PUSAT PENGEMBANGAN BATIK MADURA DI BANGKALAN.
LAPORAN TUGAS AKHIR
PUSAT PENGEMBANGAN BATIK MADURA
DI BANGKALAN
Diajukan Oleh :
DANNY DWI SANTOSO
NPM : 0951010028
Dosen Pembimbing :
1.
Dr.Ir. Pancawati Dewi., MT
2.
Ir. Sri Suryani Y.W.,MT
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2013
(2)
TUGAS AKHIR
PUSAT PENGEMBANGAN BATIK
MADURA DI BANGKALAN
Dipersiapkan dan Disusun Oleh:
DANNY DWI SANTOSO
0951010028
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Pada Tanggal : 14 Juni 2013
Pembimbing Utama : Penguji I :
Dr.Ir. Pancawati Dewi, MT Ir. Muchlisiniyati Safeyah, MT. NPT. 3 6705 94 0033 1 NPT. 3 6706 94 0032 1
Pembimbing Pendamping : Penguji II
Ir.Sri Suryani Yuprapti Winasih, MT. Lily Syahrial, ST., MT. NIP. 19670722 199303 2 00 2 NIP. 19550908 199103 1 00 1
Penguji III
Dyan Agustin, ST., MT. NPT. 3 7708 04 0203 1 Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
Untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik (S-1) Tanggal : 06 Juli 2013
Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Ir. Naniek Ratni JAR., M.Kes. NIP. 19590729 198603 2 00 1
(3)
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya haturkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga saya bisa menyelesaikan penyusunan Proposal Tugas Akhir.
Untuk menyelesaikan studi di UPN “Veteran” Jawa timur, setiap mahasiswa di wajibkan memenuhi persyaratan kurikulum, dimana salah satunya adalah Tugas Akhir mahasiswa, yang akan mengambil Tugas Akhir diwajibkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan penyusulan usulan judul sebelum menyusun proposal, konsep perancangan dan rancangannya sendiri.
Proposal Tugas Akhir ini dimaksud untuk memberikan gambaran secara garis besar mengenai lingkup proyek yang akan dikerjakan baik keluasan maupun kedalamannya. Adapun judul yang dapat diusulkan oleh penyusun adalah:
“ Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan “ yang kelak akan dipergunakan dalam proses perancangan tugas akhir. Pemilihan judul ini didasarkan pada kenyataan bahwa kerajinan batik Bangkalan perlu di kembangkan dan dilindungi karena kerajinan ini adalah merupakan salah satu kekayaan alam yang dimililki Indonesia yang mempunyai nilai sejarah yang sangat tinggi. Sehingga dengan adanya “ Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan “ inilah yang akan menjadi salah satu wadah masyarakat Bangkalan dapat menikmati kerajinan Batik dan melihat secara langsung proses pembuatan batik tersebut.
Menyadari tulisan ini masih banyak kekurangan, saya membuka diri untuk kritik serta saran yang membangun dari pembaca guna adanya perbaikan yang berarti, yang pasti nantinya akan dapat membantu saya dalam pengerjaan Tugas Akhir selanjutnya.
Surabaya, 14 Juni 2013
(4)
PUSAT PENGEMBANGAN BATIK MADURA DI
BANGKALAN
Danny Dwi Santoso 0951010028
ABSTRAK
Pengrajin batik di Bangkalan memiliki potensi kerajinan batik yang mempunyai ciri khas dalam motif serta cara pengelolaannya mulai dari batik tulis, cap dan juga batik gentongan yang memiliki nilai potensi untuk dikembangkan karena pangsa pasar Lokal maupun Nasional, dari potensi tersebut dapat ditingkatkan dengan cara memberikan pelatihan secara kualitas dan kuantitas. Kerajinan batik di Kabupaten Bangkalan ini memiliki 5 segmen industri batik yaitu industri batik besar, menengah, kecil, mikro dan sentra yang masing-masing memiliki kendala. Pengrajin batik letaknya tersebar di desa-desa. Kondisi pengrajin saat ini masih berproduksi di rumah-rumah dan pemasaran dirumah, sehingga Dinas Industri & Perdagangan sulit untuk memantau kualitas produk yang dihasilkan sehingga perlu adanya suatu wadah yang terpusat untuk memfasilitasi kegiatan tersebut.
Perancangan Pusat Pengembangan Batik Madura ini menggunakan pendekatan Contextualism karena perancangan ini ingin mencitrakan bangunan pelatihan batik Madura. Menurut Richardson Contextualism yaitu “pemikiran yang berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan fisik buatan disekitarnya. konsep ini diterapkan didaerah urban, karena alam bukan lagi faktor yang dominan yang harus dipertimbangkan dalam merancang bangunan. komposisi memperhatikan utilitarian area”.
Pusat Pengembangan Batik Madura merupakan sebuah wadah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas batik, dengan cara memberikan pelatihan dan pemasaran yang bersifat rekreatif, serta meningkatkan nilai-nilai budaya dan juga mengeksplorasi sumber daya alam setempat sehingga terjaga dari kemusnahan, serta menjadikan pusat pengembangan ini menjadi tempat percontohan kerajinan batik Madura di Kabupaten-Kabupaten yang lain maupun tingkat Nasional.
(5)
DAFTAR ISI
Kata Pengantar... i
Daftar Isi... ii
Daftar Gambar... v
Daftar Tabel... viii
Daftar Diagram... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Perancangan………. 11.2. Tujuan Dan Sasaran Perancangan………... 3
1.3. Batasan Dan Asumsi……….. 4
1.4. Tahapan Perancangan……….... 4
1.5. Sistematika Laporan……….. 5
BAB II TINJAUAN OBYEK PERANCANGAN
2.1 Tinjaun Umum Rancangan……….... 72.1.1. Pengertian Judul Obyek Rancangan………. 7
2.1.2. Studi Literatur………... 7
2.1.2.1 Standarisasi Pembatikan……… 7
2.1.2.2. Alat Bantu Untuk Proses Pengembangan Batik .. 8
2.1.2.3. Proses Pembuatan Batik Tulis, Cap & Printing... 9
2.1.2.4. Dimensi Peralatan Proses Pembuatan Batik... 11
2.1.2.5. Data Cara Proses Menjahit Pakaian... 13
2.1.2.6. Data Proses dan Ruang Di Tanjung Bumi Bangkalan 15 2.1.3. Studi Kasus……….. 19
2.1.3.1. Batik Cempaka di solo……… . 19
2.1.3.2. UKM Juanda Surabaya...………... 24
2.1.4. Analisa Hasil Studi... 27
(6)
2.2.1. Penekanan Perancangan………... 28
2.2.2. Lingkup Pelayanan………...………... 28
2.2.3. Aktivitas Dan Kebutuhan Ruang………... 28
2.2.4. Kebutuhan Luasan Ruang... 34
2.2.5. Program Ruang... 40
BAB III TINJAUAN LOKASI PERANCANGAN 3.1. Latar Belakang Pemilihan Lokasi... 42
3.2. Penetapan Lokasi... 42
3.3. Kondisi Fisik Lokasi... 48
3.3.1. Existing Site... 48
3.3.2. Aksesbilitas... 48
3.3.3. Potensi Lingkungan ... 49
3.3.4. Jaringan Infrastruktur Kota... 50
3.3.5. Peraturan Bangunan Setempat... 51
BAB IV ANALISA PERANCANGAN 4.1. Analisa Site... 52
4.1.1. Analisa Aksesbilitas... 52
4.1.2. Analisa Iklim (matahari, angin)... 53
4.1.3. Analisa Kondisi Lingkungan Sekitar... 56
4.1.4. Analisa Zoning... 58
4.2. Analisa Ruang... 58
4.2.1. Organisasi Ruang... 58
4.2.2. Pola Sirkulasi Massa... 59
4.2.3. Hubungan Ruang dan Sirkulasi... 59
4.2.4. Diagram Abstrak... 61
4.3. Analisa Bentuk Dan Tampilan... 62
4.3.1. Analisa Bentuk Massa Bangunan... 62
(7)
BAB V ANALISA PERANCANGAN
5.1 Tema Rancang,... 65
5.1.1. Pendekatan... 65
5.1.1.1. Fakta ... 65
5.1.1.2. Issue ... 66
5.1.1.3. Goal ... 67
5.1.1.4. Performance Requirment... 67
5.1.2. Penentuan Tema Rancangan... 67
5.1.2.1. Metode Rancangan Menurut Richardson... 68
5.2. Konsep Rancangan ... 68
5.2.1. Konsep Tatanan Masa Bangunan dan Sirkulasi... 68
5.2.2. Konsep Ruang Luar ... 71
5.2.3. Konsep Aksesbilitas... 72
5.2.4. Konsep Bentuk dan Tampilan... 73
5.2.5. Konsep Sirkulasi Ruang Dalam dan Interior... 75
5.2.6. Konsep Utilitas... 77
5.2.7. Konsep Penghawaan... 78
BAB VI ANALISA PERANCANGAN 6.1. Aplikasi Tatanan Massa... 80
6.2. Aplikasi Ruang Luar... 81
6.3. Aplikasi Aksesbilitas... 82
6.4. Aplikasi Tampilan... 83
6.5. Aplikasi Ruang Dalam ... 84
6.6. Aplikasi Utilitas ... 85
(8)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Digital Printing... . 8
Gambar 2.2. Daun Indigofera... 9
Gambar 2.3. Dimensi Gawangan, aglo, kursi... 12
Gambar 2.4. Dimensi alat ngobat... 12
Gambar 2.5. Dimensi alat menjemur... 13
Gambar 2.6. Urutan Pengukuran... 15
Gambar 2.7. Denah Industri Batik Rumah di Tanjung Bumi Bangkalan... 15
Gambar 2.8. Rumah tinggal A dan B & Tempat penyimpanan batik... 16
Gambar 2.9. Ruang Menggambar... 16
Gambar 2.10. Denah Ruang Ngobati, Ngelorot dan Mencuci... 17
Gambar 2.11. R. Pewarna batik... 17
Gambar 2.12. R. Ngelorot... 17
Gambar 2.13. R. Mencuci Kain Batik... 18
Gambar 2.14. Tempat Menjemur... 18
Gambar 2.15. Lokasi Pasar Laweyan di sekitar ... 19
Gambar 2.16. Lokasi Batik Cempaka... 20
Gambar 2.17. Denah Rumah Batik Cempaka... 21
Gambar 2.18. Ruang Galeri... 21
Gambar 2.19. Ruang Rapat... 22
Gambar 2.20. Ruang Menggambar... 22
Gambar 2.21. Pewarnaan ... 23
Gambar 2.22.R. Ngelorot & Mencuci... 23
Gambar 2.23. T. Menjemur... 23
Gambar 2.24. Tampilan Bangunan... 24
Gambar 2.25. Lokasi Gedung Pusat Promosi Produk UKM Jawa Timur... 24
(9)
Gambar 2.27. Fasad Depan UKM Juanda... 26
Gambar 2.28. Interior... 26
Gambar 2.29. Struktur Bangunan... 27
Gambar 3.1. Letak Pengrajin Batik Bangkalan Terhadap Site... 44
Gambar 3.2. Lokasi Site Jl. Ahmad Yani... . 45
Gambar 3.3. Letak Pengrajin Batik Bangkalan Terhadap Site... 45
Gambar 3.4. Peta Lokasi... 47
Gambar 3.5. Batas Site Rancangan... 48
Gambar 3.6. Potensi Bangunan Sekitar... 50
Gambar 4.1. Analisa Aksesbilitas... 52
Gambar 4.2. Analisa Pengaruh Radiasi... 53
Gambar 4.3. Menciptakan bayang-bayang matahari... 54
Gambar 4.4. Orientasi angin... 54
Gambar 4.5. Mengatur Lubang masuk dan keluar angin... 55
Gambar 4.6. Analisa view in/out... 56
Gambar 4.7. Tingkat Kebisingan Lokasi... 57
Gambar. 4.8. Analisa bentuk ... 63
Gambar 4.9. Analisa Bentuk Massa Bangunan... 63
Gambar 4.10. Langgam Kraton Sumenep... 63
Gambar 4.11. Langgam Rumah Tanean Lanjeng... 64
Gambar 5.1. Konsep Tanean Lanjeng... 69
Gambar 5.2. Tranformasi Konsep Makro Tanean Lanjeng Pada Site 69 Gambar 5.3. Tranforamasi Konsep Mikro Tanean Lanjeng Pada Site 70 Gambar 5.4. Tranformasi Tatanan Massa Pemasaran... 70
Gambar 5.5. Tranformasi Tatanan Massa Pelatihan... 71
Gambar 5.6. Konsep Ruang Luar. ... 72
Gambar 5.7. Konsep Aksesbilitas... 73
Gambar 5.8. Konsep Bentuk... 73
Gambar 5.9. Konsep Tampilan Langgam Kraton sumenep... 74
Gambar 5.10. Konsep Tampilan Langgam Rumah Tanean Lanjeng. 74 Gambar 5.11 : Konsep Tampilan Bangunan... 75
(10)
Gambar 5.12 : Konsep Sirkulasi Ruang Dalam & interior... 75
Gambar 5.13 : Konsep Sirkulasi Ruang Dalam & Interior... 76
Gambar 5.14: Konsep Sirkulasi Ruang Dalam... 76
Gambar 5.15. Konsep Interior... 77
Gambar 5.16. Konsep saluran hasil pelatihan... 77
Gambar 5.17. Konsep Saluran... 77
Gambar 5.18. Sistem Penyediaan air bersih... 77
Gambar 5.19. Jaringan Listrik dan Genset... 78
Gambar 5.20. Konsep Penghawaan... 79
Gambar 6.1. : Aplikasi Tatanan Massa... 80
Gambar 6.2. Aplikasi Ruang Luar... 82
Gambar 6.3. Aplikasi Aksesbilitas... 82
Gambar 6.4. Aplikasi Tampilan Pelatihan... 83
Gambar 6.5. Aplikasi Tampilan Pemasaran... 83
Gambar 6.6. Aplikasi Sirkulasi... 84
Gambar 6.7. Aplikasi Interior Museum dan Galery ... 84
Gambar 6.8. Aplikasi Interior Lobby pengelola... 84
Gambar 6.9. Aplikasi Interior pelatihan menjahit... 84
Gambar 6.10. Aplikasi Interior pemasaran... 84
(11)
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Data Pengrajin Batik Bangkalan... Lampiran
Tabel 2.1. Pedoman ukuran... 14
Tabel 2.2. Aktivitas Pengguna... 30
Tabel 2.3. Kebutuhan Ruang... 32
Tabel 2.4. Pelatihan Batik I... 35
Tabel 2.5.Pelatihan Batik II... 36
Tabel 2.6. Fasilitas Pengelola... 37
Tabel 2.6. Kebutuhan Luas Ruang Penunjang... 37
Tabel 3.1. Pertimbangan Pemilihan Lokasi... 46
(12)
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1.1. Jumlah Investasi Industri Batik Bangkalan... 1
Diagram 1.2. Tahapan Perancangan Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan... 5
Diagram. 4.1. Pola Sirkulasi Massa... 59
Diagram 4.2. Hubungan Ruang Pelatihan I... 60
Diagram 4.3. Hubungan Ruang Pelatihan II... 60
Diagram 4.4. Hubungan Ruang Pengelola... 61
Diagram 4.5. Hubungan Ruang Penunjang... 61
Diagram 4.7. Hubungan antar massa bangunan... 62
(13)
0 20 40 60
2009 2010 2011
Idustri besar Industri menengah industri kecil Industri mikro industri sentra
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kabupaten Bangkalan merupakan pintu gerbang lalu lintas eksport dan import dalam hal perdagangan ke pulau Madura dan berada dimana kesenian dan kebudayaan berkembang dalam hal ini kebudayaan kerajinan batik Madura. Pengrajin batik di Bangkalan memiliki potensi kerajinan batik yang mempunyai ciri khas dalam motif Flora dan Fauna serta cara pengelolaannya mulai dari batik tulis, cap dan juga batik gentongan yang memiliki nilai jual yang sangat tinggi sehingga dapat dijadikan obyek wisata edukasi..
Dinas Perdangangan dan Perindustrian Kabupaten Bangkalan tahun 2011, perindustrian Kabupaten Bangkalan mempunyai lima klasifikasi industri batik yaitu 4 industri batik besar memliki pegawai 690 orang namun untuk jumlah investasi rata-rata yaitu 400-500 juta pertahun, 5 industri batik menengah memiliki jumlah pengrajin yaitu 176 orang dengan jumlah investasi rata-rata 100-200 juta pertahun, 185 industri batik kecil memiliki jumlah pengrajin yaitu 2907 orang dengan jumlah investasi 50-100 juta pertahun, 256 industri batik mikro memiliki jumlah pengrajin 1642 orang dengan jumlah investasi rata-rata 20-50 juta , 134 industri batik sentra memiliki jumlah pegawai 5445 dengan jumlah investasi rata-rata 20-50 juta. (Lihat lampiran 1).
Diagram 1.1. Jumlah Investasi Industri Batik Bangkalan (Sumber : Dinas Perdagangan & Perindustrian Kab. Bangkalan)
(14)
Dari kelima klasifikasi industri yang berada di Kabupaten Bangkalan, masing-masing mempunyai kendala, namun untuk industri besar, menengah dan kecil sudah terdaftar di Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Bangkalan, untuk industri mikro dan sentra sampai saat ini masih belum terdaftar secara pasti dan juga masih belum mempunyai ijin usaha, sehingga kendala lebih banyak dari industri mikro dan sentra seperti kontrol kualitasdan kuantitas desain, dan juga permasalahan pemasaran, permodalan.
Adapun beberapa macam kendala kualitas desain dan pemasaran dari pengrajin yaitu :
- Kualitas motif batik sudah mengikuti perkembangan mode namun untuk proses membatik masih kurang terkontrol sehingga daya jualnya rendah. - Pemasaran produk yang dihasilkan pengrajin sebagaian besar ditempatkan
di rumah masing-masing sehingga sulit dijangkau oleh konsumen dari dalam maupun luar Madura.
- Peralatan yang masih menggunakan alat-alat tradisional sehingga kuantitas kerajinan batik yang dihasilkan masih kurang memenuhi pangsa pasar. - Sebagian pengrajin menjual batik hanya berupa lembaran kain batik. - Sumber daya alam belum dimaksimalkan untuk pemanfaatan di bidang
kerajinan batik.
Pusat pengembangan/ pelatihan khususnya kerajinan yang ada saat ini cenderung belum maksimal karena pusat-pusat pelatihan tersebut kurang memperhatikan faktor-faktor sosial maupun tingkah laku dari pengrajin dan juga tidak adanya inovasi untuk menciptakan suasana dalam hal kegiatan-kegiatan yang dilakukan, dan itu hanya berupa pelatihan yang sifatnya formal, oleh karena itu salah satu kebutuhan pengrajin batik adalah adanya kemudahan untuk mendapatkan sebuah wadah untuk mengembangkan batik Madura dengan cara memberikan pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan batik dari metoda tradisional ke metoda yang modern, peningkatan kualitas bisa dilakukan dengan cara mengikuti pelatihan membatik sampai menjadi bahan jadi, mengikuti workshop di kota-kota lain atau mendatangkan seseorang yang mampu
(15)
memberikan pelatihan berupa cara pembatikan, atau cara pemasaran. Sedangkan bagi para konsumen menginginkan adanya kemudahan mengenal secara keseluruhan proses membatik dan tempat untuk membeli batik Madura.
Dengan adanya permasalahan yang dihadapi dalam hal edukasi, promosi & teknologi maka perlu ditindak lanjuti dengan pengadaan suatu fasilitas-fasilitas pelatihan membatik dari pihak pemerintah sekitar maupun industri batik yang sudah berkembang sebagai upaya meningkatkan eksistensi batik sebagai salah satu potensi industri di Madura khusunya Kabupaten Bangkalan. Fasilitas tersebut juga diharapkan dapat membantu industri kerajinan batik agar tidak semakin tenggelam. Wadah tersebut dapat berupa sebuah bangunan “ Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan” yang dapat digunakan untuk pelatihan bagi pengrajin Bangkalan dan juga tempat promosi.
1.2 . Tujuan Dan Sasaran Perancangan
Tujuan yang dikembangkan obyek perancangan Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan ini adalah sebagai :
Memberikan pelatihan kepada pengrajin dan wisatawan yang dapat membantu proses pelatihan melalui sebuah proses edukasi, pemasaran dan teknologi untuk meningkatkan produk yang mempunyai kualitas dan kuantitas tinggi, serta memasukan unsur/ suasana rekreatif pada proses pelatihan.
Pusat pengembangan Batik Madura sebagai tempat wisata edukasi serta sarana untuk mempromosikan, memamerkan dan menjual hasil karya pengrajin batik-batik Madura.
Sedangkan sasaran yang ingin dicapai dengan dirancangnya Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan ini adalah sebagai :
Bagaimana merencanakan wadah/ bangunan sebagai wadah pelatihan yang mempunyai 2 karakter pengguna yang berbeda dan memasukkan suasana pada proses pelatihan.
Merencanakan wadah/ bangunan sebagai wadah kegiatan untuk pelatihan batik khas Madura sekaligus sebagai tempat wisata edukasi.
(16)
1.3. Batasan Dan Asumsi
Lingkup dari perencanaan dan peracangan Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan terdiri dari berbagai aspek, antara lain:
Batasan obyek perancangan “Pusat Pengembangan Batik Madura di
Bangkalan” adalah mengupayakan pengembangan dengan media kain yaitu batik tulis, batik cap dan printing hingga menjadi kain siap pakai. Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan memberikan pelatihan
kepada pengrajin Madura khususnya yang berada di Kab. Bangkalan. Bangunan merupakan milik pemerintah Kabupaten Bangkalan Madura.
1.4. Tahapan Perancangan
Tahapan perancangan dimulai dari adanya suatu permasalahan, yaitu semakin lemahnya untuk mencintai produk dalam negri yakni batik, padahal batik sendiri adalah kerajinan tangan yang mempunyai nilai, makna, dankendala yang ada di pengrajin. Dari permasalahan ini timbul ide untuk mendirikan Pusat Pengembangan Batik Bangkalan sebagai judul awal. Setelah menemukan judul, di interpretasikan dengan melakukan pengumpulan data dari studi literatur dan studi kasus.
Tahapan perancangan didapat dari pengumpulan data yang ada yang akan dipakai dalam perencanaan proyek ini adalah :
Diagram 1.2. Tahapan Perancangan Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan (Sumber Hasil Analisa Pribadi, 2013)
(17)
Pemikiran tentang tahapan perancangan dimulai dari sebuah judul yaitu “Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangakalan”, yang kemudian mencari latar belakang kenapa mengambil judul itu dan permasalahan yang terjadi sehingga muncul ide tersebut. Setelah menemukan latar belakang, kemudian di- interpretasikan melalui pengumpulan data dengan mencari literatur dan studi kasus, dimana proses pengambilan data dilakukan dengan cara :
1. Studi Literatur
Selain bertujuan untuk mendapatkan bahan perbandingan juga untuk mengenal masalah-masalah yang berhubungan dengan proyek ini, serta untuk melengkapi data masukan dalam proses perencanaan dan perancangan. Bahan dari studi literatur ini diperoleh dari buku-buku refrensi, perpustakaan kampus UPN, brosur-brosur dan lain-lain yang dapat melengkapi kelengkapan data.
2. Studi Kasus
Dengan pengamatan terhadap proyek serupa, dalam arti perbandingan setiap program ruang, struktur organisasi, bangunan dan tipologi arsitektur dengan proyek lain yang sejenis.
Hasil dari pengumpulan data, di analisa kembali untuk menemukan suatu pendekatan terhadap perancangan yang nantinya akan timbul suatu ide/ konsep gagasan perancangan. Akhir dari konsep itu nantinya akan di aplikasikan ke- dalam sebuah gambar rancangan.
1.5. Sistematika Laporan
Untuk mendapatkan pegertian dan pemahaman yang sama tentang Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan, maka penyajian laporan ini menggunakan sistematika sebagai berikut.
Bab I : pendahuluan
Pada bab ini menguraikan tentang perkembangan kerajinan di Madura tentang jumlah kerajinan batik yang berpotensi di Kabupaten Bangkalan serta potensi wisata dan perhatian pemerintah terhadap pengrajin batik.
(18)
Pada bab ini menjabarkan tentang tinjauan umum rancangan tugas akhir yang berisi pengertian judul proyek tugas akhir serta pembahasan studi kasus yang sejenis yaitu Batik Cempaka Solo dan Gedung Pusat Promosi Produk UKM Jawa Timur.
Bab III : Tinjauan Lokasi Perancangan
Pada bab ini menjabarkan tentang latar belakang pemilihan lokasi, penetapan lokasi dan kondisi fisik lokasi yang sebenarnya.
Bab IV : Analisa Perancangan
Pada bab ini mejelaskan tentang analisa ruang yang ada didalam proyek perancangan dan analisa site yang digunakan sebagai lahan dalam perancangan.
(19)
BAB II
TINJAUAN OBYEK RANCANGAN
2.1. Tinjauan Umum Rancangan 2.1.1. Pengertian Judul
Untuk merealisasikan atau mentranformasikan gagasan – gagasan yang ada, maka penyusun mengambil judul obyek Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan.
Pengertian Pusat Pengembangan
Sentra (menjadi satu kesatuan) Proses perubahan untuk meningkatkan kondisi yang ada menjadi lebih baik dengan tuntutan dan kebutuhan akan batik Madura, serta adanya sarana edukasi, promosi, teknologi dan mengoleksi batik – batik khas Madura.
Pengertian Batik Madura
Batik Madura identik dengan moti-motif ataupun corak yang beragam, unik abstrak dan bebas seperti motif pucuk tombak, belah ketupat dan motif rajut, bahkan ada juga sejumlah motif yang mengangkat tema flora dan fauna yang berada disekitar masyarakat Bangkalan. Batik Bangkalan pada umumnya dikenal dengan dengan warna-warnya yang terang atau mencolok mata seperti warna kuning, merah ataupun hijau.
“ Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan merupakan sebuah wadah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas batik, dengan cara memberikan edukasi, pemasaran, teknologi, serta penggabungan obyek wisata edukasi untuk mendukung pelatihan tersebut.
2.1.2. Studi Literatur
2.1.2.1. Standarisasi Pembatikan
- Pada tahun 1959, pemerintahan mengeluarkan peraturan tentang pembuatan jenis kain batik kualitas rendah kain mori, yaitu keputusan Mentri Muda Perdangangan no.4713 A/M, tanggal 30 juli 1959.
(20)
- Pada bulan Agustus 1971, Dewan Standar Tekstil Indonesia membentuk Panitia Teknik Batik menyusun dalam bidang pembatikan antara lain:
- Standar Definisi Batik
Batik merupakan lukisan di atas kain yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan pakaian.
- Standar Definisi Isen Batik
Isen batik adalah lukisan-lukisan yang memiliki bentuk-bentuk tertentu yang merupakan unsur pengisi motif batik Indonesia.
- Standar Mutu kain mori
Standar mutu kain mori berupa kualitas kain yang dinilai dari ukuran dan juga nilai tahan luntur warna.
- Standar Definisi Proses Batik.
2.1.2.2. Alat Bantu Untuk Proses Pengembangan Batik
Proses Pengembangan Batik Madura dapat pula dilakukan dengan cara pengenalan alat-alat modern dan juga proses pembatikan dan bahan-bahan yang digunakan yang lebih terkontrol.
Proses pengembangan batik dapat berupa pengenalan alat modern pengrajin batik dan juga industri-industri mikro dan sentra di Pusat Pengembangan Batik madura juga dapat berpengaruh ke kualitas design dan juga proses pembatikan yang lebih cepat seperti menggunakan digital printing. (Lihat gambar 2.1)
Gambar 2.1. Digital Printing (Sumber: Dokumen Pribadi, 2013)
Adapun juga proses untuk menjadikan kualitas batik lebih tinggi dengan menggunakan pewarna alami. Sosialisasi terhadap bahan pewarna alami oleh
(21)
alami sangatlah prospektif, sebab peminat zat pewarna alami tidak hanya pembeli lokal, namun dari luar negeri, seperti Jepang dan Korea. Untuk membuat 1 kg serbuk zat pewarna Indigo dibutuhkan sekira 250 kg daun Indogofera. Otomatis, jika ingin memproduksi secara besar-besaran, dibutuhkan banyak pasokan daun Indigofera. Kendati butuh pasokan bahan baku yang banyak, hasil yang didapat dari zat pewarna ini memuaskan. Karena 25 gram serbuk Gama Indigo bisa digunakan mewarnai dua lembar kain batik berukuran standar 3×1,5 meter. (Lihat gambar 2.2).
Gambar 2.2. Daun Indigofera (Sumber: Dokumen Pribadi, 2013)
2.1.2.3. Proses Pembuatan Batik Tulis, Cap & Printing A. Proses Pembuatan Batik Tulis
Tahapan dari proses batik tulis ialah :
1) Pemotongan bahan baku (mori) sesuai dengan kebutuhan.
2) Mengetel : Menghilangkan kanji dari mori dengan cara membasahi mori tersebut dengan larutan minyak kacang, soda abu, tipol dan air secukupnya. Lalu mori diuleni setelah rata dijemur sampai kering lalu diuleni lagi dan dijemur kembali. Proses ini di ulang-ulang sampai tiga minggu lamanya lalu di cuci sampai bersih. Proses ini agar zat warna bisa meresap ke dalam serat kain dengan sempurna.
3) Ngelengreng : Menggambar langsung pada kain batik.
4) Isen- iseni : Memberi variasi pada ornamen (motif) yang telah di lengreng. 5) Nembok : Menutup bagian dasar kain yang tidak perlu diwarnai.
(22)
6) Ngobat : Mewarnai batik yang sudah ditembok dengan cara dicelupkan pada larutan zat warna.
7) Ngelorot : Menghilangkan lilin dengan cara direbus dalam air mendidih. 8) Pencucian : Setelah lilin lepasa dari kain, laulu dicuci sampai bersih dan
kemudian dijemur.
B. Proses Pembuatan Batik Cap
Perlengkapan Proses Batik Cap & Tahap-Tahap Batik Cap ialah : 1) Kasur (Bantalan)
Bantalan Kasur ini terbuat dari kapas yang dibungkus dengan kain, berfungsi sebagai lapisan bantalan kain mori yang akan dicap.
2) Taplak
Taplak ini terbuat dari kain katun yang berfungsi untuk lapisan kasur 3) Kompor
Tebuat dari besi dengan menggunakan sumbu, berfungsi untuk perapian saat melelehkan lilin malam
4) Anglo Besar
Anglo ini terbuat dari gerabah yang berfungi untuk tungku yang didalamnya diletakkan kompor untuk perapian. Penggunaan Anglo ini untuk melindungi api dari angin sehingga api dapat menyala lebih tenang. 5) Meja
Meja ini terbuat dari kayu yang berfungsi untuk meletakkan kasur bantalan.
6) Loyang
Loyang terbuat dari besi dan berbentuk seperti wajan dengan dasar datar dan berdiameter 40 cm, loyang ini berfungsi untuk tempat lilin malam saat dipanaskan.
7) Angsang
Angsang ini terbuat dari tembaga dengan permukaan berupa anyaman strimin yang diletakkan pada loyang. Angsang ini berfungsi untuk lapisan dasar pada permukaan loyang.
(23)
8) Serak Kasar dan Serak Halus
Serak kasar dan serak halus ini terbuat dari kain katun dengan bentuk seperti kain kasa berfungsi sebagai lapisan diatas angsang untuk meletakkan cap saat pengambilan lilin malam yang sudah meleleh.
9) Londo
Berupa jambangan kecil yang berisi air dan abu yang berfungsi untuk dipergunakan membasahi kasur agar tetap basah saat akan dipergunakan untuk meletakkan mori saat akan dicap.
10)Alat Cap
Alat cap ini terbuat dari tembaga dengan kombinasi besi dengan pemukaan untuk berupa motif batik. Cap ini berfungsi untuk meletakkan lilin malam dengan motif batik pada permukaan kain mori.
C. Proses Pembuatan Batik Printing Berikut ini langkah-langkah pembuatannya:
1) Siapkan desain.
2) cetak desain dalam plankan. Jumlah plankan yang dibutuhkan adalah sesuai dengan jumlah warna yang akan digunakan.
3) Siapkan kain mori dasar yang akan disablon, dengan posisi kain mori yang kencang.
4) Letakkan plankan di atas kain, lalu tuangkan pewarna dan tarik pewarna dari ujung plankan ke ujung plankan lainnya dengan valet.
5) Keringkan kain mori yang telah diberikan warna.
6) Ulangi langkah di atas, untuk setiap perbedaan warna dan desain.
2.1.2.4. Dimensi Peralatan Proses Pembuatan Batik. - Dimensi Gawangan, aglo, kursi.
(24)
A
B C
A
C B
Gambar 2.3. Dimensi Gawangan, Kursi, Aglo (Sumber: Dokumen Pribadi, 2013)
Gawangan yaitu alat yang digunakan untuk meletakkan kain mori yang akan digunakan pada proses ngelengreng, isen-iseni dan nembok, kemudian aglo digunakan untuk memanaskan dan juga kursi yang digunakan pengrajin untuk duduk.
- Dimensi alat ngobat
Ngobat atau mewarnai memerlukan sebuah bak dan bambu yang digunakan untuk meletakkan kain batik sebelum proses dengan panjang 1.2m digunakan untuk menaruh batik setelah diwarna dan bak dengan ukuran 110 cm x 110 cm. Adapun air melalui paralon yang didalam ruangan yang sudah disediakan.
Gambar 2.4. Dimensi alat ngobat (Sumber: Dokumen Pribadi, 2013)
(25)
- Dimensi alat Ngelorot (Gentong)
Dimensi alat untuk ngelorot atau menghilangkan malam dari pewarnaan tidak beda dengan pembatik akan tetapi pada ruangan ini dibutuhkan sirkulasi udara 60% dan 40% penutup karena didalam ruangan ini ada proses pembakaran yaitu air dibakar sampai mendidih dan kain yang penuh dengan malam dimasukkan sampai malam tersebut hilang dan larut dengan air panas tadi ini dilakukan dengan terus menerus sampai bersih. Diameter gentong yaitu 60 cm dan tinggi 1 m.
- Dimensi alat untuk menjemur
Alat yang digunakan untuk menjemur memerlukan ruangan terbuka karena pada ruangan ini dibutuhkan sinar matahari dan sirkulasi angin yang bebas. Pada proses ini dibutuhkan tiang untuk menjemur yaitu sebuah kawat yang dibutuhkan dengan tiang yang satu dengan yang lainnya dengan ukuran 1,20 cm dan ketinggian 1,50 cm dan jarak dengan yang lainnya 0,50 cm.
Gambar 2.5. Dimensi alat menjemur (Sumber: Dokumen Pribadi, 2013)
2.1.2.5. Data Cara Proses Menjahit Pakaian I. Persiapan
Siapkan alat ukur yang akan digunakan, dalam hal ini pita ukur standart dengan panjang 150 cm.
(26)
Putuskan terlebih dahulu model kemeja yang akan kita buat. Apakah itu kemeja lengan pendek atau kemeja lengan panjang. Hal ini bisa kita lakukan dengan mencari refrensi baik lewat media cetak dan elektronik, atau model kemeja yang trend yang pernah kita lihat di toko-toko ditempat kita.
Untuk pedoman ukuran bisa kita gunakan tabel dibawah ini. Tabel 2.1. Pedoman ukuran
Catatan :
- Ukuran diatas berdasarkan pada standart ukuran badan pria dewasa.
- Ukuran lengan adalah ukuran kemeja lengan pendek.
- Ukuran dalam cm.
II. Cara Pengukuran Kemeja Pria
Berikut adalah item dan urutan, serta langkah –langkah pengukuran kemeja pria. 1. Panjang kemeja : di ukur pada pangkal leher samping ke bawah sampai
dengan panjang yang dikehendaki.
2. Lingkar badan : diukur melingkar pada badan yang terbesar melewati bawah ketiak.
3. Lebar pundak : diukur dari batas bahu belakang kiri sampai dengan bahu belakang kanan dengan turun dari pangkal leher belakang kuran lebih 8 cm. 4. Lebar bahu : diukur dari batas leher samping sampai dengan batas bahu. 5. Panjang lengan ( untuk kemeja lengan pendek) : diukur dari atas bahu sampai
dengan panjang yang dikehendaki (kurang lebih 4-5cm diatas siku).
Poin Pengukuran S M L XL
Panjang kemeja 62 67 75 80
A - B 25 27 30 33
Pundak 42 44 48 50
Bahu 13 15 17 19
Lengan 24 26 27 28
Lingkar Ujung Lengan 32 36 40 42
Leher 40 42 45 48
(27)
6. Panjang lengan (untuk kemeja lengan panjang) : di ukur dari batas bahu sampai dengan panjang yang dikehendaki.
7. Lingkar ujung lengan : diukur melingkar pada batas bahu sampai lengan pendek.
8. Lingkar leher : diukur melingkar pada leher dengan turun pada lekuk leher depan + 6cm.
Untuk lebih memudahkan kita, bisa kita lihat pengukuran badan pria dibawah ini.
Gambar 2.6. Urutan Pengukuran
(Sumber: http://kursumenjahithazanah.blogspot.com)
2.1.2.6. Data Proses dan Ruang Pembatikan Di Tanjung Bumi Bangkalan Kebutuhan ruang proses pembuatan batik ini diambil dari studi kasus dirumah pengrajin batik yang ada di desa Tanjung Bumi Bangkalan, studi kasus ini digunakan untuk mengetahui luasan ruang dan kebutuhan ruang proses pembatik dengan alat-alat yang digunakan.
- Denah Industri Batik Rumah di Tanjung Bumi Bangkalan
Gambar 2.7. Denah Industri Batik Rumah di Tanjung Bumi Bangkalan (Sumber : Dokumen Pribadi, 2013)
(28)
Pada denah industi batik rumah di Tanjung Bumi Bangkalan dapat dilihat sirkulasi ruang dan juga luasan ruang yang dibutuhkan pembatik. Berikut ini luasan ruang untuk proses pembatik :
A & B. Rumah pengrajin & ruang penyimpanan batik
Pengrajin batik ini tidak memiliki ruang pamer maka rumah ini digunakan untuk ruangan penyimpanan batik yang sudah jadi dan juga rumah tinggal untuk pemiliknya. Luasan bangunan A kurang lebih 6.5 x 10 = 65 m2 dan luas Bangunan B kurang lebih 6 x 8 = 48 m2.
Gambar 2.8. Rumah tinggal Adan B & Tempat penyimapanan batik (Sumber : Dokumen Pribadi, 2013)
C. Ruang Nglengreng, isen-iseni, nembok
Ruang ini digunakan untuk desain batik tulis maupun batik cap yang biasa disebut molani dan diteruskan menggambar dengan menggunakan lilin . Luas
rungan kurang lebih 3 x 8 = 24 m2. Pada ruangan menggambar dapat menampung kurang lebih 5-7 pengerajin batik.
Gambar 2.9. Ruang Menggambar (Sumber : Dokumen Pribadi, 2013)
(29)
D. Ruang Pewarna, Ngelorot dan Mencuci.
Gambar 2.10. Denah Ruang Ngobati, Ngelorot dan Mencuci (Sumber : Dokumen Pribadi, 2013)
Tahapan pewarna, Ngelorot dan juga mencuci di letakkan menjadi satu untuk memudahkan pengerajin disetiap tahapan membuat batiknya. Luas ruang kurang lebih 4 x 7 = 28 m2.
\
Gambar 2.11. R. Pewarna batik (Sumber : Dokumen Pribadi, 2013)
Pada proses pewarnaan seorang pengrajin membutuhkan luas sekitar 2 x 2 = 4m2. Pada luasan tersebut terdapat sebuah meja berukuran 1.1 m x 1.1 m yang digunakan untuk mencelupkan kain kedalam pewarna pakaian dan juga terdapat sebuah bambu dengan panjang 200 cm yang digunakan untuk meletakkan kain batik yang telah di warna.
Gambar 2.12. R. Ngelorot (Sumber : Dokumen Pribadi, 2013)
(30)
Pada proses menghilangkan malam dari kain atau biasa disebut ngelorot pengrajin membutuhkan luas untuk ruang gerak kurang lebih 1.2 m x 1.2 m untuk 1 pengrajin. Pada proses ini menggunakan alat berupa gentong dan pemanas berupa kompor sehingga membutuhkan ventilasi udara yang cukup banyak.
Gambar 2.13. R. Mencuci Kain Batik (Sumber : Dokumen Pribadi, 2013)
Pada ruang mencuci terdapat 3 pengerajin batik yang sedang mencuci kain batik yang setelah melalui proses ngelorot. Untuk ruang gerak pengerajin tersebut kurang lebih 2 m x 3 m. proses mencuci membutuhkan sebuah 2 gentong yang diameternya 50cm.
E. Tempat Penjemuran
Gambar 2.14. Tempat Menjemur (Sumber : Dokumen Pribadi, 2013)
Tempat jemur kain batik yang setelah di cuci bersih kemudian proses penjemuran sampai kering, pada tempat ini dibutuhkan sebuah tiang dengan tinggi 1.5 m dan bentang antar kawat jemuran 0.5 m dan antar tiang 1.5 m.
(31)
2.1.3. Studi Kasus
Studi kasus ini bertujuan untuk memperoleh suatu gambaran atau perbandingan yang berhubungan dengan proyek yang direncanakan dan dilakukan melalui pengamatan atau survey dilapangan termasuk kondisi, kendala dan potensi site yang direncanakan, seperti contoh kasus dibawah ini :
2.1.3.1. Batik Cempaka di Solo
Kampung Laweyan merupakan kawasan sentra industri batik yang unik, spesifik dan bersejarah. Berdasarkan sejarah yang ditulis oleh R.T. Mlayadipuro desa Laweyan kini Kampoeng Laweyan sudah ada sebelum munculnya kerajaan Pajang. Sejarah Laweyan barulah berarti setelah Kyai Ageng Hanis bermukim di desa Laweyan. Pada tahun 1546 M, tepatnya di sebelah utara pasar Laweyan (sekarang Kampung Lor Pasar Mati) dan membelakangi jalan yang menghubungkan antara Mentaok dengan desa Sala (sekarang jalan Dr. Rajiman). Kyai Ageng Henis adalah putra dari Kyai Ageng Sela yang merupakan keturunan raja Brawijaya V. Kyai Ageng Henis atau Kyai Ageng Laweyan adalah juga “manggala pinatuwaning nagara” Kerajaan Pajang semasa Jaka Tingkir menjadi Adipati Pajang pada tahun 1546 M.
Gambar 2.15. Lokasi Pasar Laweyan di sekitar Tugu Kampoeng Batik Laweyan (Sumber : Dokumen Pribadi, 2013)
Adapun lokasi pasar Laweyan terdapat di desa Laweyan (sekarang terletak diantara kampung Lor Pasar Mati dan Kidul Pasar Mati serta di sebelah timur kampung Setono). Di selatan pasar Laweyan di tepi sungai Kabanaran terdapat
(32)
sebuah bandar besar yaitu bandar Kabanaran. Melalui bandar dan sungai Kabanaran tersebut pasar Laweyan terhubung ke bandar besar Nusupan di tepi Sungai Bengawan Solo.
Denah lokasi Batik cempaka
Gambar 2.16. Lokasi Batik Cempaka (Sumber : Dokumen Pribadi, 2013)
Galeri batik cempaka di kampung laweyan terletak di perkampungan dengan akses jalan utama yaitu jalan Dr. Radjiman. Disekitar site terdapat sebuah hotel yang merupakan rute obyek wisata juga dikampungan laweyan.
Batik Cempaka terletak di tengah-tengah Kampoeng Batik Laweyan. Hanya dapat dijangkau dengan jalan kaki menyusuri jalan-jalan kampoeng dengan tembok-tembok yang tinggi. Suasana tempo dulu masih terasa. Sejak tahun 1980 memproduksi batik tradisional dengan motif khas solo. Motif tradisional khas solo yang mempunyai nama dan arti filsafat didalamnya.
Fasilitas
Fasilitas yang terdapat di rumah batik cempaka ialah : - R. Galery
- R. Rapat/ Workshop - Pembuatan Batik - R. Pewarna - R. Mencuci - R. Menjemur
(33)
Gambar 2.17. Denah Rumah Batik Cempaka (Sumber : Dokumen Pribadi, 2013)
Pada galeri batik cempaka ini terdapat fasilitas-fasilitas dalam ruangan yaitu :
A. Ruang Galeri
Fasilitas yang pertama merupakan ruang penerimaan berupa seperti ruang galeri. Pada ruangan ini merupakan ruang pamer dan ruang penjualan hasil membatik, untuk besaran ruang yaitu 24 m2.
Gambar 2.18. Ruang Galeri (Sumber : Dokumen Pribadi, 2013)
(34)
Fasilitas yang pertama merupakan ruang penerimaan berupa seperti ruang galeri. Pada ruangan ini merupakan ruang pamer dan ruang penjualan hasil membatik, untuk besaran ruang yaitu 24 m2.
B. Ruang Rapat
Fasilitas yang kedua berupa seperti ruang rapat. Disini pengunjung bisa mendapatkan informasi tentang batik-batik laweyan ataupun diskusi mengenai pengembangan batik. Besaran ruang 3 m x 6 m, untuk kapasitas 20 orang
Gambar 2.19. Ruang Rapat (Sumber : Dokumen Pribadi, 2013) C. Ruang Menggambar
Pada ruangan yang ketiga merupakan ruang menggambar, aktivitas menggambar seperti ngelowong, nerusi dan sebagainya. besaran ruang menggambar ini 24m2.
Gambar 2.20. Ruang Menggambar (Sumber : Dokumen Pribadi, 2013)
D. Ruang Pewarnaan
Tahap yang ke empat merupakan tempat pewarnaan kain batik setelah melalui proses menggambar. Luasan ruangan yaitu 3m x 3m.
(35)
Gambar 2.21. Pewarnaan (Sumber : Dokumen Pribadi, 2013)
Yang ke empat merupakan tempat pewarnaan kain batik setelah melalui proses menggambar. Luasan ruangan yaitu 3m x 3m.
E. Ruang Ngelorot dan mencuci
Pada ruangan kelima merupakan proses Ngelorot dan mencuci kain batik. Untuk luasan ruang tersebut 3 m x 3 m
Gambar 2.22.R. Ngelorot & Mencuci (Sumber : Dokumen Pribadi, 2013) F. Tempat Menjemur
Pada proses ini adalah proses terakhir untuk pembatikan. Tempat menjemur ini membutuhkan bukaan yang cukup besar atau terletak di outdoor.
Gambar 2.23. T. Menjemur (Sumber : Dokumen Pribadi, 2013)
(36)
Tampilan
Tampilan bangunan tetap tidak meninggalkan dari fungsi dan penggunaan ini dimana fungsi bangunan sebagai galeri dan produksi batik rumahan pada umum. kemudian bila dilihat tampak depan terlihat banyak bukaan-bukaan yang menandakan rumah tropis yang membutuhkan sirkulasi udara yang sukup untuk pendinginan pada ruangan pada rumah tersebut. Kemudian dapat dilihat juga warna yang digunakan yaitu warna hijau mengesankan bangunan tradisional yang kontras dengan budaya batik yang tradisional di batik cempaka laweyan.
Gambar 2.24. Tampilan Bangunan (Sumber : Dokumen Pribadi, 2013)
2.1.3.2. Gedung Pusat Promosi Produk UKM Jawa Timur
Gambar 2.25. Lokasi Gedung Pusat Promosi Produk UKM Jawa Timur (Sumber : Google earth)
Spesifikasi Obyek
Fungsi bangunan : UKM Kerajinan Juanda Sidoarjo, Jawa Timur
(37)
Lokasi : Jl. Juanda Sidoajo
Luas Bangunan : 288 m2
Jumlah Pengunjung : 150 – 200 Orang/hari
UKM juanda lokasinya berada di kawasan sidoarjo tepatnya di jln.juanda, UKM tersebut didirikan pada tahun 2010 dengan tujuan menampung berbagai kerajinan yang ada di Jawa Timur, sehingga menjadi suatu pusat bagi macam -macam kerajinan.
Obyek kasus UKM ini memberikan 8 jasa layanan bagi para pelaku UKM secara gratis, yakni layanan:
1. Konsultasi usaha 2. Informasi usaha, 3. Pendampingan usaha, 4. Pelatihan,
5. Akses pembiayaan/permodalan, 6. Akses pemasaran produk UKM,
7. Pusat informasi/pustaka kewirausahaan, dan 8. Klinik Koperasi dan UKM keliling
Gambar denah
Gambar 2.26. Denah UKM Juanda (Sumber : Dokumen Pribadi, 2013)
(38)
Bangunan tersebut terdiri dari dua lantai dengan panjang dan lebar 12 m x 12m. Pada denah galeri tidak terdapat sekat-sekat tembok ataupun partisi yang lainnya, untuk peletakan kerajinan diletakkan di lemari kaca.
Fasilitas
Terdiri dari dari dua lantai : Lantai 1.
- ruang untuk penjualan - kasir
- ruang pengelola - ruang tamu Lantai 2.
- ruang penjualan Tampilan Bangunan
- Eksterior
Gambar 2.27. Fasad Depan UKM Juanda (Sumber : Dokumen Pribadi, 2013)
Tampilan dari bangunan tersebut dapat dikategorikan bangunan arsitektur modern terlihat dari bentuk bangunannya yang hanya didominasi oleh unsur – unsur vertical dan horizontal.
(39)
Gambar 2.28. Interior (Sumber : Dokumen Pribadi, 2013)
Pada interiornya terlihat bahwa penataan souvenir kerajinan yang ada di jawa timur di bagi sendiri – sendiri, jadi pada prinsipnya kerajinan yang ada di suatu daerah di jawa timur terbagi – bagi dalam daerahnya masing – masing sehingga mempermudah pengunjung dalam mencari kerajinan dari daerah tertentu.
- Struktur Bangunan
Gambar 2.29. Struktur Bangunan (Sumber : Dokumen Pribadi, 2013)
Struktur bangunan pada UKM tersebut memiliki struktur beton kolom dan Balok dengan jumlah 16 kolom yang memiliki lebar kolom 30 x 30 cm .
2.1.4. Analisa Hasil Studi
Persyaratan rancangan merupakan tuntutan pokok yang harus dipenuhi oleh obyek yang harus dirancang.
Dari hasil analisa studi kasus yang pertama yaitu :
- Mendapatkan Susunan ruang dan sirkulasi antar ruang untuk sebuah tempat pengrajin batik serta yang digunakan untuk tempat wisata dan tempat belajar membatik.
- Kebutuhan ruang membatik bagi pengrajin. Dari hasil analisa studi kasus yang kedua yaitu :
(40)
- Ruang pamer memiliki bukaan yang lebar dengan menggunakan material kaca.
2.2. Tijauan Khusus
2.2.1. Penekanan Perancangan
Perencanaan Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangakalan ini dibuat sebatas penyelesaian secara arsitektural dengan segala aspek dasarnya, melalui pendekatan atau penekanan pada aspek Building Design.
Obyek rancangan ini penekanannya yaitu tatanan masa karena banyak aktivitas-aktivitas berbeda untuk kegiatan di dalam Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan.
2.2.2. Lingkup Pelayanan
Lingkup pelayanan dari Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan ini antara lain :
Pengerajin dan Pengusaha batik Madura Khususnya Kabupaten Bangkalan.
wisatawan lokal maupun mancanegara.
Pelayanan khusunya memang ditunjukkan untuk masyarakat Kabupaten Bangkalan dan pelayanan umumnya untuk lingkup masyarakat luas dan menyeluruh.
2.2.3. Aktifitas dan Kebutuhan Ruang
Aktifitas dan kebutuhan ruang pada bangunan, dihasilkan dari ruang yang dibutuhkan. Proses analisa aktifitas dan kebutuhan ruang ini akan memunculkan bermacam-macam jenis ruang, kegiatan dan aktifitas yang terjadi didalamnya serta sifat ruang, dimana proses ini akan didapat digunakan sebagai dasar perhitungan ruang karena dari kegiatan dan aktifitas ruang akan timbul jenis prabot yang digunakan dan menentukan besaran ruangan.
(41)
Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan dengan banyaknya fasilitas – fasilitas yang akan disediakan, maka sebelumnya kita menentukan kebutuhan ruang dan aktifitas yang akan terjadi, kita juga harus mengetahui tentang klasifikasi pemakai Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan. Dalam perencanaanya, pemakai Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan ini dibagi dalam tiga kelompok besar, yaitu :
A. Pengrajin : Melaksanakan segala aktifitas yang bersangkutan seperti : Melakukan demontrasi pembuatan dan Mengikuti pelatihan yang diberikan oleh pengelola, serta dapat memamerkan dan menjual hasil karyanya. (Pengerajin dan penjual batik).
B. Wisatawan : Sekelompok orang yang tertarik dengan seni batik dan ingin mendalami maupun mengoleksi kerajinan seni batik tersebut.
C. Pengelola : Menyusun rencana, membina dan mengatur segala aktifitas di dalam Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan. Adapun pengurus yang mengatur jalannya segala kegiatan yang ada di Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan ialah :
1. Ketua : Bertugas memimpin seluruh manajemen Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan.
2. Wakil : Bertugas membantu ketua untuk memimpin manajemen Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan.
3. Sekretaris : bertugas melayani administrasi ketua dan wakil ketua.
4. Bendahara : Mengatur seluruh keuangan Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan.
5. Sie Administrasi : Melayani registrasi dan informasi bagi pengunjung.
6. Sie Pemeliharaan : Bertugas memelihara seluruh kerajinan batik maupun tata ruang lingkungan Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan.
7. Sie Keamanan : Bertugas menjaga keamanan kawasan Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan mulai pintu masuk sampai pintu keluar sehingga pengrajin dan pengunjung meraskan kenyamanan dalam melakukan aktivitas. 8. Sie Sosial Budaya : Menberikan informasi budaya batik ke pengelola.
(42)
9. Sie Penasehat : Memberikan wacana yang terbaik bagi Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan.
Diagram 2.1. Struktur Organisasi Pengelola (Sumber : Analisa Penulis, 2012)
Tabel 2.2. Aktivitas Pengguna.
No Penghuni Kegiatan Fasilitas Sifat Kelompok
A Pengrajin
Batik
1. Parkir kendaraan.
2. Registrasi, informasi.
3. Desain motif manual
4. Desain motif digital
5. Membatik tulis
6. Membatik cap
7. Membatik printing
8. Pewarnaan
9. Melunturkan malam
10. Mencuci
11. Menjemur
12. Menyimpan kain mori
13. Menyimpan alat membatik
14. Menyimpan warna
15. Eksplorasi SDA
16. Memasarkan Produk
1. Tempat parkir.
2. Front desk, loby
3. R. Desain manual
4. R. Desain digital
5. R. Batik tulis
6. R. Batik cap
7. R. Batik printing
8. R. Pewarnaan
9. R. Ngelorot
10. R. Mencuci
11. R. Menjemur
12. G. Kain mori
13. G. Alat
14. G. Warna
15. Laboratorium
16. R. Pemasaran
Ramai Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Tenang Pelatihan
(43)
17. Memamerkan Produk
18. Makan & minum. 19. Sholat.
20. Buang air besar dan kecil
17. Museum dan
Galeri
18. Pasar makanan
19. Musholla. 20. Toilet. Ramai Ramai Tenang Ramai
B Pengrajin
Batik
1. Parkir kendaraan.
2. Registrasi, informasi
3. Desain motif manual
4. Desain motif digital
5. Mencetak kertas
6. Memotong kain
7. Menjahit
8. Merapikan baju
9. Eksplorasi SDA
10.Memasarkan Produk
11.Memamerkan Produk
12.Menyimpan bahan baku
13.Menyimpan peralatan
14.Makan & minum 15.Sholat
16.Buang air besar & kecil
1. Tempat parkir
2. Front dest, lobby
3. R. Desain manual
4. R. Desain digital
5. R. Printing
6. R. Potong kain
7. R. Menjahit
8. R. Finishing
9. Laboratorium
10. R. Pemasaran
11. Museum dan
Galeri
12. G. Bahan baku
13. Gudang
14. Pasar makanan
15. Musholla 16. Toilet Ramai Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Ramai Sedang Ramai Ramai Tenang Ramai Pelatihan
C Pengelola 1. Parkir Pengelola
2. Menunggu, duduk dan
membaca
3. Mengatur dan Mengawasi
seluruh manajemen.
4. Mengatur masalah
pemasaran dan fasilitas.
5. mengatur keuangan
6. melayani registrasi dan
informasi.
7. Memelihara batik
8. Menjaga Keamanan Pusat
1. Parkir Pengelola
2. Lobby. Front desk
3. R. Ketua dan Wakil
Ketua. 4. R. Sekretaris
5. R. Bendahara 6. R. Administrasi
7. R. Pemeliharaan 8. R. Keamanan
Ramai Sedang Tenang Tenang Tenang Tenang Tenang Tenang
(44)
Tabel 2.3. Kebutuhan Ruang
No Failitas Pokok Pemakai Ruangan Zoning
A Pelatihan Batik I 1. Pengerajin Batik (mikro & sentra)
1. Front desk, Lobby 2. R. Desain
manual 3. R. Desain
digital 4. R. Membatik
tulis
5. R. Membatik cap
6. R. Printing 7. R. Mewarna 8. R. Ngelorot 9. T. Mencuci 10.T. Menjemur 11.G. Kain mori 12.G. Alat 13.G. Warna
Semi Privat
Pengembangan batik Madura di Bangkalan.
9. Memberikan inforamasi
budaya batik ke pengunjung maupun ke pengerajin.
10. Mengatur dan memberikan
wacana terbaik bagi Pengelola.
11. Tempat penyimpanan
berkas-berkas pengelolaan. 12. Rapat staff.
13. Makan & minum. 14. Sholat.
15. Buang air kecil dan besar.
9. R. Sosial Budaya
10. R. Penasehat
11. Gudang
12. R. Rapat 13. Pasar Makanan 14. Musholla 15. Toilet
Tenang Tenang Sedang Tenang Ramai Tenang Ramai Manajemen
(45)
15.R. Pemasaran 16.Angkringan
Batik 17.Toilet. 18.Gudang B Pelatihan II 1. Pengerajin
batik (kecil, menengah & besar)
1. Front dest, lobby 2. R. Desain
manual 3. R. Desain
digital 4. R. Printing 5. R. Potong kain 6. R. Menjahit
7. R. Finishing 8. Laboratorium 9. R. Pemasaran 10. Angkringan Batik
11. G. Bahan baku 12.G.Penyimpanan 13. Toilet
Semi Private
C pengelola 1. Pengelola
2. Pengrajin
1. Lobby. Front desk
2. R. Ketua dan Wakil Ketua. 3. R. Sekretaris 4. R. Bendahara 5. R.Administrasi 6. R.Pemeliharaa
n
7. R. Keamanan 8. R. Sosial
Budaya 9. R. Penasehat 10.Gudang 11.R. Arsip 12.R. Rapat 13.Toilet
(46)
D Gedung Penunjang
1. Museum dan galeri 1. Pengrajin 2. Wisatawan 3. Pengelola
1. Tempat
pamer&museum batik tulis.
2. Tempat
pamer&museum batik cap
3. tempat
pamer&Museum batik printing. 4. produk jadi.
Publik
2. Musholla 1. Pengelola
2. Pengunjung 3. Pengrajin
1. Tempat wudlu 2. Tempat sholat 3. Toilet
Publik
3. R. Mekanikal 1. Pengelola 1. R. Pompa air 2. R. Panil 3. R. Genset
Servis 4. Pasar Makanan 1. Pengelola 1. stan penjualan Publik
5. Peraga 1. Pengrajin
2. Pengelola
1. auditorium outdoor peraga 2. Stan Peraga.
Publik
6. Area Parkir 1. Pengelola 2. Pengunjung
1. Tempat parkir mobil
2. Tempat parkir Motor
3. Tempat Parkir Bus
Servis
2.2.4. Perhitungan Luasan Ruang.
Kelompok fasilitas dan kebutuhan ruang pada bangunan, dapat dihasilkan dari jenis ruang yang diperlukan dan juga kegiatan apa yang berlangsung didalamnya. Pembagian ruang-ruang yang ada ini dibedakan berdasarkan pemakai aktivitas.
(47)
Tabel 2.4. Pelatihan Batik I
Fasilitas Keterangan Kapasitas Perhitungan Luasan
Lobby NAD 50 org 1.08 m2 x 50 54 m2
R. design manual Survey lokasi 25 org 2m2 x 25 50 m2
R. design digital asumsi 25 org 2m2 x 25 50 m2
R. Membatik
Tulis Asumsi 30 org 4m2 x 25 120 m2
R. Membatik cap Asumsi 20 org 4 m2 x 25 80 m2
R. membatik Printing
Survey lokasi 25 org 1.2m2 x 25 30m2 R. Pewarna Survey lokasi
pengukuran
25 org 2 m2 x 25 50 m2 R. Ngelorot Survey lokasi
pengukuran
25org 2 m2 x 25 50 m2 R. Mencuci Survey lokasi
pengukuran
25 org 2 m2 x 25 50 m2 T. Penjemuran Survey lokasi
pengukuran 25 k.batik (1.2x0.6) m2 x 25
18 m2
G. Kain mori Asumsi - - 30 m2
G. Alat Asumsi - - 25 m2
G. Pewarna tekstil & alami
Asumsi - - 25 m2
Laboratorium Survey lokasi - - 50 m2
R.Pemasaran NAD 25 orang (1 x 0,8)x25 20 m2
Angkringan Batik
Survey Lokasi 1 R/4 pengrajin x
20 m2
3 stan x 20 m2
60 m2
Toilet MEE
1wc/ 100 org pr 1wc/ 100 org lk
3 3
1.53 m 2 x 3 1.53 m 2x 3
4.6 m2 4.6 m2
Gudang Asumsi - - 6 m2
Jumlah 777,2 m2
Sirkulasi 30% x 777,2 = 233,16+ 777,2 = 1010,36 m2
(48)
Tabel 2.5. Pelatihan II
Sirkulasi 30% x 620,2= 186,06+ 620,2 = 806,26 m2
Fasilitas Keterangan Kapasitas Perhitungan Luasan
Lobby NAD 50org 1.08 m2 x 50 54 m2
R. desain manual Survey lokasi 25 org 2m2 x 25 50 m2 R. desain digital asumsi 25 org 2m2 x 25 50 m2 R. Printing Survey lokasi 10 print 2m2 x 10 20m2 R. Potong kain asumsi 25 orang 2m2 x 25 50 m2 R. Menjahit Survey lokasi 25 org 4m2 x 25 125 m2
R. finishing asumsi 25 org 2m2 x 25 50 m2
Laboratorium Survey lokasi - - 50 m2
R.Pemasaran NAD 25 orang (1 x 0,8)x25 20 m2
Angkringan Batik Survey Lokasi 1 R/4 pengrajin x
20 m2
3 stan x 20 m2
60 m2
G. Bahan baku asumsi - - 30m2
Gudang penyimpanan
Asumsi - - 45 m2
Toilet MEE
1wc/ 100 org 1wstfl/ 100 org 4urinoir/ 30 pria
1wc/ 100 org 1wstfl/ 100 org
3 2 3 3 2 1.53 x3 0.9 x 2 1.15 x 3 1.53 x 3 0.9 x 2
4,59 m2 1,8 m2 3,45 m2 4,59 m2 1,8 m2 Jumlah 620,2 m2
(49)
Tabel 2.6. Fasilitas Pengelola
Fasilitas Kapasitas Sumber Standart Pendekatan Luasan
Lobby 50 org NAD 1.08 m2 x 50 54m2
R. Ketua Wakil 1org 1 org NAD NAD
32 m2 20 m2
- 32 m2 20 m2
R.Sekretaris 1 org NAD 16 m2 - 16 m2
R. Bagian Bendahara
1 kabag + 2staff
NAD - 15+(2x5.5) 26 m2
R. Bagian Administrasi
1 kabag + 2staff
NAD - 15+(2x5.5) 26 m2
R. Bagian Pemeliharaan
1 kabag + 2staff
NAD 15 m2 15+(2x5.5) 26 m2 R. Bagian
Keamanan
1 kabag + 2staff
NAD 15 m2 15+(2x5.5) 26 m2 R. Sosial
Budaya
1 kabag + 2staff
NAD 15 m2 15+(2x5.5) 26 m2
R.penasehat 1 org Asumsi 12 m2 - 12 m2
Gudang - Asumsi - - 20 m2
R. Arsip - asumsi - - 5 m2
R. rapat 22 org Neufert 1.5 m2 1.5 x 22 33 m2
Toilet 1wc/ 100 org 1wstfl/ 100 org
2 urinoir/ 30 pria
1wc/ 100 org 1wstfl/ 100 org MEE 3 1 3 3 1
1.53 x 3 0.9 x 1 1.15 x 3 1.53 x 3 0.9 x 1
4,59 m2 0,9 m2 3.45 m2 4,59 m2 0,9 m2
Jumlah 336,46m2
Sirkulasi 30% x 336,46 = 100,938 + 336,46 = 437,398 m2
Tabel 2.6. Kebutuhan Luas Ruang Penunjang 1. Museum dan Galeri
Fasilitas Keterangan Kapasitas Perhitungan Luasan
1. Tempat pamer&museum
(50)
batik tulis gentongan. tulis gentongan lmbr 2. Tempat pamer&museum batik cap
Survey lokasi 50 lmbr batik cap
1m x 2m x 50 lmbr
100 m2
3. tempat
pamer&Museum batik printing
Survey lokasi 50 lmbr batik Printing
1m x 2m x 50 lmbr
100 m2
4. produk jadi. Survey lokasi 100 display 0,5m x 1m x 100
50 m2
jumlah 290 m2
Sirkulasi 30% x 290 m2 = 87 + 290 = 377 m2
2. Musholla
T. Wudlu Asumsi 30 org 1 m2 x 30 30 m2
T. Ibadah Asumsi 200 1,2x0,8 m2 x
150
144 m2
Toilet MEE
1wc/ 100 org 1wc/ 100 org
3 3
1.53 x 3 1.53 x 3
4,59 m2 4,59 m2 Jumlah 183,18 m2 Sirkulasi 30% x 183,18 = 54,954+ 183,18
= 238,134 m2
3. Mechanical
R. Genset MEE 36 m2 36 m2
R. Panil MEE 36 m2 9 m2
R. Pompa MEE 45m2 20 m2
(51)
Sirkulasi 30% x65 = 19.5 + 65 = 84.5 m2
4. Pasar Makanan
Fasilitas Keterangan Kapasitas Perhitungan Luasan
Stan Asumsi 3 Stan 12 m x5 m 60 m2
5. Peraga
Fasilitas Keterangan Kapasitas Perhitungan Luasan
Auditorium Peraga Outdoor
Survey Lokasi 5 pengrajin 5 x 16 m2 80
Stan peraga Survey Lokasi 1R/10 wisatawan x 20 m2
3x20 m2
60 m2
Jumlah 140 m2
Sirkulasi 30% x140 = 42 + 140 = 182 m2
5.Fasilitas Parkir Pengunjung
Fasilitas Keterangan Kapasitas Perhitungan Luasan Parkir mobil NAD
3m x 5m x unit
35 mbl 2,5m x 5m=
12,5x 35
437,5 m2
Parkir sepeda motor
NAD 1m x 2m x unit
60 spd motor 2mx 1m x 60 = 120 m2
Parkir Bus NAD 3.5mx12m
5 bus 4mx12mx5= 240 m2
Jumlah 797,5 m2
Fasilitas Parkir Pengelola
(52)
Parkir mobil NAD 3m x 5m x unit
10 mbl 2,5m x 5m= 12,5 x 10
125 m2
Parkir sepeda motor
NAD 1m x 2m x unit
60 spd motor 2mx 1m x 60 120 m2
Jumlah 245 m2
Sirkulasi 30% x1042,5 = 312,75+ 1042,5 = 1355,25 m2
KETERANGAN
NAD : Neufert Architect Data
BPDS : Building Planning And Design Standart MEE : Mechanical And Elektrical Equipment AS : Asumsi
DMRI : Dimensi Manusia & Ruang Interior
2.2.5. Program Ruang
Perhitungan luas ruang pada obyek rancangan didapatkan dari beberapa dasar pertimbangan. Beberapa pertimbangan tersebut antara lain adalah pertimbangan jenis ruangan apa yang disediakan, aktifitas apa yang terjadi didalamnya, beberapa sirkulasi yang digunakan dan berapa daya ruang tersebut, dari beberapa pertimbangan di atas maka muncul angka nominal dari luasan ruangnya.
- Pelatihan Batik I = 1010,36 m2 - Pameran Batik II = 806,26 m2 - Fasilitas Pengelola = 437,398 m2 - Kebutuhan Luas Ruang Penunjang = 2296,884 m2
(53)
40 % x Luasan keseluruhan = 918,7536 + 4550,902 =5469,6556 m2
KDB 60% x Luas lahan 23000 m2 = 13800 m2
(54)
BAB III
TINJAUAN LOKASI PERANCANGAN
3.1. Latar Belakang Pemilihan Lokasi
Seperti dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa tujuan utama perencanaan “Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan” adalah memberikan pelatihan kepada pengrajin, teknologi serta mempromosikan serta memasukkan unsur wisata pada rancangan. Sebagai salah satu keunikan budaya Indonesia, kesenian dan kebudayaan Madura memiliki potensi sebagai tujuan wisata dan yang layak untuk dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara.
Maka perlu direncanakan suatu wadah pengembangan batik yang dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produk batik Madura, dimana lokasinya berada di Kabupaten Bangkalan.
3.2. Penetapan Lokasi
Pulau Madura merupakan bagian wilayah propinsi Jawa Timur. Madura terbagi menjadi 4 wilayah kabupaten yaitu, Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Bangkalan sebagai Kabupaten yang terdekat dengan Surabaya yang merupakan pusat pemerintahan propinsi Jawa Timur. Sebagai Kabupaten yang terdekat dengan pusat pemerintahan Jawa Timur, Bangkalan merupakan pintu gerbang lalu lintas eksport dan import ke pulau Madura. Berdasarkan kondisi tersebut maka lokasi yang memungkinkan sebagai tempat perencanaan “Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan” adalah Kabupaten Bangkalan.
Menurut Pedoman Standarisasi Bidang Kebudayaan dan Bidang Kesenian, Dekdikbud 1983, dengan memperhatikan pada pemelihan standart lokasi yang ada, maka syarat pemilihan lokasi untuk bangunan kesenian harus memenuhi beberapa aspek yaitu
(55)
Mudah dicapai baik dari dalam kota maupun luar kota, dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum.
2. Aspek Tata Kota
Standart kebutuhan lahan untuk penyediaan fasilitas pelayanan umum. Tersedianya sarana dan prasarana infrastruktur kota seperti :
Jaringan air bersih, jaringan listrik, tranportasi, dan lain-lain. 3. Aspek Penyediaan Tanah
Dibutuhkan lahan yang cukup luas untuk menampung kegiatan kesenian. 4. Aspek Fasilitas penunjang
Adanya kompleks-kompleks lembaga pendidikan, pertokoan, perhotelan, dan pusat perbelanjaan.
5. Aspek Iklim Lingkungan
Sepeti polusi udara dan kelembapan yang tinggi, diusahakan untuk dihindari pada pemilihan lokasi.
Berdasarkan hal tersebut, dalam menentukan lokasi perencanaan “Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan” menurut pertimbangan yang cukup matang, sehingga tujuan perencanaan fasilitas tersebut berhasil. Beberapa pertimbangan adalah :
Berada pada wilayah dimana kesenian dan kebudayaan tersebut berkembang, dalam hal ini adalah kebudayaan Madura.
Bangkalan merupakan Pintu Gerbang lalu lintas eksport dan import dalam hal perdagangan ke pulau Madura.
Lokasi rancangan terletak di kawasan fasilitas pemerintahan Kabupaten Bangkalan.
Merupakan Kabupaten yang menjadi prioritas utama dalam rencana pembangunan daerah.
Tersedianya sarana dan prasarana infrastuktur kota seperti telah tersedianya air bersih, listrik, PJU, telepon, dan lain – lain, yang dapat mendukung.
Kesesuaian dengan rencana pengembangan wilayah, baik Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) dan Rencana Teknik Ruang Kota (RTRK),
(56)
sehingga tercapai sasaran dan tujuan pengembangan kota yang terencana, yang dalam hal ini yaitu pengembangan sebagai fasilitas umum/pemerintahan.
A. Lokasi Site Jl. Ahmad Yani Bangkalan.
Gambar 3.1. Letak Pengrajin Batik Bangkalan Terhadap Site (Sumber : Google eart, 2013)
Keterangan Pengrajin Batik Bangkalan 1. Socah Kabupaten Bangkalan 2. Desa Tanjung Bumi
3. Desa Paseseh 4. Desa Arosbaya
Lokasi Site berada di alun-alun Bangkalan sisi utara dan berada pada lahan yang cukup luas untuk Pusat Pengembangan Batik Madura. Akses menuju ke site dapat menggunakan angkutan kota (len/bemo) ataupun kendaraan pribadi karena jalan ini merupakan jalan skunder. Daerah di sekitar lahan cukup ramai karena jalan yang berada di depan site cukup lebar, Sarana dan prasarana yang cukup, infrastruktur yang mendukung kondisi tanah yang datar untuk mempermudah
1
3
(57)
mendesain bangunan dan juga lahan memang difungsikan sebagai fasilitas umum sebuah kota. Pada lokasi site tersedianya sarana dan prasarana infrastuktur kota seperti telah tersedianya air bersih, listrik, PJU, telepon, dan lain–lain, yang dapat mendukung lokasi site tersebut.
Gambar 3.2. Lokasi Site Jl. Ahmad Yani (Sumber : Google Earth, 2013)
B. Lokasi Jl. Halim Perdana Kusuma Bangkalan
Gambar 3.3. Letak Pengrajin Batik Bangkalan Terhadap Site (Sumber : Google eart, 2013)
Keterangan Pengrajin Batik Bangkalan 1. Socah Kabupaten Bangkalan 1
3
(58)
2. Desa Tanjung Bumi 3. Desa Paseseh 4. Desa Arosbaya
Lokasi Site berada di sebuah lahan kosong didekat pemerintahan Bangkalan Madura. Akses menuju ke site dapat menggunakan angkutan kota (len/bemo), Bus antar Kota ataupun kendaraan pribadi. Daerah di sekitar lahan cukup ramai karena jalan yang berada di depan site cukup lebar dan merupakan jalan Primer pada kawasan tersebut. Sarana dan prasarana yang cukup, infrastruktur yang mendukung kondisi tanah yang datar untuk mempermudah mendesain bangunan dan juga lahan memang difungsikan sebagai fasilitas pemerintahan setempat. Pada lokasi site tersedianya sarana dan prasarana infrastuktur kota seperti telah tersedianya air bersih, listrik, PJU, telepon, dan lain–lain, yang dapat mendukung lokasi site tersebut.
Tabel 3.1 Kriteria Pertimbangan Lokasi untuk Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan
Tabel 3.1. Pertimbangan Pemilihan Lokasi (Sumber : Analisa Penulis, 2013)
Berdasarkan pertimbangan beberapa aspek diatas, seperti kemudahan pencapaian, standart kebutuhan lahan, aktivitas penunjang dan arus lalu lintas, maka pemilihan site yang sesuai berada di Jl. Soekarno Hatta dan Jl. Halim Perdana Kusuma.
No Kriteria Pilihan
Jl. Halim Perdana Kusuma
Jl. Ahmad Yani
1 Pencapaian lokasi Baik 3 Kurang 1
2 Daerah Peruntukan Lahan Baik 3 Cukup 2
3 Penyediaan tanah dan lokasi Cukup 2 Luas 3
4 Aktifitas Penunjang Baik 3 Kurang 1
5 Jaringan infrastruktur Tersedia 3 Tersedia 3
6 Arus lalu lintas Cukup Macet 2 Cukup macet 2
(59)
Sesuai dengan fungsinya sebagai wadah pelatihan dan pengembangan batik Madura, maka “Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan” membutuhkan beberapa persyaratan lokasi untuk menentukan lokasi yang sesuai dengan perencanaan tersebut.
1. Aksesbilitas lokasi obyek rancangan mudah dicapai oleh pengrajin dari Kabupaten-kabupaten yang ada di Pulau Madura maupun luar Madura. 2. Lokasi rancangan terletak di kawasan fasilitas pemerintahan Kabupaten
Bangkalan.
3. Tersedianya sarana dan prasarana infrastuktur kota seperti telah tersedianya air bersih, listrik, PJU, telepon, dan lain – lain, yang dapat mendukung.
4. Dekat dengan pemerintahan Kabupaten Bangakalan.
5. Lokasi strategis, terletak pada jalur utama menuju kota-kota lain yang ada di Madura.
Gambar 3.4. Peta Lokasi
(Sumber : Pemda Kabupaten Bangkalan, 2008)
Peta lokasi site
- lokasi site : Jl. Soekarno Hatta & Jl. Halim Perdana Kusuma - Kabupaten : Bangkalan
- Kecamatan : Bangkalan Kota - Kelurahan : Tonjung
Lokasi obyek rancangan ini luasnya disesuaikan dengan keperluan perhitungan luasan ruang dan site yang telah dibahas pada Bab II yaitu kurang lebih 2.3 Ha.
(60)
3.3. Kondisi Fisik Lokasi 3.3.1. Existing Site
Batas Site Obyek Rancang
Lokasi site ini merupakan lahan kosong dengan kondisi Areal obyek rancangan hampir seluruhnya berupa tanah berlumpur (area berlumpur), Dilihat dari tekstur tanahnya bertekstur sedang.
Gambar 3.5. Batas Site Rancangan (Sumber : Analisa Penulis, 2013)
3.3.2. Aksesbilitas
Aksesbilitas dapat di tempuh apabila datang dari arah Surabaya yaitu Gedung coek Jembatan Suramadu Jl. Suramadu Baru Jl. Burneh
Jl. Pemuda Kaffa Jl. Hallim Perdana Kusuma . kemudian aksesbilitas bagi pengrajin yang ada di desa Tanjung Bumi yaitu Jl. Sepuluh Jl. Klampis Jl. Arosbaya Jl. Soekarno Hatta.
Pencapaian menuju lokasi Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan dapat ditempuh melalui jalan raya Halim Perdana Kusuma Bangkalan ( Dekat Terminal baru Bangkalan ), dikarenakan kondisi jalan merupakan jalur utama
U
Jl. Halim Perdana KusumaArea sawah
Area sawah Jl. Soekarno Hatta
(61)
jalur antar kota (jalan propinsi), yang merupakan akses utama menuju Kabupaten dan kota lain yang ada di Pulau Madura. Pencapaian menuju lokasi site juga dipermudah dengan dekatnya lokasi dengan terminal baru Bangkalan, sehingga akses pencapaian menuju lokasi menjadi lebih mudah. Sarana tranportasi yang dapat digunakan untuk mencapai lokasi obyek rancang ini seperti :
Bus antar kota
Angkutan mini L 300
Mini bus
Kemudahan pencapaian menuju lokasi obyek rancang juga didukung oleh kondisi jalan beraspal yang cukup baik, karena merupakan jalur tranportasi antar propinsi maka kondisi jalan sangat diperhatikan dengan baik disekitar lokasi ini, terutama dijalan Soekarno Hatta, Halim Perdana Kusuma sampai menuju pusat kota.
kemudian untuk jumlah kepadatan di Jl Soekarno Hatta cukup tinggi dari kendaraan umum maupun kendaraan pribadi karena jalan ini merupakan jalan primer yang menghubungkan kabupaten-kabupaten yang ada di Madura maupun luar Madura untuk kecepatan kendaraan itu sendiri kira-kira 30-50 km/jam. Namun pada Jl. Halim Perdana Kusuma tingkat kepadatan kendaraan umum maupun pribadi rendah dan untuk kecepatan kendaraan rata-rata 30-40km/jam.
3.3.3. Potensi Lingkungan A. Kondisi Geografis Lokasi
1. Topografi : wilayah perencanaan berstruktur sedang yang merupakan lahan persawahan, kondisi tanahnya berada di ketinggian 2.00 m – 10.00 m di atas permukaan laut.
2. Klimatologi : Kondisi iklim setempat yaitu musim hujan dan kemarau. 3. Luasan Lokasi : Luasan Tapak ± 2.3 Ha.
4. Kondisi Site : Areal obyek rancangan hampir seluruhnya berupa tanah berlumpur (area berlumpur), dilihat dari tekstur tanahnya bertekstur sedang.
(62)
B.Potensi bangunan sekitar
Potensi yang berada di sekitar site :
Gambar 3.6. Potensi Bangunan Sekitar (Sumber : Analisa Penulis, 2013)
3.3.4. Jaringan Infrastruktur Kota a. Jaringan Air Bersih
Penyediaan air seluruh kawasan ini disuplay melalui Water Treatment Plant (WTP) yang telah menjalani uji laboratorium dan berstandar nasional dibawah pengawasan Dinas Kesehatan.
b. Jaringan Listrik
Penyediaan kebutuhan listrik tiap kawasan melalui kabel-kabel instalasi listrik yang telah ada sebelumnya disekitar lokasi obyek rancang tersebut.
c. Jaringan Telepon
IKIP BANGKALAN
DPRD BANGKALAN
LOKASI PERANCANGAN
TERMINAL BARU BANGKALAN KAPOLRES BANGKALAN
(63)
Jaringan telepon yang ada dikawasan obyek rancang ini melalui kabel instalasi telepon yang telah ada di sebelumnya.
3.3.5. Peraturan Bangunan Setempat
Lokasi site ini merupakan lahan kosong dengan kondisi Areal obyek rancangan hampir seluruhnya berupa tanah berlumpur (area berlumpur), dilihat dari tekstur tanahnya bertekstur sedang.
Lokasi obyek rancang “Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangakalan” yang terletak di jalan Soekarno Hatta yang termasuk pada kawasan Region IV dengan ketentuan, yaitu :
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) : 60 %x Luas lahan 2.3 Ha
Garis Simpadan : 10-15 m
FAR (floor area Ratio) : 3 x KDB Ketinggian Bangunan maksimum 3 lantai
(64)
BAB IV
ANALISA PERANCANGAN
4.1. Analisa Site
4.1.1. Analisa Aksesbilitas
Pencapaian site lokasi dari daerah sekitarnya ditentukan berdasarkan pertimbangan terhadap :
Keleluasaan pengamatan untuk berorientasi terhadap obyek.
Ruang yang memiliki potensi sebagai titik pandang pengamat untuk mengenali obyek.
Sudut pandang ( orang berjalan, berkendara).
Kecepatan maksimum kendaraan pada lalu lintas yang ada, sedangkan pencapaian pada site bangunan Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan yang akan direncanakan melalui jalur utama, Bangkalan yang cukup padat kendaraan.
Gambar 4.1. Analisa Aksesbilitas (Sumber : Analisa penulis, 2013)
Perkiraan ME dari jl. Halim Perdana Kusuma dengan asumsi kemudahan pencapaian dari surabaya dan dari desa-desa yang berada di bangkalan.
Perkiraan SE dari jl. Soekarno-Hatta dengan kepadatan yang sedang.
Perkiraan out diletakkan di jl. Soekarno hatta untuk
(65)
Aksesbilitas di Jl. Soekarno Hatta tingkat kepadatan sedang, oleh karena itu digunakan sebagai Out Entrance dalam obyek rancangan, kemudian pada Jl. Halim Perdana Kusuma aksesbilitas mudah dicapai oleh wisatawan maupun pengrajin karena merupakan jalan primer dari Surabaya dan Madura. Oleh karena itu ME utama diletakkan di Jl Halim Perdana Kusuma.
4.1.2. Analisa Iklim (matahari, angin)
Site yang terletak disebelah timur jalan ini memilki orientasi menghadap ke jalan utama yaitu jalur utama, Bangkalan. Untuk menghindari radiasi sinar matahari yang bergerak dari timur ke barat, maka bukaan yang menghadap dua arah tersebut diminimalisir. Pada bukaan-bukaan semacam skylight, cenderung di arahkan ke arah utara dan selatan.
Bagian yang potensial dibuat bukaan secara Maksimal, karena pada bagian ini tidak terkena sinar matahari secara langsung
Bagian yang potensial dibuat bukaan Secara maksimal, karena pada bagian ini Tidak terkena sinar matahari secara langsung
Gambar 4.2. Analisa Pengaruh Radiasi (Sumber : Analisa penulis, 2013)
Bagian terkena radiasi panas matahari, pada bagian ini bukaan harus diminimalisir Bagian terkena
radiasi panas matahari, pada bagian ini bukaan harus diminimalisir.
(66)
September sampai maret
Perletakan bangunan diperhatikan terhadap arah datangnya sinar matahari, untuk bangunan yang mengkondisian udara buatan (AC) dihindarkan pembukaan dalam jumlah besar pada bagian barat dan timur. Letak bangunan juga mempengaruhi pembayangan terhadap bangunan itu sendiri dan kemungkinan besar mempengaruhi warna, tekstur, dan tampilan bangunan.
Gambar 4.3. Menciptakan Bayang-Bayang Matahari
(Sumber : Ir. Setyo Soetiadji S, Anatomi Utilitas Jakarta Djambatan, 1997)
Salah satu bentuk pemecahan teknis bagi bangunan dalam rangka menciptakan daerah bayang-bayang matahari adalah dengan konstruksi Pergola dan Tabir Matahari. Pergola dan tabir matahari tersebut dapat dikreasikan ke dalam berbagai bentuk dan dapat pula dibuat dari berbagai macam bahan bangunan, bahkan , pergola dan tabir matahari ini pun dapat merupakan bagian yang menyatu dengan bangunan secara strukturnya.
A. Orientasi Angin
Gambar 4.4. Orientasi Angin (Sumber Analisa penulis, 2012)
(67)
Pergerakan angin juga menentukan gubahan masa untuk dapat menepis angin yang menghantam bangunan yang bertiup relative kecil karena lokasi site yang jauh dari pengaruh angin laut. Angin bertiup dari tenggara ke barat daya pada musim kemarau, dan dari barat daya ke tenggara pada musim hujan. Bentuk dan orientasi bangunan dibuat agar bisa mengatasi keadaan lingkungan yang ada. Solusi untuk pemecah dan pemanfaatan angin dapat dilihat pada gambar 4.5.
Gambar 4.5. Mengatur lubang masuk dan keluar angin
(Sumber : Ir. Setyo Soetiadji S, Anatomi Utilitas Jakarta Djambatan, 1997)
Letak jendela atas (klerestori) terhadap arah datangnya angin, dapat mempengaruhi arah aliran udara didalam bangunan rancangan.
- Gambar pertama klerestori menghadap arah datangnya angin. Karena adanya aliran udara luar yang kencang, udara didalam bangunan pada daerah jendela atas terhisap keluar, sehingga terjadi aliran udara keluar dari bangunan.
- Sebaliknya, dengan klerestori yang membelakangi arah datangnya angin, terjadi aliran udara dari luar jendela atas ke dalam bangunan rancangan. Untuk ruangan yang memungkinkan mendapatkan hembusan angin lebih, maka ruangan itu sebaiknya menggunakan bukaan pada ruang. Hal ini memungkinkan untuk mendapatakan penghawaan alami. Untuk ruang yang kurang mendapatkan penghawaan alami sebaiknya digunakan penghawaan buatan (AC).
(68)
4.1.3. Analisa Kondisi Lingkungan Sekitar
Analisa view out/in
Letak site yang berada pada jalan simpang tiga yang merupakan jalan raya. Untuk view bangunan yang potensial pada site yaitu menghadap jl. Soekarno Hatta. Pada jalan tersebut terdapat lampu merah sehingga seorang pengendara kendaraan umum maupun pribadi dapat melihat obyek rancangan secara jelas.
Gambar 4.6. Analisa view in/out (Sumber : Analisa penulis, 2013) Keterangan :
= vokal point
Vokal point ini dapat berupa ruang luar, sclupture maupun tampilan bangunan rancangan Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan. Vokal point ini bertujuan untuk menarik pengujung atau pengamat untuk mengamati bagunan tersebut.
Analisa View out – in
View ini bertujuan untuk menarik wisatawan ataupun pengrajin untuk mengenali keberadaan bangunan pengembangan batik Madura ini. Analisa View In - Out
Untuk obyek rancangan ini tidak terlalu besar untuk view in/out karena view sendiri pada interior bangunan rancangan.
(1)
81 A. Bangunan laboratorium sebagai
vokal point kompleks wisatawan.
B. Bangunan pelatihan tranformasi dari rumah tinggal di tanean lanjeng.
C. Kantor pengelola. D. Gate pelatihan.
E. Galery dan museum sebagai vokal point kompleks wisatawan.
F. Angkringan batik G. Pasar makanan H. Gate wisatawan
I. Masjid sebagai vokal point pada rancangan
J. Penanda ukiran batik K. ME wisatawan L. ME pelatihan M. Out entrance N. Peraga outdoor
6.2. Aplikasi Ruang Luar
Konsep ruang luar mengambil dari open space tanean lanjeng yang biasanya digunakan untuk kegiatan menjemur pada atau bersosialisasi, namun pada perancangan Pusat Pengembangan Batik Madura fungsi open space tersebut digunakan sebagai :
1. Konsep ruang luar digunakan sebagai sarana edukasi bagi para wisatawan 2. Kemudian ruang luar juga merupakan akses penghubung pada bangunan nonformal ke bangunan formal.
3. Adanya 2 gate penerima.
4. Open space di kompleks pelatihan digunakan untuk pameran outdoor 5. Open space di kompleks wisatawan digunakan untuk kolam air.
(2)
Gambar 6.2. Aplikasi Ruang Luar (Sumber : Analisa Penulis 2013)
6.3. Aplikasi Aksesbilitas
Membuka aksesbilitas dari berbagai arah sehingga bangunan bisa dicapai dengan mudah. Pintu masuk pertama berada pada jalan Halim Perdana Kusuma yaitu diperuntukan untuk akses wisatawan, kemudian pintu masuk kedua diletakkan di jalan Soekarno Hatta yang diperuntukan untuk pengunjung dan juga pintu keluar dibuat terpusat.
Gambar 6.3. Aplikasi Aksesbilitas (Sumber : Analisa Penulis 2013)
Parkir pelatihan In wisatawan
In Pelatihan
Out
3 5
1&2
4 Gapura sebagai penerima pengrajin Kolam air yang berfungsi
sebagai penghubung masa
Gapura sebagai penerima wisatawan
Auditorium sebagai penghubung K.formal dan Nonformal
Plasa untuk fashion show outdoor
(3)
83 6.4. Aplikasi Tampilan
Aplikasi tampilan pada kompleks pelatihan yaitu menggunakan langgam arsitektur Madura yaitu kraton sumenep, kemudian mengalami tranformasi ekspresi kreativitas.
Gambar 64. Aplikasi Tampilan Pelatihan (Sumber : Analisa Penulis 2013)
Kemudian Aplikasi tampilan pada kompleks pemasaran langgam rumah tanean lanjeng. Pengaplikasian mengambil bentukan atap.
Gambar 6.5. Aplikasi Tampilan Kompleks Pemasaran (Sumber : Analisa Penulis 2013)
Atap rumah tinggal tanean lanjeng
(4)
6.5. Aplikasi Ruang Dalam
Gambar 6.6. Aplikasi Sirkulasi (Sumber : Analisa Penulis 2013)
Aplikasi sirkulasi menggunakan sistem radial karena sifat pelatihan terbagi-bagi menurut apa yang dibutuhkan oleh pengrajin di bangkalan.
Gambar 6.7. Interior Museum dan Galery
(Sumber : Analisa Penulis 2013) Gambar 6.8. Interior Lobby pengelola (Sumber : Analisa Penulis 2013)
Gambar 6.9. Interior pelatihan menjahit
(Sumber : Analisa Penulis 2013)
Gambar 6.10. Interior pemasaran
(Sumber : Analisa Penulis 2013)
Crosventilasi
Koridor sebagai crosventilasi
(5)
85 6.6. Aplikasi Utilitas
Saluran pembuangan air pada perancangan terbagi menjadi dua saluran yaitu :
Pertama yaitu saluran untuk pembuangan air kotor bekas mandi atau air hujan.
Kedua yaitu saluran yang dikhususkan untuk pembuangan air bekas pelatihan membatik yang ditampung terlebih dahulu di tandon penampungan kemudian di buang ke drainase kota.
Gambar 6.11. Aplikasi Utilitas (Sumber : Analisa Penulis 2013) Saluran air kotor
Saluran air kotor
Saluran air kotor Saluran air kotor Saluran air kotor
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Antoniades, Anthony C. 1990. Poetic of Architecture Theory Of Design. New York: Van Nostrad Reinhold.
Building Planning And Design Standart. 1955. Edited by sleeper, Harold R. Ching,F.D.K.1997. Grafik Arsitektur. edisi ke-3,Erlangga, Jakarta.
Ching,F.D.K.2000,. Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan, edisi kedua, Erlangga, Jakarta.
Dinas Perdangangan, pada bulan Agustus 1971, Dewan Standar Tekstil Indonesia membentuk Panitia Teknik Batik menyusun dalam bidang pembatikan. Harisah, Afifah 2001 “ Eklektisisme dan Arsitektur Eklektik”, UGM Press, Yogyakarta
Neufert, Ernest. 1996, “Neufert Architect Data”, Jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Neufert, Ernest. 2002, “Neufert Architect Data”, Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Pedoman Standarisasi Bidang Kebudayaan dan Bidang Kesenian, Dekdikbud 1983, dengan memperhatikan pada pemelihan standart lokasi yang ada. Rencana Dasar Tata Kota (RDTRK) Kabupaten Bangkalan 2007 – 2012,
Pemerintahan Kabupaten Bangkalan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2007.
Wiryoprawiro Zein M. 1986, Arsitektur Tradisional Madura Sumenep, FTSP ITS. Surabaya.
http///www.google.com, 10:55, 14 Januari 2012, bahan tradisional pembatikan. http///www.AristechAcrylics.com, 23:37, 13 Februari 2013, ide bentuk tampilan
bangunan.