehat tindakan manusia dalam

mempertahankan kesehatan tersebut mengakibatkan terjadinya pemanfaatan

pelayanan kesehatan yang ada, baik pengobatan tradisional maupun

pengobatan modern. Sejak dahulu manusia telah mengenal beberapa jenis

penyakit, cara pencegahan dan pengobatannya. Merupakan fakta

bahwasebagian anggota masyarakat dalam mencari pemecahan masalah

kesehatan atau kebiasaan mencari pengobatan yaitu, sebagian besar masyarakat

di Indonesia akan mencoba mengobati sendiri terlebih dahulu ketika sakit

dengan cara atau bahan tradisional sehari-hari dipergunakan di lingkungan

keluarga atau meminta pertolongan kepada dukun, jika belum berhasil mereka

pergi ke tempat-tempat pelayanan kesehatan, hasilnya akan jauh lebih baik

daripada tidak mengobati (Notoatmodjo, 2007).

Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan


(27)

11

behavior). Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada

saat menderita penyakit atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai

dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke tenaga

kesehatandan perilaku kesehatan yang terakhir yaitu perilaku kesehatan

lingkungan tentang bagaimana seseorang merespons lingkungannya, baik

lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan

tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya (Notoatmodjo, 2007).

2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Terdapat beberapa model penelitian yang mengungkapkan tentang analisis

faktor–faktor yang memberi kontribusi terhadap perilaku kesehatan, ada empat alasan pokok yang menyebabkan seseorang berperilaku atau tidak berperilaku,

yaitu: faktor pertama, pemikiran dan perasaan (thoughts dan feeling) terhadap

objek atau stimulus merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku.

Pemikiran dan perasaan dalam bentuk pengetahuan, persepsi, kepercayaan– kepercayaan, dan penilaian seseorang terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).

Faktor kedua yaitu pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri

atau pengalaman orang lain. Pengetahuan tidak hanya didapatkan dari

pengalaman tetapi tingkat pendidikan seseorang juga akan mempengaruhi

pengetahuan orang tersebut. Tingkat pendidikan formal mulai dari Sekolah

Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas

(SMA), dan Perguruan Tinggi (PT). Pendidikan mempengaruhi proses belajar,

semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah orang tersebut untuk


(28)

dengan pendidikan dimana seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang

tersebut akan semakin luas pengetahuannya namun seseorang dengan

pendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah. Peningkatan

pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal, akan tetapi dapat

diperoleh dari pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang terhadap suatu

objek mengandung dua aspek yaitu positif dan negatif. Kedua aspek tersebut

yang menentukan sikap seseorang. Semakin banyak aspek positif yang

diketahui maka akan menumbuhkan sikap positif terhadap objek

(Widayatun,2012).

Faktor ketiga, kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau

nenek. Seseorang memperoleh kepercayaan dari keyakinan dan tanpa adanya

pembuktian terlebih dahulu. Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau

pribadi yang dipercayai (personal reference). Perubahan perilaku seseorang

dipengaruhi oleh orang–orang yang dianggap penting, apabila seseorang itu penting untuknya maka apa yang dikatakan atau diperbuat cenderung untuk

dicontoh. Faktor selanjutnya sumber daya yang tersedia (resources)merupakan

pendukung untuk terjadinya perilaku masyarakat. Sumber daya disini

mencakup fasilitas–fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan sebagainya yang berhubungan dengan perilaku positif maupun negatif seseorang atau kelompok

(Notoatmodjo, 2010). Pekerjaan adalah aktivitas seseorang untuk memperoleh

penghasilan yang bertujuan memenuhi kehidupan sehari-hari

(Singarimbun,2010). Seseorang yang sibuk dengan kegiatan atau pekerjaan


(29)

13

pekerjaan yaitu pedagang, buruh, tani, Pegawai Negri Sipil (PNS), pensiunan,

dan wiraswasta (Notoatmodjo, 2012).

Faktor selanjutnya, sosio budaya setempat (culture), faktor sosio budaya

merupakan faktor eksternal terbentuknya perilaku seseorang. Perilaku normal,

kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber-sumber di dalam masyarakat

disebut kebudayaan. Perilaku normal merupakan salah satu aspek kebudayaan

dan kebudayaan ini mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku

(Notoatmodjo, 2010).

B. Konsep Masyarakat

1. Definisi

Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi

tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara

individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut (Wahid, 2007). Arti

lain dari masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen atau saling

tergantung satu sama lain (Walcott, 2007).

2. Ciri-ciri Masyarakat

Ciri-ciri suatu masyarakat pada umumnya sebagai berikut (Wahid, 2007):

a.Manusia yang hidup bersama sekurang-kurangnya terdiri atas dua orang.

b.Bergaul dalam waktu cukup lama. Sebagai akibat hidup bersama itu,

timbul sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan


(30)

c.Sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan.

d.Merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama

menimbulkan kebudayaan karena mereka merasa dirinya terkait satu dengan

yang lainnya.

3. Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Pelayanan Kesehatan

a. Faktor Sosiokultural yang terdiri dari: norma dan nilai sosial yang ada di

masyarakat dan teknologi yang digunakan dalam pelayanan kesehatan.

b. Faktor Organisasi yang terdiri dari: ketersediaan sumber daya yaitu

sumber daya yang mencukupi baik dari segi kuantitas dan kualitas, sangat

mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan. Keterjangkauan lokasi

berkaitan dengan keterjangkauan tempat dan waktu. Keterjangkauan tempat

diukur dengan jarak tempuh, waktu tempuh dan biaya perjalanan.

Keterjangkauan sosial. Dimana konsumen memperhitungkan sikap petugas

kesehatan terhadap konsumen

c. Faktor Interaksi Konsumen-Petugas Kesehatan: Faktor yang

berhubungan dengan konsumen Tingkat kesakitan atau kebutuhan yang

dirasakan oleh konsumen berhubungan langsung dengan penggunaan atau

permintaan pelayanan kesehatan. Kebutuhan dipengaruhi oleh: faktor

sosiodemografi, yaitu umur, sex, ras, bangsa, status perkawinan, jumlah

keluarga dan status sosial ekonomi, faktor sosio psikologis, yaitu persepsi

sakit, gejala sakit, dan keyakinan terhadap perawatan medis atau dokter, faktor


(31)

15

4. Kebutuhan Terhadap Pelayanan Kesehatan

Kebutuhan adalah keinginan masyarakat untuk memperoleh

danmengkonsumsi barang dan jasa yang dibedakan menjadi keinginan yang

disertaikemampuan untuk membeli barang dan jasa dan keinginan yang tidak

disertaikemampuan untuk membeli barang dan jasa (Tjiptoherijanto, 2008).

Pelayanan kesehatan didirikan berdasarkan asumsi bahwa

masyarakatmembutuhkannya. Namun kenyataannya masyarakat baru mau

mencari pengobatanatau pelayanan kesehatan setelah benar-benar tidak dapat

berbuat apa-apa. Hal inibukan berarti mereka harus mencari pengobatan ke

fasilitas-fasilitas kesehatanmodern (puskesmas dan sebagainya) tetapi juga ke

fasilitas pengobatan tradisional(dukun dan sebagainya) yang kadang-kadang

menjadi pilihan masyarakat yang pertama. Itulah sebab rendahnya penggunaan

puskesmas atau tidak digunakannyafasilitas-fasilitas pengobatan modern

seperti puskesmas dengan ruang rawat inap (Depkes RI, 2009).

C. Konsep Penanganan Luka Bakar

1. Definisi

Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh

dengan benda-benda yang menghasilkan panas atau zat-zat yang bersifat

membakar (asam kuat, basa kuat) (Boswick, 2010).Luka bakar adalah luka

yang terjadi karena terbakar api langsung maupun tidak langsung, juga pajanan


(32)

Luka bakar merupakan respons kulit dan jaringan subkutan terhadap trauma

suhu/termal. Luka bakar dengan ketebalan parsial merupakan luka bakar yang

tidak merusak seluruh epitel kulit namun hanya merusak sebagian dari epitel,

biasanya dapat pulih dengan penanganan konservatif. Luka bakar dengan

ketebalan penuh, merusak semua sumber–sumber pertumbuhan kembali epitel kulit dan biasanya membutuhkan eksisi dan cangkok kulit jika luas (Grace,

2006).

Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai

peranan dalam homeostasis. Kulit merupakan organ terberat dan terbesar dari

tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16% berat tubuh, pada orang dewasa

sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis

kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit

bagian medial lengan atas sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan,

telapak kaki, punggung, bahu, dan bokong (David, 2008).

2. Etiologi

Menurut American Burn Association (2012), luka bakar dikategorikan

menurut mekanisme injurinya meliputi:

Pertama luka bakar akibat suhu panas dan suhu dingin. Luka bakar akibat

suhu panas disebabkan oleh terpapar atau kontak dengan api, cairan panas atau

objek-objek panas lainnya sedangkan luka bakar akibat suhu dingin yaitu

ketika terpapar dengan suhu dingin yang ekstrim yang sering kali menyerang


(33)

17

Kedua luka bakar kimia disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan

asam atau basa kuat. Luka bakar kimia dapat terjadi karena kontak dengan

zat-zat pembersih yang sering digunakan untuk keperluan rumah tangga dan

berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian, dan

militer.

Ketiga luka bakar listrik disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi

listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Terdapat tiga macam terjadinya cidera

listrik yaitu luka bakar listrik akibat kontak langsung, luka bakar akibat

percikan atau loncatan bunga api listrik, dan luka bakar tersambar listrik.

Keempat luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber

radioaktif. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga

merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.

Menurut Brunicardi (2010), bahwa 65% luka bakar yang sering terjadi di

lingkungan rumah adalah jenis luka bakar termal sedangkan 20% luka bakar

yang sering terjadi adalah jenis luka bakar elektrik.

3. Penilaian Terhadap Luka Bakar

Menurut Granger (2009), dalam menentukan penanganan yang tepat

diperlukan penilaian terhadap luka terlebih dahulu mencakup kedalaman

(derajat), luas, lokasi, penyebab cedera, pertimbangan usia pasien, komplikasi

yang telah ada sebelumnya dan cedera berlanjut.

Kedalaman (derajat) terdiri dari Luka bakar grade I disebut juga luka bakar


(34)

daerah dermis, sering disebut sebagai epidermal burn. Kulit tampak kemerahan

tanpa lepuh, sedikit oedem, dan terasa nyeri, waktu penyembuhan 5 – 10 harinamun pada hari ke empat akan terjadi deskuamasi epitel (peeling)

(Granger, 2009).

Luka bakar grade II disebut juga superficial partial thickness, luka bakar

meliputi epidermis dan lapisan atas dari dermis. Kulit tampak kemerahan

dengan lepuh yang jelas, pucat dengan tekanan, oedem dan rasa nyeri lebih

berat daripada luka bakar grade I, selain itu ditandai dengan bula yang muncul

beberapa jam setelah terkena luka, bila bula disingkirkan akan terlihat luka

bewarna merah muda yang basah. Luka sangat sensitive dan akan menjadi

lebih pucat bila terkena tekanan, akan sembuh dengan sendirinya dalam tiga

minggu (bila tidak terkena infeksi), tapi warna kulit tidak akan sama seperti

sebelumnya (Granger, 2009).

Deep partial thickness luka bakar meliputi epidermis dan lapisan dalam dari

dermis, disertai juga dengan bula. Permukaan luka berbecak merah muda dan

putih karena variasi dari vaskularisasi pembuluh darah (bagian yang putih

punya hanya sedikit pembuluh darah dan yang merah muda mempunyai

beberapa aliran darah), luka akan sembuh dalam 3-9 minggu (Granger, 2009).

Luka bakar grade III menyebabkan kerusakan jaringan yang permanen, rasa

sakit kadang tidak terlalu terasa karena ujung-ujung saraf dan pembuluh darah

sudah hancur.Luka bakar meliputi kulit, lemak subkutis sampai mengenai otot

dan tulang, kaku dan putih/coklat, tidak pucat. Waktu penyembuhan lama


(35)

19

IVmeluas ke seluruh lapisan kulit dan ke dalam lapisan lemak, otot, dan tulang

di bawahnya, hitam hangus dan escar, dan tidak terasa nyeri (Granger, 2009).

Luasnya luka bakar dinyatakan dalam persentase luas permukaan tubuh total

yang terkena. Cara cepat untuk menilai luas luka bakar dengan Aturan

Sembilan, tempat permukaan tubuh dibagi menjadi daerah seluas 9% atau

kelipatan 9%seperti wajah 9%, lengan kanan dan kiri 18%, badan bagian depan

18%, punggung 18%, alat kelamin 1%, ekstremitas kanan 18% dan ekstremitas

kiri 18% (Granger, 2009).

Anak–anak merupakan pengecualian Aturan Sembilan. Saat lahir, leher dan kepala kira–kira 19% permukaan tubuh total dan ekstremitas bawah masing– masing 13% seperti wajah 19%, lengan kanan dan kiri 18%, bagian badan

depan 18%, punggung 18%, alat kelamin 1%, ektremitas kanan 13% dan

ekstremitas kiri 13%. Setiap tahun bertambahnya usia anak, daerah kepala dan

leher turun 1% dan ekstremitas bawah naik 0,5% sampai usia 10 tahun, ketika

mendekati proporsi permukaan tubuh orang dewasa (Granger, 2009).

Luas luka bakar jika kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi

tubuh masih bisa mengatasinya tetapi bila lebih dari 20%, akan terjadi syok

hipovolemik dengan gejala yang khas seperti gelisah, pucat, dingin,

berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin

berkurang. Pembengkakan terjadi pelan–pelan, maksimal terjadi setelah 8 jam (Granger, 2009).

Penilaian luka bakar menurut klasifikasi American Burn Association dibagi


(36)

sejumlah faktor, yaitu luas permukaan total tubuh yang terkena, adanya luka

bakar pada bagian tubuh tertentu, usia penderita, dan cidera lain yang terkait.

Luka bakar ringan pada umumnya dapat diatasi dirumah, luka bakar sedang

biasanya dapat diatasi di rumah sakit, dan luka bakar berat harus ditangani di

pusat perawatan khusus luka bakar (Garmel, 2012).

Tabel 2.1 Klasifikasi American Burn Association(2012)

Ringan Sedang Berat

Dewasa < 10% LPB (Luas Permukaan Tubuh)

Dewasa 10-20% LPB Dewasa >20% LPB

Usia muda atau tua <5% LPB

Usia muda atau tua 5-10% LPB Usia muda atau tua >10% LPB

< 2% luka bakar yang mengenai seluruh lapisan kulit

2-5% luka bakar yang

mengenai seluruh lapisan kulit

>5% luka bakar yang mengenai seluruh lapisan kulit

Cidera tegangan tinggi Luka bakar tegangan

tinggi

Kemungkinan cidera inhalasi Diketahui menderita cidera inhalasi

Luka bakar melingkar Luka bakar signifikan

pada muka, persendian, tangan dan kaki

Masalah kesehatan lainnya Cidera yang berkaitan

Luka bakar pada bagian tubuh tertentu meningkatkan beratnya trauma suhu.

Bila cedera timbul di sekitar muka dan leher, maka mata harus dievaluasi


(37)

21

timbul akibat luka bakar mulut, hidung dan oronasofaring. Luka bakar

melingkar di ekstremitas bisa mengakibatkan luka menjepit, yang

menyebabkan obstruksi vena dan pembuluh limfe, serta kadang–kadang menurunkan aliran darah arteri. Luka bakar melingkar pada dada bisa

membatasi usaha napas dan bisa menyebabkan turunnya oksigenasi (Herndon,

2010).

Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas mempunyai prognosis

dan komplikasi dari luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau

paparan radiasi. Luka bakar yang mengenai genitalia menyebabkan resiko

infeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama

(Herndon, 2010).

Luka bakar seperti bentuk trauma lainnya, mempunyai peningkatan

morbiditas dan mortalitas pada bayi dan orang tua. Sehingga luka bakar kecil

pada kelompok usia ini mungkin memerlukan terapi cairan yang lebih dini dan

lebih giat. Penyakit jantung atau ginjal dan diabetes mellitus merupakan contoh

penyakit yang telah ada sebelumnya dan dapat meninggikan keparahan luka

bakar (Herndon, 2010).

4. Komplikasi

Komplikasi yang biasanya terjadi pada pasien luka bakar seperti, setiap luka

bakar dapat terinfeksi yang menyebabkan cacat lebih lanjut atau kematian,

lambatnya aliran darah dapat menyebabkan pembentukan bekuan darah

sehingga timbul cerebrovascular accident, infark miokardium, atau emboli


(38)

terjadi kongesti paru akibat gagal jantung kiri atau infark miokardium, serta

sindrom distress pernafasan pada orang dewasa, gangguan elektrolit dapat

menyebabkan distrimia jantung (Herndon, 2009).

Komplikasi lain yang mungkin terjadi, syok luka bakar dapat secara

irreversible merusak ginjal sehingga timbul gagal ginjal dalam satu atau dua

minggu pertama setelah luka bakar, penurunan aliran darah ke saluran cerna

dapat menyebabkan hipoksia sel–sel penghasil mucus sehingga terjadi ulkus peptikum, dapat terjadi koagulasi intravascular diseminata karena destruksi

jaringan yang luas, pada luka bakar yang luas akan menyebabkan kecacatan,

trauma psikologis dapat menyebabkan depresi, perpecahan keluarga, dan

keinginan untuk bunuh diri, dan beban biaya pada keluarga pasien luka bakar

yang luas sangatlah besar (Herndon, 2009).

5. Perilaku Masyarakat Dalam Memilih Pelayanan Kesehatan

Menurut Ilyas (2003), yang dimaksud dengan perilaku terhadap pencarian

pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang dilaksanakan secara sendiri atau

bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan, mencegah, mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan

seseorang, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Menurut Notoatmodjo (2010), perilaku pencarian pengobatan adalah

perilaku individu maupun kelompok atau penduduk untuk melakukan atau

mencari pengobatan. Perilaku pencarian pengobatan di masyarakat terutama di


(39)

23

Respons seseorang apabila terjadi luka bakar ringan adalah sebagai berikut:

pertama, tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa (no action).

Dengan alasan: bahwa kondisi yang demikian tidak akan mengganggu kegiatan

atau kerja mereka sehari-hari dan tanpa bertindak apapun gejala yang

dideritanya akan lenyap dengan sendirinya. (Ilyas, 2003).

Respon kedua yaitu, tindakan mengobati sendiri (self treatment), dengan

alasan yang sama seperti telah diuraikan. Alasan tambahan dari tindakan ini

adalah karena orang atau masyarakat tersebut sudah percaya dengan diri

sendiri, dan merasa bahwa berdasarkan pengalaman yang lalu usaha

pengobatan sendiri sudah dapat mendatangkan kesembuhan. Hal ini

mengakibatkan pencarian obat keluar tidak diperlukan. Ketiga, mencari

pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional (traditional remedy),

seperti dukun dan seseorang yang dianggap memiliki kemampuan dalam hal

spiritual (Notoatmodjo, 2003).

Respon keempat, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas modern yang

diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, yang

dikategorikan ke dalam balai pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit.

(Notoatmodjo, 2003). Keadaan luka bakar yang perlu dirujuk yaitu luka bakar

partial thickness (superficial) dengan luas daerah > 10%, kecuali luka bakar

yang sangat superficial, semua luka bakar full thickness, kecuali daerah yang

sangat kecil, semua luka bakar yang mengenai wajah, mata, telapak tangan,

telapak kaki, genitalia, perineum (sekitar anus) sekalipun daerah luka bakar

kurang dari 5-10%, luka bakar melingkar, luka bakar oleh cairan kimis, luka


(40)

dalam tubuh dapat terjadi akibat aliran listrik yang masuk ke dalam tubuh, luka

bakar yang mencederai saluran napas, luka bakar pada usia kurang dari 12

bulan, dan luka bakar kecil pada pasien dengan permasalahan sosial, termasuk

pada anak yang beresiko tinggi (Garmel, 2012).

6. Penanganan Luka Bakar Di Rumah

Jenis luka bakar yang dapat dilakukan perawatan dirumah yaitu luka bakar

ringan atau grade satu dan dua, sedangkan luka bakar berat seperti grade tiga

dan empat, luka bakar di daerah wajah, leher, dan alat kelamin, dan luka bakar

karena zat kimia dan listrik maka harus segera dirujuk ke rumah sakit

(David,2010).

Prioritas pertama dalam mengatasi luka bakar adalah menghentikan proses

luka bakar. Intervensi pertolongan pertama pada situasi: untuk luka bakar

termal (api), “berhenti, berbaring, dan berguling”. Tutup individu dengan selimut dan gulingkan pada api yang lebih kecil. Berikan kompres dingin untuk

menurunkan suhu dari luka (es atau air dingin menyebabkan cedera lanjut pada

jaringan yang terkena). Pada luka bakar akibat air panas atau termal lainnya,

jauhkan pasien dari penyebab cedera kemudian alirkan bagian luka dengan air

mengalir kurang lebih 20 menit tidak dianjurkan menggunakan air dingin atau

es (Herndon, 2010). Pada luka bakar akibat sumber listrik, segera

menghentikan sumber arus listrik. Penolong tidak dianjurkan menyentuh

korban sebelum arus listrik dihentikan. Pertolongan pertama pada luka bakar

tidak dianjurkan dengan menggunakan odol, minyak goreng, minyak tanah,


(41)

25

Prioritas kedua adalah menciptakan jalan nafas paten. Pasien dianjurkan

untuk tarik nafas dalam agar tidak terjadi masalah pada sistem pernafasan.

Prioritas ketiga adalah resusitasi cairan agresif untuk menjaga dan

mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema. Kehilangan cairan

terbesar adalah pada 4 jam pertama terjadinya luka dan akumulasi maksimum

edema adalah pada 24 jam pertama setelah luka bakar. Pasien dianjurkan untuk

minum air putih untuk mencegah terjadinya kekurangan cairan

(Herndon,2010).

Prioritas keempat adalah perawatan luka bakar, setelah keadaan umum

membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan dilakukan perawatan luka.

Perawatan tergantung pada karakteristik dan ukuran dari luka. Tujuan dari

semua perawatan luka bakar agar luka segera sembuh rasa sakit yang minimal

(Herndon, 2010).

D. Penelitian Terkait

Berdasarkan penelitian Rose (2008), tentang penilaian atau pengkajian dan

manajemen pada luka bakar kecil, pengetahuan tentang pengkajian awal terhadap

luka bakar masih rendah. Penanganan awal yang dilakukan masih dibawah

standar yang ada.

Berdasarkan penelitian Gotshall (2011), tidak ada hubungan yang signifikan

antara jenis kelamin, status pendidikan, atau usia dengan pengetahuan dalam


(42)

ekonomi tinggi dan yang telah mengikuti pelatihan pertolongan pertama memiliki

pengetahuan yang lebih tinggi.

Berdasarkan penelitian Samuel di Ghana (2007), hasil wawancara dengan

menggunakan kuesioner dari 617 anak didapatkan bahwa 48% anak yang

mengalami luka bakar dibawa ke fasilitas pengobatan modern atau klinik dari

jumlah tersebut 68% dibawa ke klinik saat 24 jam pertama terjadinya cidera,

sedangkan 52% melakukan pengobatan pertolongan pertama dirumah kecuali jika

terjadi infeksi, luas luka 6% atau lebih dari permukaan tubuh dan luka bakar grade

tiga. Anak yang tidak dibawa ke pengobatan modern yaitu anak-anak yang tinggal


(43)

27

E. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Tidak tepat

Penanganan di rumah

1. Menghentikan proses luka bakar : mengalirkan bagian luka dengan air mengalir

2. Menciptakan jalan napas paten : tarik napas dalam

3. Menjaga Keseimbangan cairan : minum air putih

4. Perawatan luka bakar (Herndon,2010)

Perilaku masyarakat dipengaruhi oleh: Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Suku (Dever, 2008) Api atau termal

Bahan kimia Listrik ( Boswick,2010) Luka Bakar Penilaian : Kedalaman luka Luas luka Lokasi luka Penyebab luka (Granger, 2009)

Luka bakar ringan :Dewasa < 10% LPB (Luas

Permukaan Tubuh), Usia muda atau tua <5% LPB, < 2% luka bakar yang mengenai seluruh lapisan kulit (Garmel, 2012)

Perilaku masyarakat dalam memilih pelayanan kesehatan saat terjadi luka bakar:

1. Tidak melakukan tindakan apa-apa 2. Tindakan mengobati sendiri

3. Mencari pengobatan ke fasilitas tradisonal (dukun)

4. Mencari pengobatan dengan membeli obat warung

5. Mencari pengobatan ke fasilitas modern (puskesmas,rumah sakit)


(44)

Sumber : Boswick, 2010; Dever, 2008;Garmel, 2012; Granger, 2009; Herndon, 2010;

Notoatmodjo, 2007, Notoatmodjo, 2003

Syok Infeksi

Ketidakseimbangan cairan Kecacatan


(45)

28

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian diperlukan sebagai landasan berpikir dalam

melaksanakan suatu penelitian yang dikembangkan dari tinjauan teori yang telah

dibahas sebelumnya, sehingga mudah dipahami dan dapat menjadi acuan peneliti

(Dahlan, 2010). Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan pada bab

sebelumnya, peneliti ingin menjelaskan kerangka konsep yang akan dilakukan

saat penelitian di Perumahan Bagasasi Cikarang.

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan bagan diatas, peneliti hanya ingin mengetahui variabel perilaku

masyarakat terhadap kejadian luka bakar sedangkan jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan, dan suku merupakan faktor yang dapat berpengaruh terhadap tindakan

yang dilakukan dan perilaku dalam memilih pelayanan kesehatan saat terjadi luka

bakar ringan di lingkungan rumah (Notoatmodjo, 2007).

Perilaku masyarakat terhadap kejadian luka bakar: tindakan yang dilakukan dan perilaku

dalam memilih pelayanan kesehatan


(46)

29

B. Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat

Ukur

Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

1. Tindakan tindakan yang dilakukan

masyarakat saat terjadi

luka bakar

Kuesioner Kuesioner dibagikan

kepada responden

yang menggunakan

skala gutmann terdiri

dari sembilan pilihan.

Jika responden memilih,

iya = 1

Jika responden tidak

memilih, tidak =0

Ordinal

2. Perilaku tindakan atau aktifitas

masyarakat dalam

memilih pelayanan

Kuesioner Kuesioner dibagikan

kepada responden

yang menggunakan

Pernyataan benar yaitu

pernyataan nomor 1-3

dinilai dengan: selalu


(47)

30

kesehatan skala likert dengan

pilihan jawaban:

1. Selalu

2. Sering

3. Kadang-kadang

4. Tidak pernah

bernilai 3, sering bernilai

2, kadang- kadang

bernilai 1, dan tidak

pernah bernilai 0

Pernyataan salah yaitu

pernyataan nomor 4 dan

5 dinilai dengan: selalu

bernilai 0, sering bernilai

1, kadang-kadang

bernilai 2, dan tidak


(48)

31

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dengan desain

deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang didalamnya tidak

ada analisis hubungan antara variabel, tidak ada variabel bebas dan terikat,

bersifat umum yang membutuhkan jawaban dimana, kapan, berapa banyak,

siapa dan analisis statistik yang digunakan adalah deskriptif (Morton, 2008).

Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk memperoleh informasi tentang

gambaran perilaku masyarakat terhadap kejadian luka bakar yang terjadi di

rumah.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti

(Sastroasmoro, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang

berada di Perumahan Bagasasi Cikarang. Berdasarkan catatan di Perumahan

Bagasasi pada bulan Oktober tahun 2014 jumlah masyarakatdewasa di

Perumahan Bagasasi berjumlah 120orang.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh


(49)

32

sampel yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik sampling

non-probability atau purposive sampling. Agar sampel yang digunakan sesuai,

peneliti menentukan kritria inklusi:

a. Masyarakat dewasa yang tinggal di Perumahan Bagasasi

b. Masyarakat yang sehat fisik mental

c. Masyarakat bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian

d. Masyarakat yang mempunyai pengalaman menangani luka bakar

Sedangkan kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah:

a. Masyarakat yang tinggal di perumahan namun bukan usia dewasa

Dalam menentukan besarnya sampel, dilakukan perhitungan sampel

dengan menggunakan rumus (Budiharto, 2008) :

n = N

1 + N (d²)

Keterangan :

N = besar populasi

n = jumlah sampel

d = tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (10%)

Angka populasi dimasukan dalam rumus besar populasi yaitu :

n = 120

1 + 120 (10%²)


(50)

Tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 90% dan tingkat

ketepatan relatif adalah sebesar 10% (Budiharto, 2008). Jumlah sampel yang

diperoleh dengan memakai rumus tersebut adalah sebanyak 55 orang.

Mengantisipasi terjadinya sampel yang drop out, dan sebagai cadangan

maka peneliti menambahkan 10% dari total sampel: 10% x 55 = 5,5 ≈ 5

responden. Jadi, total sampel dalam penelitian ini adalah 55 + 5 = 60

responden.

C. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Perumahan Bagasasi Cikarang. Lokasi ini

dipilih berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti bahwa

fenomena penanganan luka bakar yang kurang tepat pada daerah tersebut

masih tinggi. Wilayah bagasasi juga merupakan wilayah yang belum

pernah dilakukan penelitian terkait perilaku terhadap luka bakar.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama tujuh bulan, sejak peneliti

menentukan judul, menulis proposal, mengumpulkan data hingga hasil

seminar, yang berlangsung sejak bulan Oktober 2014 hingga Mei 2015.

Pengambilan data berlangsung selama 5 hari 22-26 April 2015.

D. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses

pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam penelitian (Nursalam,

2008). Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer.


(51)

34

pengumpulan data dilakukan dengan metode angket atau kuesioner yang

dibagikan kepada responden untuk mendapatkan jawaban pertanyaan (Morton,

2008). Tahapan pengumpulan data yang akan dilakukan oleh peneliti adalah

sebagi berikut :

1. Peneliti meminta surat pengantar dari institusi untuk studi pendahuluan

di Perumahan Bagasasi Cikarang

2. Peneliti mengajukan surat ijin dari institusi kepada Kelurahan Cikarang

untuk melakukan studi pendahuluan dan penelitian di tempat tersebut

3. Sebelum dilakukan wawancara, terlebih dahulu peneliti memberikan

penjelasan tentang tujuan penelitian, manfaat penelitian, menjelaskan

cara mengisi kuesioner, dan menjamin kerahasiaan jawaban yang

diberikan dalam kuesioner kepada calon responden.

4. Responden mengisi formulir persetujuan atau informed consent

wawancara Peneliti memberikan kesempatan kepada responden untuk

bertanya tentang hal–hal yang tidak dipahami dan tidak jelas di dalam kuesioner

5. Peneliti memberikan kuesioner kepada responden dan mempersilahkan

untuk menjawab sesuai petunjuk, setelah lembar kuesioner diisi oleh

responden kemudian dikumpulkan dan dianalisis oleh peneliti.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data (Ahmad, 2007). Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari beberapa pertanyaan yang akan


(52)

kuesioner merupakan pernyataan. Penyusunan kuesioner berdasarkan landasan

teori yang terdapat pada pembahasan sebelumnya dan data yang didapatkan

dari hasil studi pendahuluan. Instrumen penelitian terdiri dari dua bagian

pertama yaitu data demografi yang terdiri dari jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan, dan suku. Bagian kedua yaitu tentang penyebab luka bakar, tindakan

yang dilakukan dan perilaku masyarakat dalam memilih pelayanan kesehatan

saat terjadi luka bakar.

Instrumen pada penelitian ini terdiri dari dua macam skala pengukuran yaitu

skala Gutmann dengan pilihan jawaban benar dan salah dan skala Likert

dengan pilihan jawaban selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah. Jenis

pertanyaan penyebab luka bakar dan tindakan pertama yang sering dilakukan

tujuannya untuk mengetahui atau mengeksplor fenomena terkait hal tersebut,

jika responden menjawab mendapat skor 1 dan jika tidak menjawab mendapat

skor 0. Pengolahan data untuk pertanyaan penyebab luka bakar dan tindakan

pertama yang sering dilakukan yaitu dengan menggunakan rumus presenatse

(Machfoedz, 2008):

P = ( F / N ) x 100%

Keterangan:

P : Presentase

F : Jumlah jawaban responden


(53)

36

Perhitungan berdasarkan jumlah dari keseluruhan fenomena atau tindakan

bukan dari jumlah responden karena permintaan peneliti responden dapat

menjawab lebih dari satu, kemudian dihitung dengan rumus presentase diatas.

Bagian kedua yaituperilaku terdiri dari lima pertanyaan dengan

menggunakan skala Likert (selalu, sering, kadang-kadang, tidak pernah),

Pernyataan benar dinilai dengan: selalu bernilai 3, sering bernilai 2,

kadang-kadang bernilai 1, dan tidak pernah bernilai 0 sedangkan pernyataan salah

dinilai dengan: selalu bernilai 0, sering bernilai 1, kadang-kadang bernilai 2,

dan tidak pernah bernilai 3.

F. Uji Validitas dan Reabilitas 1. Uji Validitas

Salah satu instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner. Kuesioner tersebut harus diuji validitas dan reabilitas untuk

mendapatkan data yang valid dan realibel. Validitas adalah suatu indeks

yang menunjukkan alat ukur itu benar–benar mengukur apa yang diukur (Sugiyono, 2007). Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat

kevalidan dari instrumen yang dgunakan dalam pengumpulan data yang

diperoleh dengan cara mengkorelasi setiap skor variable jawaban

dibandingkan dengan total skor masing-masing variable, kemudian hasil

korelasi dibandingkan dengan nilai mutlak pada taraf signifikan 0,05 dan

0,01 (Arikunto, 2010).

Studi pilot merupakan pengumpulan data diawali dengan uji coba

instrumen penelitian pada sekelompok masyarakat yang merupakan bagian


(54)

30 responden (Sugiyono, 2013). Instrumen pada penelitian ini terdiri dari

dua macam skala pengukuran yaitu skala Gutmann dan skala Likert.

Pengukuran uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan dengan cara

berbeda(Hidayat, 2008). Uji validitas dengan menggunakan rumus Korelasi

Point Biserial diaplikasikan untuk menguji valid sebuah hasil uji coba tes

(instrumen) hasil belajar dalam hal ini soal pilihan ganda. Dalam bentuk

jawaban benar = 1, dan salah = 0.Uji validitas dengan rumus Korelasi Point

Biserial, secara umum (Sugiyono, 2013):

Uji validitas untuk skala likert menggunakan pearson product moment,

rumus tersebut digunakan untuk jenis data ordinal atau yang mempunyai

rentang. Seluruh item yang mencapai koefisien korelasi rxy ≥0,30 dianggap


(55)

38

keterangan :

rhitung = Koefisien korelasi

Xi = Jumlah skor item

Yi = Jumlah skor total (seluruh item)

n = jumlah responden

Uji coba instrumen dilakukan pada bulan April 2015. Uji coba dilakukan

terhadap 30 masyarakat di daerah Cikarang yang mempunyai karakteristik

demografi yang hampir sama dengan wilayah Perumahan Bagasasi

Cikarang, dengan kriteria bahwa responden tersebut adalah masyarakat

dewasa yang tinggal di Perumahan Bagasasi Cikarang dan mempunyai

pengalaman menangani luka bakar.

2. Uji Reabilitas

Reabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini menunjukkan

sejauh mana hasil pengukuran ini tetap konsisten bila dilakukan pengukuran

dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat

ukur yang sama (Arikunto, 2010). Penelitian ini menggunakan formula

Kuder Richardson 20 (KR 20) untuk menguji reliabilitas instrumen dengan


(56)

Uji reliabilitas yang digunakan pada instrumen ini untuk skala Likert

yaitu rumus aplha coronbach. Rumus Alpha Cronbach sebagai berikut

(Sugiyono, 2013):

Keterangan:

Nilai acuan untuk uji reliabilitas KR20 maupun alpha coronbach yaitu,

jika alpha > 0,90 maka reliabilitas sempurna, jika alpha antara 0,70 – 0,90 maka reliabilitas tingg, jika alpha antara 0,50 – 0,70 maka reliabilitas moderat, dan jika alpha < 0,50 maka reliabilitas rendah.

3. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas

Kualitas data penelitian ditentukan oleh validitas dan reabilitas

pengukuran. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai r pbis > r tabel pada

seluruh pertanyaan item pengetahuan yang terdiri dari tujuh pernyataan dan

item tindakan terdiri dari satu pernyataan yang terdapat di kuesioner

tersebut. Interpretasi dari hasil tersebut menandakan bahwa kuesioner

tersebut dikatakan valid sedangkan untuk item sikap dengan pengukurang

menggunakan point product moment dari tujuh pernyataan lima dikatakan valid dan dua dikatakan tidak valid. Pernyataan yang tidak valid yaitu “saya


(57)

40

melakukan pengobatan tradisional saat terjadi luka bakar” dengan nilai 0,103 dan “saya membeli obat-obatan ke warung saat terjadi luka bakar” dengan nilai 0,293 dihilangkan karena mempunyai nilai korelasi < 0,3.

Berdasarkan hasil perhitungan diatas didapatkan hasil KR20 > 0,6 yaitu

0,7997 hasil tersebut menandakan instrumen pada penelitian ini memiliki

nilai reliabel yang tinggi sedangkan pada pengukuran dengan menggunakan

aplha cronbach, didapatkan nilai alpha > 0,6, yaitu 0,694, instrumen pada

penelitian ini dikatakan reliable.

G. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan suatu proses untuk memperoleh data atau data

ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan menggunakan

rumusan tertentu sehingga menghasilkan informasi yang diperlukan

(Setiadi,2007). Ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam

pengolahan data dibagi menjadi enam tahap, yaitu

Editing(pemeriksaan data) yaitu data yang diperoleh berupa daftar

pertanyaan, pada kegiatan ini peneliti memeriksa data dengan cara

mengumpulkan atau menjumlahkan dan melakukan koreksi pada hasil

kuesioner (Budiarto, 2008). Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah

memeriksa kembali kuesioner dengan maksud mengecek, apakah semua

kuesioner telah diisi sesuai dengan petunjuk sebelumnya (Mardalis, 2008).

Coding(pemberian kode) mengklasifikasi jawaban dari responden kedalam

kategori, biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara memberi tanda atau kode

berbentuk angka pada masing–masing jawaban (Budiarto, 2008). Kode yang digunakan untuk penilaian perilaku yaitu penilaian untuk pernyataan benar


(58)

(Selalu = 3, Sering = 2, kadang-kadang = 1, dan Tidak pernah = 0) dan untuk

pernyataan salah (Selalu = 0, Sering = 1, kadang-kadang = 2, dan Tidak pernah

= 3) ( (Hidayat, 2008).

Sortir atau mensortir adalah dengan memilih atau mengelompokkan data

menurut jenis yang dikehendaki. Langkah selanjutnya Entry data pada tahap

ini jawaban–jawaban yang sudah diberi kode kategori kemudian dimasukkan dalam tabel dengan cara menghitung frekuensi data.

Cleaning data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah

dimasukkan ke dalam komputer untuk memastikan data telah bersih dari

kesalahan sehingga data siap dianalisis (Hidayat, 2008).

H. Metode Analisis Data

Analisis univariat merupakan analisis jenis variabel yang dinyatakan dengan

menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel

atau grafik (Setiadi, 2007). Data dari setiap responden akan dimasukkan ke

dalam komputer oleh peneliti. Analisis data yang diperoleh dilakukan secara

deskriptif dengan menggunakan software statistik(Dahlan, 2010).

I. Etika Penelitian

Peneliti meyakinkan bahwa responden perlu mendapat perlindungan dari

hal-hal yang merugikan selama penelitian, dengan memperhatikan aspek-aspek

self determination, privacy, anonymity, confidentially, dan protection from

discomfort (Polit, 2006). Peneliti juga membuat informed consent sebelum

penelitian dilakukan. Beberapa prinsip etik yaitu:

Self Determination, yaitu responden diberi kebebasan untuk menentukan


(59)

42

setelah semua informasi yang berkaitan dengan penelitian dijelaskan dengan

menandatangani informed consent yang telah disediakan.

Privacy, peneliti juga menjaga kerahasiaan atas informasi yang diberikan

responden untuk kepentingan penelitian. Anonymity, selama kegiatan penelitian

nama responden akan dirahasiakan sebagai gantinya digunakan inisial.

Confidentially, peneliti menjadi kerahasiaan identitas responden dan

informasi yang diberikan. Semua catatan dan data responden disimpan sebagai

dokumentasi penelitian.

Protection from discomfort, kenyamanan responden selama penelitian

dijamin. Peneliti menekankan apabila responden merasa tidak aman atau

nyaman selama mengikuti kegiatan penelitian sehingga menimbulkan masalah

baik fisik maupun psikologis, maka peneliti mempersiapkan responden untuk

menghentikan partisipasinya.

Informed consent, sebelum responden menyetujui berpartisipasi dalam

penelitian ini peneliti terlebih dahulu menjelaskan tentang tujuan dan manfaat

penelitian. Peneliti menjelaskan hak-hak responden untuk berhenti menjadi

responden bila mendapatkan ketidaknyamanan selama penelitian. Subjek

penelitian dapat mengundurkan diri kapan saja tanpa konsekuensi apapun.

Formulir atau lembar persetujuan memuat lima elemen penting yaitu:

1. Subjek penelitian diberi penjelasan yang dapat dimengerti tentang

tujuan dari penelitian yang akan dilakukan. Prosedur teknik yang akan

dilakukan dan tujuan yang ingin dicapai dijelaskan dalam penelitian.

2. Subjek penelitian diberi penjelasan mengenai risiko seperti kejenuhan,


(60)

selama kegiatan penelitian responden merasa tidak nyaman maka

intervensi dihentikan.

3. Subjek diberitahu mengenai manfaat yang akan didapatkan pada

penelitian yang dilakukan.

4. Peneliti bersedia untuk menjawab semua pertanyaan mengenai prosedur

yang diajukan subjek penelitian dan bersedia memberikan penjelasan


(61)

44

BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini akan memaparkan secara lengkap hasil penelitian gambaran tindakan,

pengetahuan, dan sikap masyarakat terhadap kejadian luka bakar berdasarkan

jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, kepercayaan, dan suku di Perumahan

Bagasasi Cikarang. Penelitian dilaksanakan dengan menyebarkan kuesioner

secara langsung kepada bapak/ibu yang berada di Perumahan Bagasasi. Pemilihan

responden dengan menggunakan sistem random berdasarkan kocokan nomor yang

keluar dan melakukan kunjungan rumah kepada responden yang telah ditentukan

berdasarkan hasil kocokan.

A. Gambaran Tempat Penelitian

Perumahan Bagasasi merupakan salah satu perumahan yang terdapat di daerah

Cikarang Utara, terletak di Kampung Warung Satu. Berdiri pada tahun 2000

dengan 150 unit rumah. Kepengurusan di perumahan tersebut dikepalai oleh

seorang Rukun Warga dan Rukun Tetangga dengan jumlah warga sebanyak 250

orang. Warga yang bertempat tinggal di perumahan tersebut sebagian besar

merupakan pendatang dari luar daerah Cikarang yang bekerja di sekitar

perumahan.

B. Karakteristik Umum Responden


(62)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Data Demografi Responden (N=60)

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Usia Usia 26-35 tahun 28 46,7

Usia 36-45 tahun 32 53,3

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 29 31 48,3 51,7

Pendidikan SD SMP SMA/SMK PT 9 13 25 13 15,0 21,7 41,7 21,7

Pekerjaan Pedagang Tani Pensiunan Buruh PNS Wiraswasta IRT Lainnya 12 2 2 10 6 9 11 8 20,0 3,3 3,3 16,7 10,0 15,0 18,3 13,3

Suku Sunda

Betawi Jawa Lainnya 22 12 21 5 36,7 20,0 35,0 8,3

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden terbanyak yaitu

dengan rentang usia 36-45 tahun (53,3%), berdasarkan jenis kelamin terbanyak

yaitu jenis kelamin perempuan (51,7%), berdasarkan pendidikan sebagian besar

responden yaitu SMA/SMK (41,7%), dari jenis pekerjaan responden terbanyak

yaitu dari pedagang (20,0%), dan berdasarkan suku responden terbanyak berasal

dari Suku Sunda (36,7%).

C. Analisis Univariat

1. Penyebab Luka Bakar


(63)

46

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Penyebab Luka Bakar (N=60)

Karakteristik Frekuensi Percent (%)

Air Panas 38 21,5

Minyak Panas 38 21,5

Setrika Listrik 29 16,4

Knalpot 37 20,9

Tersetrum Listrik 31 17,5

Lainnya 4 2,2

Hasil penelitian menggambarkan bahwa penyebab luka bakar yang sering

terjadi di Perumahan Bagasasi Cikarang yaitu terkena air panas dan minyak

panas keduanya mempunyai frekuensi yang sama 38 responden (21,5%)

didapatkan dari jumlah fenomena penyebab luka bakar secara keseluruhan (177

fenomena) yang terjadi di Perumahan Bagasasi Cikarang.

2. Tindakan yang Dilakukan

Berikut distribusi frekuensi tindakan yang sering dilakukan responden:

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tindakan Yang Sering Dilakukan Responden (N=60)

Karakteristik Frekuensi Percent (%)

Kecap 27 15,6

Pasta gigi 35 20,2

Air Mengalir 17 9,8

Air Es 19 11

Minyak 16 9,3

Mentega 17 9,8

Mendatangi Orang Pintar 13 7,5

Diabaikan 11 6,4

Lainnya 18 10,4

Berdasarkan hasil penelitian menggambarkan bahwa jenis tindakan yang


(64)

35 responden (20,2%) didapatkan dari jumlah fenomena tindakan pertama yang

sering dilakukan ketika terjadi luka bakar secara keseluruhan di Perumahan

Bagasasi Cikarang.

Berikut distribusi frekuensi responden yang melakukan tindakan

menggunakan pasta gigi ketika terjadi luka bakar:

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Dengan Menggunakan Pasta Gigi (N=60)

Karakteristik F (%)

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

18 17

51,4 48,6 Pendidikan SD

SMP SMA/SMK PT 5 7 16 7 14,3 20 45,7 20 Pekerjaan Pedagang

Tani Pensiunan Buruh PNS Wiraswasta IRT Lainnya 4 0 1 9 4 9 4 4 11,4 0 2,8 25,8 11,4 25,8 11,4 11,4

Suku Sunda

Betawi Jawa Lainnya 12 6 13 4 34,3 17,1 37,2 11,4

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 responden yang

melakukan tindakan dengan menggunakan pasta gigi berdasarkan data demografi

yaitu laki-laki (51,4%), pendidikan SMA/SMK (45,7%), pekerjaan buruh dan

wiraswasta (25,8%), dan Suku Jawa (37,2%).

3. Gambaran perilaku masyarakat dalam memilih pelayanan kesehatan saat terjadi


(65)

48

Berikut perilaku responden yang tidak melakukan penanganan apa-apa saat

terjadi luka bakar:

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Yang Tidak Melakukan Penanganan Apa-Apa Saat Terjadi Luka Bakar (N=60)

Karakteristik Selalu Sering Kadang-Kadang

Tidak Pernah F (%) F (%) F (%) F (%) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 10 4 16,7 6.7 11 18 18,3 30 5 8 8,3 13,3 3 1 5 1,7

Pendidikan SD SMP SMA/SMK PT 1 2 4 7 1,7 3,3 6,7 11,7 4 5 14 6 6,7 8,3 23,3 10 2 5 6 0 3,3 8,3 10 0 2 1 1 0 3,3 1,7 1,7 0

Pekerjaan Pedagang Tani Pensiunan Buruh PNS Wiraswasta IRT Lainnya 0 0 2 4 3 2 1 2 0 0 3,3 6,7 5 3,3 1,7 3,3 8 1 0 3 2 5 5 5 13,3 1,7 0 5 3,3 8,3 8,3 8,3 4 1 0 2 1 0 4 1 6,7 1,7 0 3,3 1,7 0 6,7 1,7 0 0 0 1 0 2 1 0 0 0 0 1,7 0 3,3 1,7 0

Suku Sunda Betawi Jawa Lainnya 7 3 2 2 11,7 5 3,3 3,3 8 7 13 1 13,3 11,7 21,7 1,7 5 2 4 2 8,3 3,3 1,7 3,3 2 0 2 0 3,3 0 3,3 0

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang tidak melakukan

penanganan apa-apa sebagian besar dengan kategori sering yaitu jenis kelamin

perempuan (30%), pendidikan SMA/SMK (23,3%), pekerjaan pedagang (13,3%),


(66)

Berikut perilaku masyarakat yang melakukan penanganan sendiri saat terjadi

luka bakar:

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Yang Melakukan Penanganan Sendiri Saat Terjadi Luka Bakar (N=60)

Karakteristik Selalu Sering Kadang-Kadang

Tidak Pernah F (%) F (%) F (%) F (%) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 4 11 6,7 18,3 13 15 21,7 25 9 3 25 5 3 2 5 3,3

Pendidikan SD SMP SMA/SMK PT 3 4 8 3 5 6,7 13,3 5 3 5 13 5 5 8,3 21,7 8,3 2 3 2 3 3,3 5 3,3 5 1 1 2 2 1,7 1,7 3,3 3,3

Pekerjaan Pedagang Tani Pensiunan Buruh PNS Wiraswasta IRT Lainnya 3 1 0 2 1 3 5 3 5 1,7 0 3,3 1,7 5 8,3 5 4 1 1 4 3 4 4 3 6,7 1,7 1,7 6,7 5 6,7 6,7 5 3 0 1 3 1 1 2 1 5 0 1,7 5 1,7 1,7 3,3 1,7 2 0 0 1 1 1 0 1 3,3 0 0 1,7 1,7 1,7 0 1,7

Suku Sunda Betawi Jawa Lainnya 7 3 7 1 11,7 5 11,7 1,7 8 6 6 3 13,3 10 10 5 4 2 5 1 6,7 3,3 8,3 1,7 3 1 3 0 5 1,7 5 0

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang melakukan

penanganan sendiri saat terjadi luka bakar sebagian besar dengan kategori sering

yaitu perempuan (25%), pendidikan SMA/SMK (21,7%), pekerjaan pedagang,


(67)

50

Berikut perilaku masyarakat yang melakukan penanganan ke balai pengobatan/

klinik saat terjadi luka bakar:

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Yang Ke Balai Pengobatan / Klinik Saat Terjadi Luka Bakar (N=60)

Karakteristik Selalu Sering Kadang-Kadang

Tidak Pernah F (%) F (%) F (%) F (%) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 10 3 16,7 5 11 17 18,3 28,3 4 5 6,7 8,3 4 6 6,7 10

Pendidikan SD SMP SMA/SMK PT 2 3 8 3 3,3 5 13,3 5 3 8 10 7 5 13,3 16,7 11,7 3 1 4 2 5 1,7 6,7 3,3 1 1 3 1 1,7 1,7 5 1,7

Pekerjaan Pedagang Tani Pensiunan Buruh PNS Wiraswasta IRT Lainnya 3 0 0 2 1 2 3 3 3,3 0 0 3,3 1,7 3,3 5 5 7 0 1 3 1 3 2 2 11,7 0 1,7 5 1,7 5 3,3 3,3 2 1 1 4 3 3 3 2 3,3 1,7 1,7 6,7 5 5 5 3,3 0 1 0 1 1 1 3 1 0 1,7 0 1,7 1,7 1,7 5 1,7

Suku Sunda Betawi Jawa Lainnya 5 3 6 2 8,3 5 10 3,3 8 4 7 3 13,3 6,7 11,7 5 5 2 5 0 8,3 3,3 8,3 0 4 3 3 0 6,7 5 5 0

Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa responden yang melakukan

penanganan dengan mendatangi balai pengobatan atau klinik sebagian besar

dengan kategori sering yaitu jenis kelamin perempuan (28,3%), pendidikan

SMA/SMK (16,7%), pekerjaan pedagang (11,7%), dan Suku Sunda (13,3%).

Berikut perilaku masyarakat yang melakukan penanganan ke puskesmas saat


(68)

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Responden Yang Ke Puskesmas Saat Terjadi Luka Bakar (N=60)

Karakteristik Selalu Sering Kadang-Kadang

Tidak Pernah F (%) F (%) F (%) F (%) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 5 3 8,3 5 3 2 5 3,3 9 5 15 8,3 12 21 20 35 Pendidikan SD

SMP SMA/SMK PT 2 2 3 1 3,3 3,3 5 1,7 1 2 4 1 1,7 3,3 6,7 1,7 3 4 8 4 5 6,7 13,3 6,7 3 5 10 7 5 8,3 16,7 11,7 Pekerjaan Pedagang

Tani Pensiunan Buruh PNS Wiraswasta IRT Lainnya 2 0 0 2 1 0 1 2 3,3 0 0 3,3 1,7 0 1,7 3,3 1 0 0 2 0 2 2 1 1,7 0 0 3,3 0 3,3 3,3 1,7 3 1 1 2 2 2 2 1 5 1,7 1,7 3,3 3,3 3,3 3,3 1,7 6 1 1 4 3 5 6 4 10 1,7 1,7 6,7 5 8,3 10 6,7 Suku Sunda

Betawi Jawa Lainnya 3 2 2 0 5 3,3 3,3 0 4 3 3 1 6,7 5 5 1,7 7 3 6 1 11,7 5 10 1,7 8 4 10 3 13,3 6,7 16,7 5

Berdasarkan tabel berikut menunjukkan bahwa responden yang melakukan

penanganan ke puskesmas saat terjadi luka bakar sebagian besar dengan kategori

tidak pernah yaitu jenis kelamin perempuan (35%), pendidikan SMA/SMK

(16,7%), pekerjaan IRT (10%), dan Suku Jawa (16,7%).

Berikut perilaku masyarakat yang melakukan penanganan ke rumah sakit saat


(1)

2. Minyak Panas: 38 fenomena

P = ( F / N ) x 100%

P = (38 / 177) x 100%

P = 21,4689266

≈ 21,5%

3. Setrika Listrik: 29 fenomena

P = ( F / N ) x 100%

P = (29 / 177) x 100%

P = 16,3841808

≈ 16,4%

4. Knalpot: 37 fenomena

P = ( F / N ) x 100%

P = (37 / 177) x 100%

P = 20,9039548

≈ 20,9%

5. Tersetrum Listrik: 31 fenomena

P = ( F / N ) x 100%

P = (31 / 177) x 100%

P = 17,5141243

≈ 17,5%

6. Lainnya: 4 fenomena

P = ( F / N ) x 100%

P = (4 / 177) x 100%

P = 2,25988701


(2)

B. Tindakan Yang Sering Dilakukan Responden

Dari 60 responden didapatkan data:

Karakteristik

Frekuensi

Kecap

27

Pasta Gigi

35

Air Mengalir

17

Air Es

19

Minyak

16

Mentega

17

Mendatangi Orang Pintar

13

Diabaikan

11

Lainnya

18

Total

173

1. Menggunakan Kecap: 27 fenomena

P = ( F / N ) x 100%

P = (27 / 173) x 100%

P = 15,6069364

≈ 15,6%

2. Menggunakan Pasta Gigi: 35 fenomena

P = ( F / N ) x 100%

P = (35 / 173) x 100%

P = 20,2312139

≈ 20,2%

3. Menggunakan Air Mengalir: 17 fenomena

P = ( F / N ) x 100%

P = (17 / 173) x 100%

P = 9,8265896


(3)

4. Menggunakan Air Es: 19 fenomena

P = ( F / N ) x 100%

P = (19 / 173) x 100%

P = 10,982659

≈ 11%

5. Menggunakan Minyak: 16 fenomena

P = ( F / N ) x 100%

P = (16 / 173) x 100%

P = 9,24855491

≈ 9,3%

6. Menggunakan Mentega: 17 fenomena

P = ( F / N ) x 100%

P = (17 / 173) x 100%

P = 9,8265896

≈ 9,8%

7. Mendatangi Orang Pintar: 13 fenomena

P = ( F / N ) x 100%

P = (13 / 173) x 100%

P = 7,51445087

≈ 7,5%

8. Diabaikan: 11 fenomena

P = ( F / N ) x 100%

P = (11 / 173) x 100%

P = 6,3583815


(4)

9. Lainnya: 18 fenomena

P = ( F / N ) x 100%

P = (18 / 173) x 100%

P = 10,4046243


(5)

Rekapitulasi Jawaban Responden pada Kuesioner Uji Validitas

Point Biserial dan Uji Reliabilitas KR20

g1 g2 g3 g4 g5 g6 g7 h8 jumlah Xkuadrat

r1 1 0 1 1 0 1 1 1 6 36

r2 1 0 1 0 1 1 1 1 6 36

r3 1 1 1 0 0 0 1 0 4 16

r4 1 1 0 0 1 1 0 1 5 25

r5 1 1 1 0 1 1 1 0 6 36

r6 0 1 0 1 1 1 1 1 6 36

r7 1 1 1 1 1 1 1 1 8 64

r8 1 1 1 1 1 1 1 1 8 64

r9 1 1 1 0 1 1 1 0 6 36

r10 1 1 1 1 1 1 1 1 8 64

r11 1 1 1 1 1 1 1 1 8 64

r12 1 1 1 1 1 0 0 1 6 36

r13 1 1 1 1 1 1 1 1 8 64

r14 1 1 1 0 1 1 1 1 7 49

r15 1 1 1 1 1 1 1 1 8 64

r16 1 1 1 1 1 1 1 0 7 49

r17 1 1 0 1 1 1 1 1 7 49

r18 1 1 1 1 1 1 1 1 8 64

r19 1 0 1 1 1 1 1 0 6 36

r20 1 1 1 1 1 1 1 1 8 64

r21 1 1 1 1 1 1 1 0 7 49

r22 1 1 0 1 1 1 1 1 7 49

r23 1 1 1 1 1 1 1 1 8 64

r24 1 1 1 1 1 0 0 0 5 25

r25 0 1 0 0 1 1 1 1 5 25

r26 1 1 1 1 1 1 1 0 7 49

r27 1 0 1 0 0 0 1 0 3 9

r28 1 0 0 1 0 1 1 1 5 25

r29 0 1 0 0 1 0 1 0 3 9

r30 1 1 1 1 1 1 1 1 8 62


(6)

Validitas

p 27 25 23 21 26 25 27 20

q 3 5 7 9 4 5 3 10

pq 81 125 161 189 104 125 81 200

pi 0,9 0,8 0,77 0,7 0,9 0,83 0,9 0,667

qi 0,1 0,2 0,23 0,3 0,1 0,17 0,1 0,333

Mp 6,67 6,7 6,78 7,1 6,8 6,92 6,7 7

Mt 6,47 6,5 6,47 6,5 6,5 6,47 6,5 6,467

Sd 1,44 1,4 1,44 1,4 1,4 1,44 1,4 1,44

Mp-Mt 0,2 0,3 0,32 0,6 0,3 0,45 0,2 0,533

(Mp-Mt):Sd 0,14 0,2 0,22 0,4 0,2 0,31 0,1 0,37 √ p:q 3 2,2 1,81 1,5 2,5 2,24 3 1,414

r pbis 0,42 0,4 0,4 0,7 0,5 0,7 0,4 0,523

r tabel 0,36 0,4 0,36 0,4 0,4 0,36 0,4 0,361 status valid valid valid valid valid valid valid valid

reliabilitas

k 8 0,5

p 0,9 0,5 0,25 0,3 0,7 0,48 0,9 0,26

q 0,1 0,1 0,75 0,7 0,3 0,52 0,1 0,74

pq 0,09 0,06 0,1 0,1 0,08 0,1 0,087

Ʃ pq 0,65

var total 2,18


Dokumen yang terkait

Hubungan Sanitasi Lingkungan Perumahan dan Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian Penyakit Filariasis di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005

0 35 181

Penganrh Salep Ekstrak I)aun Binahong (Anredera cordifulia (Tenore) Steenis) terhadap Pembentukan Jaringan Granulasi pada Luka Bakar Tikus Sprngue dawley (Studi Pendahuluan Lama Paparan Luka Bakar 30 Detik dengan Plat Besi

1 19 89

Pengaruh Pemberian Salep Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) Terhadap Pembentukan Jaringan Granulasi Pada Luka Bakar Tikus Sprague dawley (Studi Pendahuluan Lama Paparan Luka Bakar 10 Detik Dengan Plat Besi)

0 18 62

Pengaruh Pemberian Salep Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) Terhadap Re-Epitelisasi Pada Luka Bakar Tikus Sprague dawley (Sudi Pendahuluan Lama Paparan Luka Bakar 30 Detik dengan Plat Besi

3 33 70

Pengaruh pemberian salep ekstrak daun Binahong (anredera cordifolia (tenore) steenis) terhadap re-epitelisasi pada luka bakar tikus sprague dawley : studi pendahuluan lama paparan luka bakar 30 detik dengan plat besi

0 20 70

UJI SENSITIVITAS ISOLAT BAKTERI DARI PASIEN LUKA BAKAR DI BANGSAL LUKA BAKAR RSUP DR. M. DJAMIL PADANG.

0 2 12

Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat Terhadap Tingginya Angka Kejadian Malaria Di Desa Mawea Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara Tahun 2011.

6 7 33

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN ANGGOTA KELUARGA TENTANG PENANGANAN PERTAMA LUKA BAKAR DI KOTA PANGKALPINANG.

0 0 2

LUKA BAKAR BAGAIMANA MENOLONGNYA

0 1 3

LUKA BAKAR DAN ASUHAN PERAWATANNYA

0 0 17