12 Setelah pelarut dari noda menguap, plat siap untuk dikembangkan dengan fasa
gerak yang sesuai hingga jarak eluenfasa gerak dari batas plat mencapai 7-10 cm. Proses pengembangan dikerjakan dalam wadah tertutup chamber yang
diisi eluen yang sesuai dengan sampel. Chamber tersebut dijenuhi dengan uap eluen agar dihasilkan pemisahan yang baik dan dapat ulang reproducible.
Teknik pengembangan dapat dari bawah ke atas ascending, dari atas ke bawah descending atau mendatar. Jangan sampai terlalu lama mencelupkan
plat dalam bejana bila permukaan pelarut telah mencapai garis akhir, karena oleh pengaruh difusi dan penguapan dapat menyebabkan pemancaran dari
noda-noda yang terpisah. Langkah berikutnya adalah mengeringkan sisa eluen dalam lapisan tipis dengan didiamkan pada suhu kamar beberapa saat. Noda
pada lapisan tipis dapat diamati langsung untuk noda tampak. Jika noda tidak tampak dapat dilihat dengan lampu UV pada panjang gelombang pendek 254
nm atau pada panjang gelombang 366 nm Sastrohamidjojo, 1991: 28-36. Setelah noda dikembangkan dan divisualisasikan, identitas noda
dinyatakan dengan harga Rf Retardation Factor yang didefinisikan sebagai rasio jarak noda terhadap titik awal dibagi jarak eluen terhadap titik awal.
Secara sistematis dapat ditulis: Rf = lh
Dimana, l = jarak noda dari titik awal ke titik akhir setelah proses pengembangan
h = jarak eluen dari titik awal ke batas akhir eluen Harga Rf berkisar antara 0-0,999. Harga Rf tiap-tiap senyawa adalah
karakteristik, sehingga untuk keperluan kualitatif dapat dilakukan dengan membandingkan harga Rf suatu senyawa murni dengan harga Rf standar.
Berikut ini adalah faktor-faktor yang memperngaruhi gerakan noda dalam KLT yang juga mempengaruhi harga Rf Sastrohamidjojo, 1991: 35-36,
yaitu: a. Struktur senyawa yang dipisahkan.
13 b. Sifat adsorben dan derajat aktifitasnya. Perbedaan adsorben memberikan
perbedaan besar terhadap harga Rf. c. Tebal dan kerataan lapisan adsorben.
d. Pelarut fasa gerak dan tingkat kemurniannya. e. Derajat kejenuhan dan uap dalam bejana pengembangan yang digunakan.
f. Teknik percobaan. g. Jumlah cuplikan yang digunakan. Penetesan jumlah cuplikan yang
berlebihan memberikan tendensi penyebaran noda-noda dengan kemungkinan terbentuknya ekor.
h. Suhu untuk mencegah perubahan-perubahan dalam komposisi pelarut yang disebabkan oleh penguapan-penguapan atau perubahan-perubahan
fasa. Alat yang digunakan untuk mengetahui harga Rf secara langsung
adalah TLC Scanner. Alat ini akan memberikan data Rf dan luas area yang member data tentang presentase kemurnian senyawa yang dipisahkan.
6. Spektroskopi Infra Merah
Spektroskopi FTIR Fourier Transform Infrared, yaitu metode spektroskopi infra merah modern yang dilengkapi dengan Teknik
Transformasi Fourier untuk deteksi dan analisis hasil spektrumnya. Dalam hal ini metode spektroskopi yang digunakan adalah metode spektroskopi
absorbsi, yaitu metode spektroskopi yang didasarkan atas perbedaan penyerapan radiasi infra merah oleh molekul suatu materi. Absorbsi infra
merah oleh suatu materi dapat terjadi jika dipenuhi dua syarat, yakni kesesuaian antara frekuensi radiasi infra merah dengan frekuensi vibrasional
molekul sampel dan perubahan momen dipol selama bervibrasi Chatwal, 1985.
Spektrofotometri infra merah adalah hal yang sangat penting dalam kimia modern, terutama dalam bidang kimia organik. Spektrofotometri infra
merah merupakan alat rutin dalam penemuan gugus fungsional, pengenalan
14 senyawa, dan analisa campuran. Kebanyakan gugus, seperti CH, O-H, C=N,
dan C=N, menyebabkan pita absorpsi infra-merah, yang berbeda hanya sedikit dari satu molekul ke yang lain tergantung pada substituen yang lain Day dan
Underwood,1990. Pancaran infra merah pada umumnya mengacu pada bagian spektrum
elektromagnet yang terletak di antara daerah tampak dan daerah gelombang mikro. Bagi kimiawan organik, sebagian besar kegunaannya terbatas di antara
4000 cm-1 dan 666 cm-1 2,5 – 15,0 µm. Akhir-akhir ini muncul perhatian
pada daerah infra-merah dekat, 14.290 – 4000 cm-1 0,7 – 2,5 µm dan daerah
infra-merah jauh, 700 – 200 cm-1 14,3 – 50 µm Silverstein, dkk., 1986.
Karakteristik serapan infra merah dari beberapa gugus fungsional dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Karakteristik serapan infra merah dari beberapa gugus fungsional Gugus Fungsional
Posisi Pita cm
-1
Intensitas Absorpsi Alkana, gugus alkil
C-H 2850-2960
Sedang sampai kuat Alkena
=C-H C=C
3020-3100 1650-1670
Medium Medium
Alkohol O-H
C-O 3400-3640
1050-1150 Kuat, Lebar
Kuat Aromatis
3030 1600, 1500
Medium Kuat
Asam karboksilat O-H
2500- 3100 Kuat, sangat luas
15
7. Spektroskopi Massa
Spektrometri massa adalah salah satu aplikasi dari alat analisis yang menyajikan informasi kualitatif dan kuantitatif tentang atom atau komposisi
molekular dari senyawa organik ataupun anorganik. Spektrometer massa pertama kali digunakan oleh Thompson pada tahun 1912 dan Aston tahun
1919. Spektrometer massa menghasilkan data berupa muatan partikel yang terdiri dari fragmentasi ionik dari molekul awal, dan urutan-urutannya
berdasarkan perbandingan massanya Silverstein, et al., 1981. GC-MS merupakan metode pemisahan senyawa organik yang
menggunakan dua metode analisis senyawa yaitu kromatografi gas GC untuk menganalisis jumlah senyawa secara kuantitatif dan spektrometri massa
MS untuk menganalisis struktur molekul senyawa analit Fowlis, 1998.
Gas kromatografi merupakan salah satu teknik spektroskopi yang menggunakan prinsip pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan
migrasi komponen-komponen penyusunnya. Gas kromatografi biasa digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa yang terdapat pada
campuran gas dan juga menentukan konsentrasi suatu senyawa dalam fase gas
Fowlis, 1998.
Keuntungan utama yang diperoleh dari spektrometri massa ini sebagai teknik analisis adalah sensitivitas yang tinggi dibandingkan teknik analisis
lain dan spesifikasi dalam mengidentifikasi senyawa yang tidak diketahui
Silverstein, et al., 1991.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Wisnu Pambudi 2009 mensintesis senyawa 4-4-hidroksi-3-metoksifenil-3-buten-2-on dan uji potensinya sebagai tabir surya
dengan katalis asam. Pada sintesis tersebut tidak diperoleh senyawa target dengan menggunakan katalis asam.
Penelitian oleh Anton Cahyono 2012 telah berhasil mensintesis senyawa vanilaseton
atau 4-4-hidroksi-3-metoksifenil-3-buten-2-on
dan studi