4.3 Pembahasan A. Strategi Produksi
Produksi merupakan proses pembuatan produk atau jasa yang akan ditawarkan kepada konsumen. Oleh karena itu produk yang dihasilkan harus
sesuai atau memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Dalam strategi produksi yang dilakukan oleh galeri “Tresna Art” dapat diketahui bahwa pihak
galeri lebih banyak menggunakan pendekatan bahwa mereka membentuk produk berdasarkan persepsi yang ada di benak mereka dan bukan berasal dari konsumen.
Meskipun untuk satu kasus, pihak galeri juga bersedia menerima pesanan tertentu dari pelanggan.
Kondisi demikian untuk sementara masih memungkinkan untuk di gunakan dalam bisnis batik. Karena pengetahuan konsumen yang relatif kurang
untuk produk maupun motif dari batik itu sendiri. Sebagaimana diketahui, meskipun seni batik telah berakar ratusan tahun di Nusantara, namun hanya
sedikit masyarakat yang mengerti dan paham mengenai batik itu sendiri. Konsumen sedikit yang mengetahui perbedaan maupun maksud yang tersimbol
dalam motif-motif batik yang sangat beragam. Untuk itu, maka sebaiknya pihak “Tresna Art” dapat memberikan edukasi
kepada tamu yang berkunjung mengenai batik khususnya batik Madura. Sebagaimana yang telah dilakukan saat ini. Sehingga ke depan strategi produksi
yang digunakan, sebaiknya pihak galeri melibatkan pelanggan dalam menentukan motif batik apa yang diinginkan konsumen, sehingga konsumenpelanggan juga
akan memiliki loyalitas kepada pihak galeri.
B. Strategi Sumberdaya Manusia
Menyadari pentingnya karyawan dalam membantu usahanya, ibu Supik berusaha memberikan manfaat yang baik kepada karyawan dengan bekerja di
tempat usaha. Hal tersebut ditunjukkan dengan memberikan gaji yang layak serta pemberian uang lebur kepada karyawan, ataupun bentuk santuan apabila ada
karyawan yang menderita sakit. Keakraban antara pemilik dan karyawan merupakan hal yang juga tidak kalah penting bagi sebuah usaha, karena dengan
komunikasi yang baik, maka karyawan akan merasa nyaman dan betah untuk bekerja. Sebagaimana dituturkan Ririn 25 tahun karyawati yang bertugas
sebagai kasir, bahwa ia merasa betah bekerja di “Tresna Art”. Karena itu sedapat mungkin pihak galeri berusaha untuk menjaga suasana
kerja kondusif yang ada, bahkan meningkatkannya. Sehingga pada akhirnya karyawan merasa ikut memiliki tempat kerja mereka.
C. Strategi Keuangan
Bekal pendidikan yang terbatas, menjadikan ibu Supik menghadapi keterbatasan dalam mengelola keuangan usahanya. Meskipun secara umum, bisnis
mampu berkembang. Namun untuk menjadikan usaha tersebut mampu tumbuh besar, maka
diperlukan penelolaan keuangan yang bagus, dalam artian sistem pencatatan transaksi keuangan usaha harus sistematis dengan menggunakan sistem akuntansi
yang berlaku. Hal ini pada akhirnya juga akan memudahkan pemilik dalam menghitung pajak penghasilan usaha yang harus dibayarkan kepada pemerintah.
Untuk itu, ibu Supik dapat menggunakan tenaga tambahan yang memiliki kemampuan dalam bidang akuntansi. Sehingga pemilik dapat dengan mudah
mengetahui berbagai informasi maupun posisi keuangan usaha setiap saat.
D. Strategi Pemasaran
Sebagaimana diungkapkan Hermawan Kertajaya 2010:20 dalam salah satu karyanya “Connect”, bahwa “marketing harus dipahami sebagai sebuah
konsep bisnis strategis dengan tujuan untuk menciptakan kepuasan yang berkelanjutan –bukan sesaat- kepada tiga stakeholder utama perusahaan yaitu
pelanggan, karyawan, dan pemegang saham.” Ini berarti bahwa pemasaran bukan lagi menjadi sekedar cara bagi perusahaan untuk menjual produk atau jasa yang
mereka hasilkan kepada konsumen, namun lebih luas lagi, pemasaran merupakan strategi yang menyeluruh bagi operasional perusahaan dalam menjamin
kontinuitas usaha. Galeri “Tresna Art” dari uraian sebelumnya terlihat mampu
mengoptimalkan peluang yang ada, yaitu dengan memanfaatkan fasilitas pameran industri yang diadakan secara rutin oleh pihak pemerintah kabupaten Bangkalan
untuk memperkenalkan produk-produk daerah. Hal tersebut memberikan dampak positif dengan semakin dikenalnya produk “Tresna Art” ke daerah lain. Jalinan
kemitraan dengan pihak lain melalui pemasaran melalui internet juga telah
digunakan oleh “Tresna Art” untuk memperkenalkan produk kepada pasar yang lebih luas.
Dari tersebut dapat diketahui bahwa “Tresna Art” mampu mengambil peluang yang ada untuk mengembangkan bisnisnya. Namun agar produk yang
ditawarkan oleh “Tresna Art” mampu menarik konsumenpelanggan lebih luas, maka pihak galeri perlu melibatkan konsumen dalam menentukan motif yang
sesuai dengan keinginan mereka. Terlebih batik merupakan suatu karya seni, tentu konsumen menginginkan keunikan dari batik yang mereka kenakan dalam arti
tidak sama dengan milik orang lain. Apabila hal ini mampu dilakukan, maka konsumen akan menjadi puas dan pada akhirnya menjadikan konsumenpelanggan
semakin loyal kepada produk-produk “Tresna Art”. Upaya pemasaran lain yang juga dapat dilakukan oleh “Tresna Art” adalah
dengan memberikan edukasi kepada pengunjung galeri. Hal ini dimungkinkan, karena mayoritas masyarakat memilliki pengetahuan yang minim terhadap batik.
Dengan memberikan edukasi mengenai sejarah, arti, maupun proses pembuatan baatik, maka pelanggan akan merasa lebih dihargai dan puas dengan batik yang
mereka beli karena sesuai dengan karakteristik yang mereka inginkan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan